14 - Bolos

463 46 16
                                    

Pelajaran pertama kelas 11 IPA 1 hari ini, bahasa Inggris yang diajar oleh pak Natan selaku wali kelas. Sudah lima belas menit sejak bel masuk berbunyi, guru berwajah bayi itu masih belum juga menampakkan batang hidungnya.

Bisa bayangkan sendiri bagaimana senangnya para penghuni IPA 1, kan? Suara meja yang dipukul, juga nyanyian fals para cowok-cowok di pojok kelas turut melengkapi kebahagiaan kelas yang guru-guru juluki pintar tapi nakal itu.

Baru saja kebebasan menyertai, suara pintu terbuka, menampilkan sosok yang tak diharap kehadirannya merusak mood satu kelas.

Natan Pradana, pria itu sudah berdiri di depan pintu sambil berkacak pinggang. Kesal karena murid asuhnya sedang mengadakan konser dadakan.

"Kembali ke tempat duduknya masing-masing atau satu kelas lari keliling lapangan!" tegas pak Natan yang dihadiahi tawa setan dari Erik.

"Gile, takut gue, woi! Balik-balik, keburu dihap sama pak Natnat!" kata Erik mengiterupsi Aaron, Felix, dan Freedy yang turut andil membuat kegaduhan di pojokan.

Sontak ketiganya menyemburkan tawa mereka, lumayan dapat sebutan baru yang cocok buat guru kesayangan mereka itu.

"Jangan main-main, Erik!" tegur pak Natan saat melihat salah satu murid nakalnya itu berjoget ria.

"Ay ay, kapten!" seru Erik seraya memberi hormat dengan badan yang ia tegapkan seketika.

"Udah buruan bego, ngamuk entar si baby gimana?" kata Felix dengan cengiran. Sementara tiga temannya kembali tertawa.

Caroline menghadapkan dirinya ke depan. Tidak ingin peduli lebih jauh lagi pada keempat cowok aneh itu.

Setelah semua sudah duduk manis di kursinya masing-masing, pak Natan mengalihkan perhatiannya pada Caroline.

"Ada apa, Pak? Saya makin cantik, ya?" tanya Caroline tak semangat.

"Nggak usah bercanda. Ayo semua kumpul tugasnya." Setelah mengatakan itu, pak Natan berjalan ke mejanya.

Lima belas menit berlalu, dengan dilengkapi kebisingan sesaat karena ada saja yang belum mengerjakan. Pak Natan yang sudah hapal kebiasaan mereka, hanya bisa menghela napas berulang kali. Mau ditegur bagaimana pun, tetap tidak akan merubah apa-apa. IPA 1 memang selalu bikin naik darah.

"Sudah semua, ya?" tanya pak Natan yang dijawab anggukan mantap seisi kelas.

Pak Natan melirik Caroline, membuat gadis itu mendengkus. "Apa, sih, Pak liat-liat? Klepek-klepek sama saya?"

"Ya, elah, beb Caro, masa iya saingan bang Felix om-om?" celetuknya yang dihadiahi delikan tajam dari pak Natan.

"Jangan sembarangan ngomong kalian!" Pak Natan melirik Aaron, lalu menunjuk cowok itu. "Kamu maju."

Aaron celingukan, yang daritadi di liatin Caroline, yang bikin emosi Felix, kenapa dia yang disuruh maju?

"Lah, kok, saya, Pak?"

"Sudah maju aja," ucap pak Natan lagi, mau tidak mau Aaron berdiri dan melangkah ke depan.

Pak Natan kembali menoleh pada Caroline. "Kamu juga maju."

Berdecak pelan, gadis dengan rambut indah sepunggung yang tergerai itu bangkit dari duduknya. "Tinggal nyuruh maju aja ribet banget," kata Caroline pelan.

"Kalian antar buku ini ke ruangan saya." Pak Natan menyodorkan setengah tumpuk buku tugas ke hadapan Aaron. Sisanya, yang tidak terlalu banyak pada Caroline.

"Jangan mampir kemana-mana."

Caroline berdecak malas, netranya tidak sengaja bertubrukan dengan netra coklat milik Erik. Cowok itu tersenyum mengejek sambil melirik-lirik ke arah Aaron.

SMA CoganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang