Tiga Belas

16 4 0
                                        





























Dor!"

Windy melonjak, buru-buru menaruh ponsel dengan sebelumnya membalik layar menghadap meja. Cewek itu sempat menutup matanya, menarik nafas sebelum akhirnya menoleh kebelakang menemukan Jackson di sana.

Windy gak akan mengumpat, seenggaknya gak secara terang-terang, paling dalam hati saja.

"Lagi chat siapa tuh? Selingkuh ya Win?" Goda Jackson.

Windy menggigit bibir gak langsung menjawab ditambah Mark yang kini juga berada disamping Jackson membuat dirinya bingung menjawab apa.

"Kok diem aja? Kamu beneran selingkuh?"

Mampus, suara kalem Mark itu benar-benar membuat Windy mati kutu. Masalahnya, dia memang gak selingkuh, tapi kembali aktif bertukar pesan sama mantan bukannya sama aja?

Windy lekas meraih ponselnya, memasukan kedalam saku kemudian mulai cengengesan menutupi kegugupannya berharap Mark gak liat isi ponselnya barusan.

"Kalian kenapa disini?" Pertanyaan itu keluar setelah Windy berhasil mengamankan ponselnya.

"Laper." Jawab Jackson singkat. Dia mendudukan diri didepan Windy diikuti Mark disampingnya.

"Yang lain udah makan, kita ketinggalan." Jelas Mark mengundang anggukan dari Windy.

Tak selang beberapa lama makanan mereka datang. Windy bisa menebak sebelum mereka berdua menghampiri mejanya, Mark dan Jackson sudah lebih dulu memesan. Windy gak merasa terganggu, toh dia udah terbiasa masuk di circle ini. Bersama Mark yang lempeng, dan teman-teman cowok itu yang kelakuannya bikin Windy menarik nafas panjang. Begitulah persahabatan, ada sisi perbedaan yang akhirnya justru saling melengkapi.

Windy diam dalam makannya, meski sesekali Jackson yang aktif betsuara diantara mereka. Matanya kemudian melirik Mark, meski gak ikut berceloteh, cowok itu terlihat memperhatikan setiap ucapan random Jackson, kadang ada tawa kecil yang keluar dari cowok itu membuat Windy tanpa sadar ikut tersenyum juga.

"Makan Windy, mupeng amat liatin Mark."

Windy agak bersungut, melihat Jiyana lewat disampingnya. Ditemani Ajeng, cewek itu juga keliatan bawa makanan tapi memilih meja yang berbeda dengannya. Windy ingin bertanya, tapi fokusnya kembali teralih karena Jackson yang selalu menyebut-nyebut namanya.

Apaan sih?

"Makan wey."

Itu kata Jackson. Windy merapatkan bibir, kembali menyuapkan beberapa potong katsu kedalam mulut namun berikutnya jadi mengeluarkan suara penasaran.

"Jiyana tuh deket sama kalian juga gak sih?"

Mark gak bergeming buat Windy mau gak mau mengarahkan pandangan kearah Jackson, menatapnya penuh tanda tanya.

"Deket kok, dulu mantannya Jebi sepupunya Juan juga."

Ah fakta baru, Windy gak tau Jiyana mantan si anak MPM itu. Kok Jiyana gak pernah cerita ya?

"Tapi kok gue jarang liat dia kumpul sama kalian? Katanya deket?"

Masih gak ada jawaban. Diam-diam Windy jadi berfikir keras membuat spekulasi liar muncul di kepalanya.

"Apa karena putusnya gak baik-baik makannya gak mau deketan lagi?"

Jackson tersedak, dia mengambil minum sambil memincingkan mata sengit ke arah Windy. "Buset Win, kepo amat sama urusan orang?" Ujarnya setelah berhasil melegalan kerongkongan dengan segelas air.

LANGIT CAKRAWALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang