14

1.3K 165 13
                                    

Jangan lupa vote dan komen.

Lebih suka komen sih😳

"Bu Tea, mau nggak nikah sama Vano?" Lelaki tersebut mendekatkan wajahnya ke muka perempuan itu.

"Jangan bercanda terus!" ujar Bu Tea kesal.

"Emangnya Vano se-bercanda itu ya di hidupnya Bu Tea?" tanya lelaki itu.

"Padahal Vano ganteng loh, daripada tunangan Bu Tea yang abal-abal itu," lanjut Vano.

Lelaki itu semakin mendekatkan wajahnya membuat perempuan tersebut semakin mengumpat di dalam hati. Vano menyeringai melihat wajah Bu Tea yang sudah memerah.

"Tunangan saya kamu bilang abal-abal? Mau apa kamu itu?" protesnya.

"Kan Vano udah bilang mau ngajak Bu Tea menjalankan dasadharma ke dua," jawab Vano enteng.

"Gamau saya punya suami tengil kaya kamu,"

"Bu Tea nolak, Vano cium."

"Heh Vano! Gue cariin sampe exoplanet kaga ada, rupanya godain punya orang!" Teriakan Bryan membuat Vano memakinya dalam hati mengabsen nama-nama hewan.

Di lain tempat, Tata membuntuti lelaki yang selama ini menjadi incaran-nya. Berkali-kali dicampakkan dianggapnya seolah itu ujian sebelum mencapai kelulusan, meski dirinya sadar bahwa beda agama adalah LDR terjauh dalam kisah cintanya. Apakah pantas dinamakan kisah cinta jika hanya salah satu yang berjuang? Sepertinya iya, kisah cinta yang mengenaskan.

"Arga mau ke mana sih?"

"Kemana?"

"Ibadah."

Gadis itu merasakan bahagia bercampur sakit, bahagia karena direspon, dan sakit karena jawaban sederhana yang membuat nyalinya menciut untuk mengejar lelaki itu terlalu jauh.

"Oh, mau Tata temenin?"

Arga hanya diam tanpa membalas tawaran gadis itu, mengeluarkan suara hanyalah mengurangi energi dan waktunya. Dirinya sangat menyukai kalimat 'Waktu adalah emas', menurutnya emas terlalu berharga untuk diberikan pada Tata. Ya se-menyakitkan itu menjadi Tata.

"Oke Tata temenin, Tata tungguin dimobil" Gadis itu nekat memasuki mobil Arga tanpa dipersilahkan, menunggu dipersilahkan hanyalah membuang-buang waktu, bukankah waktu adalah emas?

Tata menunggu di mobil sembari memainkan handphone miliknya, sekedar memainkan shopee tanam. Membosankan memang, tetapi hal itu menjadi menyenangkan mengingat ini adalah pertama kalinya dia pergi berdua bersama Arga.

Baru saja dirinya merasa bahagia, Arga keluar berdua dengan adik kelas yang waktu itu mengajaknya ke Geraja bersama. Tata menghela nafasnya pelan, gadis itu memaksakan dirinya untuk tetap tersenyum.

"Kak, gue bareng boleh?" Samar-samar Tata mendengar percakapan mereka berdua. Arga hanya berdehem pelan.

"Kak, gue di depan boleh? Kalo di belakang mabuk." Lagi-lagi gadis itu membuat Tata naik pitam.

"Mabuk ya tinggal muntah, repot amat," sinis Tata.

Arga menatap tajam Tata membuat gadis berhijab itu mau tak mau barus berpindah ke belakang. Demi Arga dirinya rela mengalah untuk gadis itu.

"Kak Arga, tinggal di komplek sekitar sini?"

"Kak, Kak, Kak... Ish, membosankan."

"Cemburu?" Entah apa yang merasuki seorang Arga, lelaki itu berubah menjadi peka.

"Lah itu sadar," jawab Tata sedikit berteriak karena senang akhirnya lelaki itu menyadari perasaannya sedari tadi.

"Lo siapa?"

Bryan's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang