Delapan

51 8 0
                                    

















Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah banyaknya kejadian random yang dia alami, disinilah akhirnya Windy berada. Cewek itu begitu saja ditarik Mark untuk ikut acara kumpul bersama Mark dan teman-temannya dikontrakan cowok itu.

Windy bisa saja menolak, tapi terigat momen absurd beberapa waktu yang lalu membuat Windy mau gak mau pasrah. Apalagi statusnya kini sudah berubah dan bodohnya Windy malah diam saja tanpa memberi penjelasan kalau dia cuma asal bicara. Sekarang semuanya malah semakin rumit, dia gak bisa apa-apa cuma bisa ikut-ikutan saat Mark menariknya kesana-kemari mengenalkannya pada kawanan cowok itu.

"Loh bawa Windy?"

Windy mengintip lewat helaian poninya, melihat jelas sesosok jangkung Jebi berdiri didepannya. Meskipun Windy akui Mark itu ganteng, tapi Jebi ini beda, mungkin efek ketua MPM bikin cowok itu keliatan berwibawa dan punya kharisma yang beda.

"Gak apa-apa kan?" Mark menjawab, Windy mah bisanya mingkem doang, bingung berada diantara kumpulan cowok kayak gini bikin dia gak bisa berkutik.

"Gak apa-apa lah, yang diundang cantik mah." Dari sudut teras Jackson menimpali, menjawab pertanyaan Mark yang harusnya jadi tugasnya Jebi.

"Awas lo bang, punya kak Mark nih." Yogi menyelinap dari belakang membawa sisa-sisa belanjaan mereka tadi dengan wajah kecut, "Mentang-mentang ketemu cewek gue ditinggal." Keluhnya seakan mengomel.

Windy lagi-lagi merapatkan bibir, agak merapat juga ke lengan Mark seolah minta perlindungan. Gak tau, pokoknya dia tuh ngerasa malu aja dikatain gengnya Mark begini.

"Pantes kemarin abis ibadah langsung kabur, gue kira temennya Jiya siapa ternyata Windy."

"Nah itu Jeb, gara-gara Mark bawa Windy kerumah gue dikira ngapa-ngapain sama Tiara kemarin. Mana kuping masih nyut-nyutan."

Mereka tertawa lagi, Windy semakin mengkerut kecil dibelakang punggung Mark. Menyadari sikap Windy yang kelihatan gak nyaman Mark cuna bisa menarik nafas mengatakan, "Udah woy." Kemudian menarik cewek itu kearah tikar di bawah pohon.

"Dia beneran pacar lo Mark?"

Diantara sorakan menggoda itu cuma Jaenal yang diam, sekalinya gak diam dia langsung nanya to the point begitu bikin Windy seketika menegang. Dia beneran pacar Mark gak sih? Atau Mark jangan-jangan cuma iseng juga kayak dia.

Lagian sih aneh juga si Mark ini. Bisa yah segampang itu menerima. Windy bakal maklum kalau Mark menganggapnya gila atau kurang ajar, tapi ini Mark dengan mulus justru menerimanya tanpa tambahan apapun kan Windy jadi curiga.

"Iya pacar gue."

Windy tertegun begitu Mark menjawab. Matanya meneliti Mark berusaha mencari tahu kali saja ada raut candaan di wajah itu tapi ternyata tidak. Mark tetaplah Mark yang gak bisa mengeluarkan ekspresi lain selain tegak lurus.

LANGIT CAKRAWALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang