*9. Kebenaran yang Terungkap (3)*

2.2K 317 343
                                    

Tok! Tok! Tok!

Buagh! Gedubuagh! Mbweeek!

"Meoong?! (Taufan! Kok pintunya malah ditutup sih?!)" Blaze memukul-mukul pintu utama dengan kesal.

Thorn yang sejak tadi menonton menatap prihatin pintu tak bersalah yang menjadi sasaran pelampiasan rasa kesal kucing itu. Maka ditepuknya pelan pundak sang saudara.

"Brombrombroom (Udah Blaze, kasian pintu yang tak berdosa itu. Sekesal apapun kita, tetap harus mengontrol emosi, jangan sampai melampiaskan pada yang tak bersalah)."

"Meowhy? (Terus gimana caranya kita bisa masuk?)" tanya Blaze padanya.

Tanpa menjawab pertanyaan saudaranya, Thorn berdiri. Kemudian mengambil batu yang dipungutnya asal untuk diletakkan di atas kedua telapak tangannya. Sedangkan Blaze memperhatikan apa yang akan dilakukan saudaranya.

"Meooow! (Assalamu'alaikum! Ada paket!)" Thorn meniru gaya kurir yang mengantar paket.

"Nyaaw! (Paketnya Pak! Bu!)" seru Thorn lagi.

Sekitar lima menit si kucing mengeong, tapi tidak ada tanda-tanda pintu akan terbuka. Merasa apa yang dilakukannya sia-sia, lantas si kucing membuang asal batu itu. Wajahnya seketika cemberut.

"Nyeh (Dahlah)."

Mengetahui Thorn sudah menyerah, Blaze kembali menggedor-gedor pintu sembari mengeong ribut.


"Miaaw! (Bambang! Bukain dong!)"

Untuk ukuran seekor kucing kecil, tenaga yang dikerahkan Blaze bisa dibilang cukup kuat. Sehingga suara ketukan yang ditimbulkan pun cukup berisik. Dan yang mengherankan adalah tidak ada seorangpun yang bergerak membukakan pintu.

Sekarang giliran kucing kelabu menoleh pada Blaze dan bertanya. "Maoreo? (Sekarang bagaimana?)"

"Gworiorio (Ayo cari jalan masuk lain)," ajak Blaze yang kemudian berlari ke halaman rumah. Kucing itu kemudian memindai seluruh bagian depan rumah. Dari tempatnya berdiri sekarang bisa terlihat olehnya jendela lantai dua yang persis menghadap jalan raya terbuka lebar.

Mata si kucing berbinar senang.

"Pewpewpew! (Eh lihat! Jendela di lantai dua terbuka tuh. Ayo manjat!)"

"Nyowkey (Oke.)"

Kedua kucing itu lalu mencari-cari benda apapun yang bisa dijadikan sebagai tumpuan untuk meloncat. Cakar mereka yang tajam lebih mudah menancap pada rumah yang terbuat dari kayu itu. Membuat mereka mampu memanjat dengan lincah. Hingga akhirnya, tanpa memakan waktu lama kedua kucing itu dapat mencapai jendela dengan selamat.

Blaze dan Thorn berdiri di atas kusen jendela kamar. Mereka melihat Solar yang sedang membaca buku; Gempa yang tengah mengerjakan sesuatu dan-

Kreet!

-Taufan yang baru masuk kamar.

"Fuh, lega-- lho? Kalian baru selesai pup juga?"

Blaze dan Thorn serempak memasang wajah datar mendengar pengakuan secara tak langsung Taufan.

Meow Attack!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang