11 - Teman Kecil

578 60 12
                                    

Caroline merebahkan dirinya di kasur, memejamkan mata seraya menikmati angin sepoi-sepoi dari jendela kamar yang memang sengaja gadis itu biarkan terbuka.

Getar handphone Caroline membuat tangan gadis itu bergerak meraba sampingnya. Mengangkat benda pipih itu hingga tepat di depan wajah. Seketika, Caroline mendudukkan diri saat tahu siapa pengirim pesan tersebut.

"Reina?" gumam Caroline dengan mata yang fokus pada isi chat di hpnya itu.

ke rumah gue ro, ada berita penting.

*****

Caroline menutup pintu mobilnya, memutar badan lalu berjalan mendekat ke gerbang berwarna putih dari rumah megah di depannya.

"Pak, tolong bukain, ya," kata Caroline pada seorang bapak-bapak yang memakai seragam satpam pada umumnya, yang kini duduk santai di pos.

Bapak-bapak tadi terlihat bengong sesaat sebelum akhirnya tersenyum sumringah. Tanpa berlama-lama, satpam tersebut berlari kecil membukakan gerbang untuk Caroline.

"Udah lama banget gak kesini. Sibuk di sekolah baru, ya, Non?" Caroline tersenyum tipis seraya menggeleng pelan. "Gak juga, lagi males keluar-keluar aja. Oh, iya, Pak Pur gimana sekarang? Udah gak kambuh lagi asam uratnya?"

Satpam yang biasa dipanggil pak Pur itu tertawa kecil. "Alhamdulillah, udah baikan."

"Syukur kalo gitu. Ya, udah, Pak, saya izin masuk. Titip mobil, ya, Pak," kata Caroline seraya membungkuk sedikit dan memberikan kunci mobilnya pada pak Pur.

"Siap, Non," balas pak Pur ramah.

Caroline itu sudah menganggap pak Pur seperti keluarga, jadi kepercayaan Caroline sama beliau tidak diragukan lagi.

Setelah tersenyum singkat, Caroline melangkahkan kakinya untuk masuk lebih dalam. Terlihat seorang gadis dengan top lilac dan kulot ripped jeans serta sneakers putih tengah berdiri sambil bersedekap dada di pillar dekat pintu utama.

"Lupa ya sama gue?! Lama banget gak kesini, gue udah kangen banget sama lo tau gak?!" kata gadis itu merengut, tanpa aba-aba berlari mendekati Caroline dan langsung memeluknya.

Caroline balas memeluk. "Sorry. By the way, miss you too."

"Gak gue maafin. Terakhir kesini, dua bulan yang lalu, pas baru-baru aja lo pindah. Kirain lupa udah sama gue," cibir gadis dengan rambut dicepol asal itu. Sementara Caroline bergumam panjang sebagai balasan. "Gini, ya, Rei, gue sibuk."

Gadis yang biasa dipanggil Reina itu berdecih. "Sok sibuk lo!" Caroline menjulurkan lidahnya keluar. "Up to me."

Reina mendengkus. Gadis itu kemudian berjalan memutari Caroline secara berulang-ulang sebanyak enam kali. Caroline yang sudah muak menarik pelan ujung rambut gadis itu, menghentikan pergerakannya.

"Ngapain lo? Buru masuk, ah, capek berdiri gue."

Reina menghentikan langkahnya di depan Caroline. "Style lo gak berubah, ya, masih gitu-gitu aja. Kirain ganti lagi," kata Reina memerhatikan Caroline yang sekarang memakai white dress selutut dengan luaran leather jacket berwarna hitam. Kaki gadis itu terbalut ankle boots hitam yang menambah kesan sweet yang badas ketika melihat model rambut Caroline yang di kanan-kiri rambutnya terdapat tiga jepit berwarna-warni berderet.

SMA CoganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang