6

1.9K 321 34
                                    

Sebelumnya! Author minta tolong buat kasih bintang-bintang di langit. Please banget kasih komen di cerita ini. Jangan kaya hantu, masa iya ada wujudnya tapi ga keliatan😱 please ya aku maksa😭

Perempuan itu mendekat ke arah Bryan bersama teman geng nya, mungkin para lelaki itu masih memiliki hati nurani untuk menolongnya. Melandi berusaha untuk terus berjalan meski sakit di kepalanya hampir membuat dirinya pingsan.

"Ngapain lo?" tanya Bryan ketus.

Belum sempat menjawab, tubuhnya limbung dan jatuh ke lantai. Bukan seperti drama Korea ataupun FTV, dirinya jatuh tak ada laki-laki yang menopang tubuhnya.

"Eh lu ngapain pingsan? Agus? Wey lu modus kan?" tanya Bryan sedikit mendekat.

Vano yang kepo akhirnya ikut mendekati Melandi. "Ini beneran, liat bibirnya pucat gitu!" ucapnya.

Dengan sedikit ragu, Bryan mengangkat tubuh Melandi dan membawanya ke UKS. Disana diikuti Arga dan Vano, entahlah, dua orang itu selalu menguntit kemanapun Bryan pergi.

"Melan kenapa?" tanya Tata yang tiba-tiba datang.

"Gatau, ini kuncinya mana coba? Tangan gue pegel gendongnya," gerutu Bryan.

Tak lama kemudian datang perempuan yang berlari ke arah mereka. "Eh maaf, tadi gue masih sholat," ucapnya.

Bryan meletakkan perempuan itu, lalu beranjak keluar. Tetapi dicegah oleh petugas PMR itu.

"Bry, lo tungguin disini bentar gimana? Gue laper mau ke kantin. Please, cuma bentar," ujarnya, tapi jika difikir-fikir perempuan itu termasuk orang yang berani, buktinya dia tidak gugup berbicara dengan Bryan.

"Gue mau sholat, Arga lo yang jagain!" suruh Bryan.

"Gue juga disini, lagi libur," sahut Tata.

Selama di mushola, Vano sedikit memperhatikan mata Bryan yang terlihat berkaca-kaca saat berdoa. Lelaki itu menepuk pundak sahabatnya pelan.

"Lo keinget Azila?" tanya Vano tak dibalas olehnya.

Vano tahu betul dengan spesies macam sahabat nya itu, lelaki setangguh itu menangis hanya karena satu perempuan di masa lalunya, berarti benar-benar cintanya gak main-main.

"Lo ngadu dan nangis ke Tuhan soal cinta haram lo? Emang gak diketawain setan?" tanya Vano.

"Lo setannya, lo gak tau gue berdoa nya apa? Gue berdoa biar luka cepet sembuh," ujar Bryan.

"Aneh, orang lo yang nyiptain luka itu sendiri," ucap Vano santai.

"Hibur gue napa, malah nyakitin lu," balas Bryan.

RS Adijaya, 17.00 WIB.

Tata masih tidak percaya dengan tulisan di kertas itu, berkali-kali dia baca hasilnya tetap sama. Dirinya sama sekali tidak mengira jika Melandi menyembunyikan hal ini.

"Melan," panggilnya.

"Lo gak cerita sama keluarga?" tanya Tata.

Melandi hanya menggelengkan kepala, menurutnya bercerita pada kakaknya hanya akan menambahkan beban. Melandi juga kasian melihat Alika yang harus bekerja tiap hari, bahkan perempuan itu belum mau menikah jika adiknya belum lulus, padahal usianya juga sudah sangat pantas untuk berumah tangga.

"Melan, kalo butuh bantuan gak usah sungkan bilang ke gue. Gue InsyaAllah bisa kok bantu biaya pengobatan lo," ucap Tata.

Melandi hanya menggeleng, dirinya tak ingin merepotkan Tata, terlebih mereka belum kenal lama, dia merasa tak enak terus merepotkan Tata.

Bryan's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang