Tiara duduk dipinggir lapangan basket, bersama Rossi sambil berjingkrak riang menyemangati Bobby yang kini ikut tanding sebagai perwakilan dari jurusan.
Gak ada event khusus sebenarnya, cuma sebatas pertandingan persahabatan antara jurusan sastra dan perkapalan. Apalagi diketahui Bobby dan Juna yang sering mampir ke gedung fakultas satu sama lain tanpa sadar sudah membentuk ikatan yang kuat antara dua jurusan tersebut.
Rossi melompat riang saat anak jurusannya kembali memasukan bola meski setelahnya di protes Juna karena tidak mendukungnya sebagai pacar. Rossi jadi dilema sendiri antara kesetiaan terhadap pacar atau solidaritas terhadap anak kelasannya.
"Lo tuh pacar siapa sih?" Serobot Juna saat jeda pertandingan. Meski begitu, tangannya masih mengambil botol air pemberian Rossi walau dengan setengah bersungut.
Tiara yang melihat gak beraksi banyak. Bodo amat, pedulinya apa? Segera melipir kebelakang, bermaksud membelikan Bobby dan kawanannya air. Sambil menunggu antrian dan bersenandung senang, matanya melirik sekitar berharap ada satu dua tiga cowok bening yang tertangkap matanya.
"Dia kemana ya?" Keluhnya sendiri, "Gak ada urusan di UKM, apa ada di BEM?"
Kakinya melangkah mengikuti antrian didepannya yang mulai bergerak. Tiara menghela nafas, mengambil 3 botol aqua dari pendingin. Dengan muka lesu Tiara berbalik keluar dari kerumunan setelah sebelumnya membayar.
"Gak apa-apa Tiara, masih banyak kesempatan besok." Ujarnya menyemangati diri.
Dengan senyum yang kembali dinaikan, dia bersiap kembali ke kawanan Bobby. Langkahnya sudah siap di langkahkan namun dia urungkan. Apalagi begitu melihat sosok familiar yang menghadang jalannya.
Cowok, ganteng, putih bersih bersinar, dan yang pasti tajir. Tapi sayang gak jomblo.
Tiara mengulum bibir, sayang sekali. Bibit-bibit unggul gak mungkin gak punya pawang. Mau cowok incarannya, atau cowok di depannya ini, dua-duanya gak ada yang avaliable.
"Hai kak Bagus, hehe." Sapanya sambil nyengir lebar meski dalam hati berfikir tujuan ini menghalangi jalannya.
Gak mungkin mau ngajak dia pedekate, dia kan udah ada Nayna. Atau mau menyerangnya? Bagus kan terkenal galak. Ya, meskipun ada yang lebih galak lagi uang dia kenal.
"Ada apa ya kak?" Tiara bertanya lagi, memastikan segala rasa penasaran dalam dirinya.
Bagus didepannya gak bergaming, justru menipiskan bibir kemudian maju dua langka kearahnya.
Dan Tiara deg-deg an.
"Lo temennya Nayna kan?"
Mulut Tiara membentuk huruf "O" kecil sambil mengangguk faham. Pasti nyariin pacarnya
"Gue gak lagi sama Nayna sih kak." Cewek itu berdehem berusaha menguasai diri terlihat berani, "Mungkin lagi keliling cari setoran." Sambungnya lagi sambil mengingat-ngingat kebiasaan Nayna yang memang di kenal sebagai mbak olshopnya Rajawali.
"Gua gak nyari Nayna" Bagus membalas cepat membuat keduanya semakin terlihat canggung. Ralat, hanya Tiara.
"Ahh...." Tiara mengeluarkan kekehan terpaksa, bingung mau membalas apa, "Lo gak nyari gue dengan sengaja kan kak?" Tanyanya lagi memastikan.
Melihat wajah Bagus yang lempeng-lempeng aja membuat Tiara semakin gak nyaman. Masalahnya wajah cowok itu gak bisa dia baca. Mau marah atau enggak, sama aja ekspresinya.
"Boleh minta nomor lo?"
"Ya?"
"Nomor."
Balasan singkat dari Bagus membuatnya gelagapan. Dia berdehem lagi kemudian membulatkan tekad berniat klarifikasi. Bukan apa-apa tapi ngeri juga kalau nyerobot punya temen sendiri.
