hi! they called me eer, so thats it🥰💗
***
Kepada Ibu Elisa Geornia Tabitha, kami memohon maaf atas surat teguran yang ke-21 kalinya terhadap putri Anda, Caroline Queenia Tabitha, yang lagi-lagi membuat ulah. Tepat pukul dua belas tadi, Caroline kembali menjatuhkan korban dengan tindak kekerasannya, yaitu memukul wajah salah seorang gadis sebaya yang merupakan teman satu kelas.
Mendengar kabar itu, pihak sekolah langsung membawa gadis tersebut ke rumah sakit, karena terdapat luka sobek yang cukup lebar di bagian mulut. Sebenarnya, Caroline tidak hanya membuat keributan biasa, tapi anak Anda juga melukai orang-orang di sekitarnya.
Oleh karena itu, saya selaku guru BK, Nurul Hidayah, perwakilan SMA Kartigara, menyampaikan dengan detil mengenai kelakuan putri Anda untuk teguran kali ini.
Pihak sekolah juga sebenarnya ingin mengeluarkan Caroline, tapi kami tahu benar bagaimana prestasi anak Anda ketika kelas sepuluh kemarin sampai sekarang. Oleh sebab itu, pihak sekolah masih memaklumi.
Namun, untuk kali ini, saya maupun pihak sekolah harus tegas. Anda tidak perlu lagi datang ke SMA Kartigara, Caroline untuk sementara waktu sampai kepala sekolah sudah memutuskan berapa lama baiknya anak Anda diliburkan sendiri, baru boleh masuk ke sekolah seperti biasa.
Sekadar informasi, jumlah korban selama kurang satu bulan Caroline berubah, telah menjadikan setidaknya lima puluh orang lebih korban yang dilarikan ke rumah sakit.
Apa yang saya sampaikan ini tidak bermaksud menyakiti hati Anda, tapi baiknya sebagai orang tua harus paham mengapa anak tiba-tiba berubah. Saya harap, dengan libur sementara ini, Ibu bisa membantu Caroline kembali menjadi dirinya yang dulu, yang satu sekolah kenal dia sebagai siswi tercerdas dengan attitude luar biasa.
Salam dari saya, Nurul Hidayah, perwakilan SMA Kartigara, guru Bimbingan Konseling.
*****
"Caroline."
Gadis yang namanya dipanggil itu mengangkat pandangan, menatap tepat di kedua manik hitam legam milik seorang wanita paruh baya berusia empat puluh lima tahun—tapi kendati demikian wajahnya tetap terlihat cantik dengan sedikit keriput samar yang mulai terlihat.
"Selama sebulan ini kamu ada masalah apa? Kok tiba-tiba jadi gini? Mama malu, loh, kalau kayak gini terus. Mau sampai kapan kamu jadi nakal? Salah pergaulan? Mulai kenal cowok? Atau apa?"
Caroline menghela napas, gadis itu membuang pandang pada papanya yang kini duduk anteng di sofa, menonton salah satu siaran televisi yang menampilkan berita panas akhir-akhir ini; seorang remaja laki-laki yang ditemukan dalam kondisi sakit jiwa di tengah hutan. Kabarnya lelaki tersebut kabur dari rumah sakit yang mengurusnya selama semingguan ini.
"Jawab Mama, Caroline!"
"Ma, Caro gak suka cowok. Caro gak punya masalah. Caro cuma gak mau ditindas."
Elisa memejamkan matanya sejenak, dia tidak boleh terbawa emosi. "Ditindas gimana? Kenapa gak jadi diri kamu aja? Jangan pedulikan apa kata orang."
"Caroline udah jadi diri sendiri, Ma. Gadis cupu berkacamata yang selalu Mama banggakan udah gak ada. Caro yang jadi diri sendiri, ya Caro yang ada di hadapan Mama sekarang."
Elisa diam tidak berkutik. Wanita itu melirik dengan ujung mata ke arah Arthur—sang suami—begitu televisi ruang tamu dimatikan, hingga menciptakan hening yang menegangkan.
Caroline tersenyum tipis begitu Elisa dan Arthur memerhatikannya dengan tatapan penuh selidik. "Caro pindah aja, ya? Kita pindah dari rumah ini juga."
"Kamu kenapa? Ada masalah apa?" tanya Arthur. Tidak mungkin tiba-tiba sang putri minta pindah, jika putrinya itu baik-baik saja.
"Caro cuma mau pindah, Pa."
"Alasannya?" Arthur mengangkat salah satu alisnya.
"Liat berita tadi, kan? Caro gak mau kayak gitu."
Elisa mengernyit. "Maksud kamu?"
"Sakit jiwa." Caroline tersenyum miris. "Caro gak mau, Ma, Pa."
*****
thank you🤍🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA Cogan
Teen FictionIni kisah tentang seorang gadis yang hidupnya dikelilingi para cogan berbeda sifat. Sayangnya, ini bukan cerita gadis polos incaran para cogan. Bukan juga cerita cewek lugu yang terjebak diantara cogan-cogan. Caroline bukan seperti itu. Dia, beda da...