*1. Gak Mau Mandi!*

3.3K 383 172
                                    

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu berhasil mengalihkan tatapan serius seorang anak laki-laki dari ponselnya.

Siapa yang datang lewat pintu belakang? Batinnya heran begitu menyadari bunyi ketukan bukan berasal dari pintu depan melainkan pintu belakang dapur.

Si anak laki-laki pun berteriak, "Gempa! Bukain pintu belakang, ada orang!"

Kening anak itu mengerut, pasalnya beberapa menit telah berlalu namun orang yang dimaksud tak kunjung datang. Beberapa saat kemudian keheranannya pun terjawab.

"Kak! Ini Gempa, bukain pintunya!"

Rupa-rupanya yang mengetuk pintu belakang adalah salah satu adik kembarnya yang dipanggilnya tadi. Namun setelah tahu entah kenapa kakak dari Gempa itu tak kunjung bangun dari duduknya.

"Hmmmm...."

"Taufan! Bukain pintu belakang!" si Kakak kembali memanggil yang kali ini adalah adik pertamanya yang merupakan stok pesuruh terakhirnya.

Dasar mageran.

Taufan yang ternyata sedari tadi ada di depan televisi atau dengan kata lain di depan sofa yang didudukinya menutup kedua telinganya rapat-rapat.

"Dih! Udah tau aku ada di sini, masih aja teriak! Mentang-mentang nama situ Halilintar, teriaknya musti cetar juga gitu?!"

Halilintar melotot terhadap cibiran adik pertamanya itu. Namun karena dirinya sudah pe-we ditempat dirinya pun mengurungkan niat untuk mengajak gelud adiknya itu.

Halilintar memutar bola matanya bosan, "Sudah, bukain pintu belakang sana!"

Taufan berdiri dari duduknya tapi bukan untuk membuka pintu belakang. Melainkan untuk menghampiri kakaknya itu.

"Sekedar informasi aghu itu adikmu bukan babumuh!" Taufan mendesis kuat di depan sang kakak sehingga tak sengaja air liurnya ikut keluar menyebabkan hujan lokal mengenai wajah Halilintar.

Halilintar yang terkena hujan lokal bukannya bersyukur, ia malah histeris dan bersiap mengamuk.

Kan kata Opah hujan itu rahmat.

Taufan yang melihat tanda-tanda bencana alam pun dengan sigap melarikan diri ke dapur.

"Gempa! Where are youuu?!!!!" teriaknya mengabaikan Halilintar yang mulai menyusul dengan wajah seolah ingin mencincangnya hidup-hidup.

Brak!

Sesampainya di dapur Taufan segera membuka pintu belakang dengan tidak santainya. Sungguh berkebalikan dengan wajah santainya. Padahal jelas-jelas bahaya mengejarnya dibelakang.

Dan pemandangan yang menyambut Taufan begitu pintu terbuka adalah sosok adik kembarnya, Gempa—yang ditempeli bola-bola bulu besar.

"Hah? Apa ini?" tanya Halilintar yang tahu-tahu sudah ada di samping Taufan. Emosinya langsung lenyap tak bersisa tergantikan keheranan begitu melihat bola-bola bulu tersebut.

Karena sangat penasaran, tangannya pun bergerak menyentuh salah satu bola bulu yang digendong Gempa. Tanpa sengaja semua telapak tangannya malah termasuk dalam bola bulu itu.

Halilintar mengernyit karena bola bulu itu terasa hangat seperti makhluk hidup--

Krauk!

"HISSS! (PERUT JANGAN MAIN!)"

"AAAA! TANGANKU!"

"Wut kocheng?!"

Meow Attack!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang