Setelah UAS semester genap selesai, Cakrawala selalu mengadakan pekan raya buat merayakan keberhasilan mereka melewati ujian. Iya, yang nilainya bagus sih perayaan, yang pas-pas an kayak Windy mah anggep aja hiburan biar gak sedih-sedih banget sama IP-nya yang masih sama aja, standar.
Selama pekan raya, kelas Windy membuat stand makanan dengan konsep mini kafe. Tugasnya juga dibagi-bagi. Ada yang jadi pelayan, jadi penerima tamu didepan, terus sisanya bagian dapur dan tukang angkut-angkut. Windy sendiri awalnya jadi pelayan, tapi sampai sekarang masih betah didapur aja bantuin yang masak-masak. Alasannya? Tuh cewek gak pede ketemu orang, dia lebih suka kerja dibelakang.
"Eh neng Windy. Ngapain dibelakang neng?"
Windy berhenti mengaduk kue, kini jadi berbalik menghadap Ten yang lagi bersandar di tiang. Cewek itu jadi mencibir keras. Emang yah, dikelas tuh yang mulutnya sampah banget itu Tanurendra.
"Lagi bikin kopi campur sianida. Mau coba gak?" Jawab Windy pada akhirmya.
Ten tertawa keras, padahal gak ada yang lucu itumah dia aja yang gak waras jadi dimaklumi saja. Dia sekarang jadi mendekati Windy, belum kelihatan ada tanda-tanda akan berhenti menggoda cewek itu.
"Kalo neng Windy yang buat, abang rela."
Pahit pahit pahit
Windy menggeleng keras, merasa jijik sendiri sama gombalan Ten. Pengen rasanya dia neplok kepala cowok itu mumpung disini lagi banyak barang-barang yang mendukung, kita sebut saja piring, gelas dan kawan-kawannya.
"Sana sih, jangan ganggu gue."
Berhubung Windy orangnya gak senekat itu lempar kepala orang sama barang-barang keramik, yah akhirnya cuma ini aja yang bisa dia lakukan.
"Judes ih. Lagian sapa suruh dibelakang. Sono bantuin Jiya nerima tamu."
"Gue kan pelayan."
"Pelayan gak guna lo mah Win. Dah sana bagiin selembaran sama Jiya biar cepet kelar."
Windy nurut, meski sesekali dengan mendumel pelan. Kakinya agak dihentak dengan mulut mengkerucut lucu tanda kesal. Gemes ih.
Jiyana perannya sebagai penerima tamu diluar bareng 5 orang lainnya. Dia sendiri dipilih katanya karena cantik, lumayan buat menarik perhatian pengunjung cowok. Kasian emang, cantik-cantik dimanfaatkan.
Melihat Windy keluar dari kafe mereka, Jiyana langsung menghampiri. Gak perlu basa-basi nanya karena Windynya udah langsung jawab ketika mendatangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT CAKRAWALA
FanfictionJadi sederhananya begini Awalnya pura-pura tapi kelamaan jadi beneran suka. Sukanya sama sejenis tembok berjalan yang kalau senyum gak yakin sampai satu senti, lurus abis. Aduh udah deh Windy mah sabar aja ngadepin makhluk yang satu ini. #cover by S...