Semua orang kenal Mark sebagai cowok keren yang selalu cuek sama cewek, menghindari keramaian dan terpaksa bergabung cuma pas kepepet aja. Tipe-tipe cowok yang gampang bikin cewek tertarik sekaligus langsung suka pada pandangan pertama. Begitu pendapat sebagian orang tentang Mark yang cool ini. Padahal Juan tau, dikelas yang cool cuma AC. Mark cuma sebongkah kecil dari bentuk pencitraan yang sempurna karena dibalik kalemnya cowok itu, Mark punya banyak hal yang mudah dia cemaskan, salah satunya perempuan.
"Jadi lo peluk?"
Mark duduk dibangku tengah menyender tembok dengan lima cowok lainnya memutarinya, rasanya seperti maling yang diintrogasi penduduk setempat. Dari sebelah kiri ada Jebi, Juan, Jackson, Yogi dan Jaenal yang keukeuh pengen disamping paling kanan. Katanya yang baik-baik selalu disebelah kanan, yaudah iya aja yah Nal.
Mark mengangguk lemah menjawab pertanyaan Juan, menyesali perbuatan cerobohnya sembarang memeluk cewek. Gak, Mark gak sepicik itu buat ambil kesempatan didalam kesempitan, tapi melihat Windy yang menangis setelah menabraknya membuat Mark gak bisa diam saja, dia gak akan tega. Lagipula Windy perempuan, dan Mark paling lemah menghadapi perempuan.
"Dari sekian banyak yang bisa lo lakuin, kenapa lo harus meluk dia?" Untunglah kali ini Jebi udah gak sibuk, karena yah ngandelin empat cupang lainnya itu gak bakal guna.
Semua kompak mengangguk. Jackson paling semangat karena kemarin dia yang gencar suruh Mark gebet Windy.
"Gue gak tau mau apa, gue panik." Mark membela diri lagi.
Jebi menghela nafas dalam, Juan sama Jackson saling berpandangan dan Jaenal akhirnya memilih istighfar.
"Gue bingung kenapa banyak yang pengen sama kak Mark padahal buat urusan cewek dia masih kayak anak kecil."
Mereka diam begitu saja sampai Yogi yang tiba-tiba menyeletuk jujur disoraki yang lain. Mark mendung karena mereka kompak membenarkan ucapan Yogi dengan Jackson yang tiba-tiba menambahkan.
"Perih gak dikatain anak kecil sama anak kecil?"
Dan Yogi jadi asem lagi
"Akhi dengerin gue nih. Mending lo temuin lagi terus minta maaf." Jaenal yang tadi cuma jadi silent audiens pun akhirnya ikut memberi komentar.
"Tapi gue gak salah. Yang nabrak terus numpahin minum ke baju gue kan dia."
"Tapi meluk cewek sembarangan juga dosa akhi."
Mark bungkam, salah satu yang sulit dia lawan emang Jaenal dari dulu. Dia akhirnya bangun diiringi sorakan semangat dari kawan-kawannya. Oke Mark gak salah, tapi dia harus jadi cowok gentle dan minta maaf atas perbuatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT CAKRAWALA
FanfictionJadi sederhananya begini Awalnya pura-pura tapi kelamaan jadi beneran suka. Sukanya sama sejenis tembok berjalan yang kalau senyum gak yakin sampai satu senti, lurus abis. Aduh udah deh Windy mah sabar aja ngadepin makhluk yang satu ini. #cover by S...