*8. Kebenaran yang Terungkap (2)*

2K 323 263
                                    

Pintu kayu kamar yang berwarna coklat tua itu dibuka. Buku-buku bawaannya lalu dibawa masuk ke dalam. Kemudian pintu didorong dengan sebelah kaki agar tertutup kembali.

Ketika melihat pintu yang hampir tertutup itu, dengan reflek si kucing menyusup ke celah pintu secepat mungkin. Membuat pergerakannya terlihat bagaikan sebuah siluet.

Ngeeeng!

Brak! Pintu tertutup dengan sempurna dan sang kucing berhasil masuk. Raut bangga terpampang jelas pada wajahnya. Berbeda dengan sang kucing yang masih asyik dalam dunianya sendiri. Untuk sesaat raut Gempa masih kaget. Saking kagetnya sampai-sampai buku yang dibawanya jatuh berhamburan.

"Astaga-- Solar?" Gempa mengelus dadanya. "aku kira apa tadi. Jangan mengendap-endap seperti itu." Jujur Gempa hampir mengira ada penampakan yang lewat karena kucing itu berlari sangat cepat.

"Ngeeeeng (Ya, maaf)."

"Kok kamu ngeong kayak motor?"

Mengabaikan pertanyaan si manusia. Si kucing mengedarkan pandangannya.

Wow impresif!

Mata sang kucing berbinar takjub begitu melihat seisi ruangan. Sebelumnya ia hanya pernah melihat sekilas isi kamar yang dihuni tuan mereka. Ketika dilihat lebih dekat ternyata bagian dalamnya sangat mengesankan.

Dindingnya yang berwarna biru malam menghadirkan suasana bagaikan berada di tengah-tengah ruang angkasa. Ada hiasan berupa planet-planet mini yang menggantung di plafon. Juga, bintang-bintang pada dinding serta langit-langit kamar yang bisa menyala ketika lampu dimatikan.

Tapi bagi si kucing, bagian terbaik dari semua itu adalah...

... rak buku!

Yang penuh dengan aneka buku!

Tanpa menunggu lagi si kucing berlari ke rak buku itu. Hewan itu berjalan mondar-mandir melihat isi rak kemudian mengambil sebuah buku. Setelahnya si kucing berkacamata langsung membuka dan membacanya.

Melupakan kehadiran manusia yang tadi bersamanya.

Hening mengisi kamar itu. Mendadak firasat si kucing mulai tidak enak. Dengan terpatah-patah ia menoleh ke belakang. Dan benar saja, Gempa yang sedari tadi memperhatikan tindak-tanduknya menatap dengan raut terkejut, heran dan berbagai ekspresinya lainnya yang sukses membuat si kucing membatu.

"Kamu ... membaca?"

"..."

Tidaaak! Jangan panik diriku! Jangan panik! Tarik nafas! Hembuskan! Tarik nafas! Hembuskan!

Si kucing berusaha menetralkan rautnya agar tidak semakin dicurigai. Dipasangnya wajah polos kemudian memainkan buku di depannya. Hendak membuat Gempa berpikir jika ia tidak tahu benda apa yang dimainkannya itu.

Cukup lama Solar masih berakting hingga kemudian Gempa menggelengkan kepalanya lalu memungut buku-buku yang terjatuh tadi.

"Aku bicara apa tadi, mana mungkin 'kan kucing bisa membaca."

Fuh!

Nyaris saja. Tanpa sadar Solar menghela nafas lega. Hal itu membuat Gempa kembali melihatnya.

Meow Attack!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang