5

2K 315 116
                                    

•Vote
•Komentar

Minggu membosankan dan Minggu menyedihkan menurut Bryan, meski Papa dan Mamq tidak ke kantor, tetap saja rumah itu terasa sunyi. Terlebih hati Bryan yang sedang kosong belum ada kaum hawa yang mengisi. Safa entah pergi kemana bersama sahabat laknatnya yaitu Tata. Begitu juga temannya, Vano dan Arga yang belum bangun karena hari ini adalah week-end.

"Bry, tumben diem aja, jadi sepi."

"Lagi galau, Pa," jawab mamanya dengan terkekeh.

"Ke markas sana! Daripada diem aja, redup amat idupmu," ujar Giorlan.

"Sama papa?" tanya Bryan diangguki papanya.

Dua laki-laki itu tidak terlihat seperti anak dan Ayah, sungguh. Kalau orang yang tak mengenalnya, pasti mengira mereka
adik- kakak, atau bahkan teman sebaya. Bukan Bryan yang terlihat tua, tetapi Giorlan saja yang masih terlihat sangat muda. Ya memang muda, karena lelaki itu memiliki anak saat masih sekolah.

"Gada yang nginep?" tanya Giorlan.

"Malming pada keluar sama cewenya," jawab Bryan sedikit ketus.

"Papa mau acara, mobilnya Bryan bawa aja," ujar Giorlan, diangguki anaknya.

Bryan mengetuk pintu rumah minimalis itu berkali-kali, jika saja ini rumahnya, mungkin sudah didobrak, ketahuilah Bryan sangat tidak sabaran. Lelaki itu berdecak kesal, bisa-bisa dirinya lumutan di tempat ini.

"Bry, ngapain disini?"

Bryan menatap sebal perempuan yang bisa-bisanya sudah siang seperti ini masih terlihat mengantuk, bahkan perempuan itu membawa gulingnya keluar.

"Jam segini baru bangun lo? Gimana coba ntar kalo udah nikah? Emang sudi suami lo bersih-bersih rumah, masak, dan gantiin pekerjaan lo?" tanya Bryan.

"Sudi aja lah, suami ku bukan kamu," jawab Melandi santai.

"Buruan mandi! Gue kasih waktu 10 menit, lo harus temenin gue ngerjain tugas!" perintah lelaki itu.

"Gayanya temenin, orang yang ngerjain cuma aku doang palingan," jawab Melandi masih dengan bahasa medoknya.

"Yaudah sana mandi! Lemot lo!"

Caffe, 10.00 WIB

"Bry, bantuin! Malah main HP. Kamu pikir dikit? Gak capek apa nulis terus," gerutu Melandi kesal.

Bayangkan saja, dirinya mengerjakan dua tugas, miliknya dan milik Bryan. Ya kalu sedikit, masalahnya Bu Pita memberi tugas yang tidak kira-kira.

"Ya terserah lo, babu emang harus capek," jawab Bryan santai.

"Kaya kerja rodi," gerutu perempuan itu.

Melandi tidak bisa menolak jika Bryan sudah menyangkutkan kata itu, dirinya semakin tidak enak membantah ketika tau Bryan adalah cucu Adijaya. Tapi, untuk manusia seperti Bryan, Melandi pikir pantas saja dibantah.

"Bry, ntar tangan aku copot semua gara-gara kebanyakan nulis! Ntar aku ga bisa nulis, ntar ga bisa makan,"  ucap Melandi, jujur saja dirinya sedikit risih untuk melebih-lebihkan kata.

"Gue suapin," jawab Bryan ngasal dengan masih bermain Handphone nya.

"Tangan kamu bekas buat nyuapin Azila kan?"

Bryan menatap tajam perempuan itu dengan mata elangnya, jika saja bukan perempuan, mungkin Bryan sudah menjotos wajah orang itu. Melandi meringis ketakutan melihat raut marah lelaki itu, dia fikir wajah imut Bryan akan bertambah imut ketika marah, tetapi jauh lebih menyeramkan.

Bryan's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang