15 - Stupid

440 44 5
                                    

kindly vote and comment!💘💫

***

Karena turun yang pertama, tanpa membuang waktu, Devian segera saja menaikkan salah satu kakinya ke bingkai jendela, lalu kaki satunya lagi menyusul, sementara tangannya menahan kaca di depannya agar ada ruang ketika melompat.


Devian mendarat dengan sempurna. Laki-laki itu kemudian berbalik badan seraya menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari. Satu tangan cowok itu terangkat menutupi sebagian wajahnya ketika mendongak, sinar matahari yang terik membuatnya menyipitkan mata.

"Siapa, nih, selanjutnya? Gue tangkep kalau jatuh."

Caroline mendengkus mendengar perkataan Devian. "Gue atau lo?" tanyanya sembari menoleh ke arah Lucy.

"Lo boleh, gue juga boleh," sahut Lucy sambil menurunkan gulungan leather short-nya.

"Gue aja, deh." Caroline kemudian ikut menurunkan black jeans selutut yang ia kenakan, sebelumnya gadis itu tadi menggulungnya hingga sebatas paha.

Caroline memang selalu memakai dalaman jeans selutut, jadi kalau ada keadaan mendesak yang mengaharuskannya lari-lari atau lompat dari gedung ke gedung, ia tidak ribet. Tinggal turunkan saja gulungannya.

Shit, lompat dari gedung ke gedung gak tuh! Ahahah!!

Fun fact, rok yang didesain pihak sekolah, panjangnya di atas lutut. Kalau dibawa lari atau lompat, bakal ribet, berkibar-kibar! Iya kalau lari kayak ngejar Erik kemarin, itu, sih gak bakal terbang-terbang.

"Bisa turunnya, kan?" tanya Felix mengangkat salah satu alisnya.

Caroline mengangguk, gadis itu kemudian berjongkok lalu akan melompat jika saja Felix tidak menahan tangannya.

Menoleh dengan kesal, Caroline mendapati raut wajah Felix berubah datar. "Ngapai segala jongkok?"

"Terus gue sambil berdiri?" tanya Caroline malas.

"Sambil duduk aja, biar gak jatuh."

Caroline mengibas angin di depan wajahnya, kemudian menepis tangan Felix dan menghadapkan dirinya ke depan lalu meloncat dengan berani.

Mendarat dengan posisi setengah berjongkok, yaitu kaki kanan menjadi tumpuan, sementara kaki kiri tertekuk ke atas, Caroline berhasil membuat Devian maupun Felix dan yang lain terkesima.

Caroline berdiri, kemudian memutar badannya lalu mendongak. "Liat gak lo, Lix? Gak jatuh, kan, gue? Lo, sih, ngeremehin." Gadis itu menoleh pada Devian yang ternyata tengah menatapnya. "Kenapa ngeliatin gitu?"

"Cantik."

Caroline mengerjap. Otak gadis itu seketika berhenti bekerja, sehingga kesulitan memahami perkataan Devian. "Maksudnya?"

Devian mengalihkan pandangan, tidak menyahut dengan ekspresi wajah datar yang tidak pernah Caroline lihat sebelumnya. Hal itu membuat Caroline ikut mengunci rapat mulutnya.

Gadis itu mendongak ke atas, memerhatikan Lucy yang kini bersiap melompat dengan posisi setengah berdiri di atas bingkai jendela. Mendarat dengan posisi berdiri sempurna-meski sempat oleng ketika menapak tanah tadi-membuat lima laki-laki di atas sama bertepuk tangan dengan meriah.

"Keren banget emang calon gue."

Felix menepuk bahu Aaron. "Buruan." Lalu melompat dengan mudah, seakan tidak ada tingginya. Disusul Freedy dan Erik, baru Aaron.

Menyisakan Yuri dan Ibum yang kebingungan bagaimana caranya turun. Melihat itu, Devian inisiatif menyuruh lima temannya meletakkan tas mereka sebagai tempat pendaratan Yuri dan Ibum.

SMA CoganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang