Caroline melirik jendela di sampingnya dengan cemas, berulang kali meyakinkan dirinya sendiri kalau tidak akan ada yang melihatnya karena sekarang masih jam sekolah.
Gadis itu kini duduk di dekat jendela yang mengarah langsung ke jalan besar, dengan ke delapan temannya.
Caroline kembali melirik ke arah jendela dengan ujung mata. Menggigit pipi bagian dalamnya pelan, sebuah kebiasaan ketika gadis itu merasa takut.
Lo kepinteran, Ro, bukannya nanya dulu mau kemana tadi! Stupid. Stupid. Stupid.
Acara merutuk diri dalam hati itu terhenti ketika minuman yang Caroline pesan sudah diantarkan. Dengan tetap mempertahankan ekspresi datarnya, gadis itu mengucap terima kasih. Setelahnya, ia meminum avocado juice untuk menghilangkan sedikit kegelisahan.
"Senyumnya kurangin dikit, Mbak, kemanisan soalnya," ucap Erik tersenyum menggoda pada si pelayan.
Felix yang duduk di sebelah laki-laki itu menoyor kepala Erik kuat. "Malu-maluin lo, kayak gak pernah liat cewek aja!"
"Kan emang gak pernah."
"Gak gitu juga, lah, Bambang!" kata Felix melirik Erik dengan sinis.
Erik cengengesan. "Gapapa, lah, ya, yang penting seumuran. Masih bisa di modusin!"
Si pelayan berambut coklat alami itu tersenyum kikuk mendengar perkataan Erik. "Ma-maaf, dek, saya udah punya suami sama satu anak," kata pelayan tersebut sambil membungkuk sopan dan kembali ke dapur dengan sedikit terburu-buru.
"Sial!" ceplos Felix sambil tertawa lepas.
"Cieeee sukanya sama istri orang! Pfft, HAHAHAHAHAHAHAH!!" ejek Aaron dengan tawa yang menggema di sekitar.
Tidak ingin ketinggalan mengejek orang, Freedy ikut berucap, "Kasian amat, dah, lo, Rik."
"Diem, ya, lo pada, gue malu, nih!" kata Erik menutup wajahnya dengan kedua tangan. Asli, dia malu banget, bisa-bisanya ngegodain istri orang! "Lagian, salahin mbaknya sana, awet muda banget, gue, kan, gak bisa bedain."
"Stupid," komentar Devian tersenyum miring, sambil meminum jus apelnya.
"ENAK AJA!!"
"Beb Caro, diem aja daritadi. Kenapa, hm?" tanya Felix dengan kedua alis terangkat membuat Caroline yang tadi diam melamun mengerjap pelan lalu mendongakkan kepala menatap si pemanggil. "Ah, itu, ehm, gapa-"
Caroline tidak melanjutkan ucapannya lagi. Karena kalau dia jawab gapapa, otomatis Felix akan paham benar bahwa sedang ada apa-apa sama dia.
Gadis itu memutar otak untuk berpikir cepat, mencari alasan yang tepat. Setelah dapat, Caroline memaksa tersenyum tipis sambil berucap, "Kepala gue pusing aja, gapapa, kok."
"Mau pulang aja?" tanya Felix lagi. Caroline buru-buru menggeleng. "Gak usah, gue cuma pusing bukannya kenapa-napa."
"Okeoke," balas Felix sambil tertawa pelan.
"Caroline, kalau gak salah kamu pindahan SMA Kartigara, ya?" tanya Yuri membuat Caroline menoleh cepat ke arah laki-laki itu.
"Yang di depan sana bukan, sih, sekolahnya?" tanya Erik menunjuk sebuah gedung bertingkat yang tidak jauh dari kafe lewat jendela di samping Caroline. "Widii, bisalah mampir, beb Caro, ketemu temen lama. Kali aja ada cewek cakep," lanjutnya tercengir lebar.
"Yeee, dasar buaya kampung!" sungut Freedy mengundang gelak tawa yang lain.
"Iya gak, nih, Ro?" tanya Aaron yang entah kenapa jadi penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA Cogan
Fiksi RemajaIni kisah tentang seorang gadis yang hidupnya dikelilingi para cogan berbeda sifat. Sayangnya, ini bukan cerita gadis polos incaran para cogan. Bukan juga cerita cewek lugu yang terjebak diantara cogan-cogan. Caroline bukan seperti itu. Dia, beda da...