"Gini kak, gue cuma becanda. Jangan ya kak, gua gak mau di cap jadi pelakor apalagi ini pelakor temen sendiri. Yang tadi tuh becanda doang asli. Serius deh."
Ucapan panjang Tiara gak kelihatan berpengaruh. Cowok itu tak membalas, hanya merogoh saku celana kemudian mengeluarkan benda persegi dari sana.
"Nomor lo." Katanya sambil menyodorkan hapenya kedepan Tiara.
Tiara mendesah, mau gak mau menerima benda itu kemudian mengetikan beberapa deretan angka disana. Mata kecilnya melirik kecil Bagus yang masih menunggunya. "Kak, serius gue bencanda. Jangan di apa-apain ya?"
"Udah?"
Tiara terperanjat, mengulum bibir sambil menyerahkan hape cowok itu dengan berat hati. "Kak." Katanya masih setia memohon.
Yang ditatap masih tidak merespon. Cowok putih itu memencet tombol dial menunggu sambungan, begitu hape Tiara terdengar berbunyi dari dalam tasnya cowok itu lantas memutuskan sambungan.
"Nanti gue hubungin."
Kata cowok itu singkat sebelum pergi, meninggalkan Tiara dengan sejuta pertanyaan pelik di otaknya. Cewek itu menghela nafas berat, merutuki nasibnya yang selalu aja terjebak di situasi rumit. Tolonglah, permudah hidupnya. Dia cuma pengen hidup tenang.
"Bam."
"Ah lo lagi."
Cowok bernama Bambam itu berbalik, pura-pura bosan menemui cewek itu kemudian memutar badan mengambil jalan berlawanan dengan Tiara membuat gadis itu mendelik begitu saja.
"Bambang!"
Mata cowok itu melotot, langsung menghadap Tiara dengan telunjuk diatas mulut menyuruhnya diam. Tiara di sisi lain tersenyum manis, mengibaskan rambut kemudian mulai berjalan senang diikuti Bambam di belakang.
Dasar ular.
"Apa hah? Apa? Lo manggil gue gak ada tujuannya?"
"Lo tau gak?"
"Enggak."
Tiara sempat merapatkan bibir kemudian menggeleng sampai akhirnya tersenyum senang lagi. "Tadi gue ketemu kak Bagus."
"Kan satu kampus, wajarlah."
"Ih bukan itu." Tiara berhenti, membalik badan merapatkan diri kearah Bambam lalu berbisik. "Kak Bagus yang datengin gue."
Bambam mengerjap sebentar kemudian menjawab, "Gak mungkin, mimpi lo." Sambil mengibaskan tangan didepan wajah cewek itu.
"Serius tau, dia juga minta nomor gue."
"Bohong."
"Serius." Cewek itu mengeluarkan hape dari dalam tas, kemudian membuka daftar panggilan untuk ditunjukan tepat kearah wajah Bambam. "Dia yang minta duluan, liat!"
Hape itu berpindah tangan, Bambam meneliti kontak. Cowok itu bahkan memastikan foto profilnya benar-benar foto kakak tingkatnya itu. "Kok bisa sih?" Tanyanya pada akhirnya.
"Gue juga bingung, gue kira dia mau nanyain Nayna tapi malah minta nomor gue."
"Lo gak ganjen kan Ra?"
"HEH SEMBARANGAN."
Bambam mengaduh, tas selampang cewek itu dengan ringannya mengenai kepalanya. Gila, bisa benyek lama-lama dia disini.
"Tapi kan sesuatu harus ada cadangannya kan ya Bam?" Tiara tersenyum sendiri, menatap kontak cowok yang baru saja ia simpan, "Kalau sama kak Alen gagal, kak Bagus juga ganteng kok."
"Punya temen lo setan."
Tiara menyendu, merutuki nasib yang gak pernah mulus soal cowok. Sekali lagi, bibit unggul gak mungkin gak ada pawangnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/166332172-288-k893759.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT CAKRAWALA
FanfictionJadi sederhananya begini Awalnya pura-pura tapi kelamaan jadi beneran suka. Sukanya sama sejenis tembok berjalan yang kalau senyum gak yakin sampai satu senti, lurus abis. Aduh udah deh Windy mah sabar aja ngadepin makhluk yang satu ini. #cover by S...