*4. Kejutan Pagi*

2.5K 343 194
                                    

Mentari masih enggan menampakkan diri. Suasana sunyi masih menyergap Pulau Rintis. Di dalam sebuah rumah kayu sederhana. Terlihat empat ekor kucing yang telah terjaga. Kucing-kucing itu memang terbiasa bangun pagi. Karena sebelum tinggal dengan para anak kembar, mereka harus bangun pagi-pagi buta untuk mencari makanan.

Di daerah sekitar komplek terdapat banyak sekali kucing liar.

Kucing kecil seperti mereka biasanya akan kalah dengan kucing-kucing yang lebih tua dan berpengalaman dalam hal wilayah kekuasaan maupun berburu makanan.

Namun, itu tidak berlaku bagi keempat kucing itu. Terdapat perbedaan antara mereka dengan anak kucing lainnya. Perbedaan yang membantu mereka mengarungi kehidupan.

Mereka lebih suka menyebut perbedaan itu sebagai keistimewaan.

Blaze adalah kucing yang atletis. Dia bisa memenangkan pertarungan dengan mudah. Kucing yang muda maupun yang tua segan dengannya. Karena meskipun sedikit bar-bar, Blaze tidak pernah melawan orang yang lebih lemah darinya.

Ice adalah kucing yang pandai berenang. Tubuh besarnya tidak membuatnya kesulitan dalam berenang. Mungkin ini sulit dipercaya, tapi Ice benar-benar bisa menahan nafas untuk menyelam dan berburu ikan.

Thorn adalah kucing yang lincah dan pandai memanjat. Dia melompat dari dahan ke dahan untuk berburu burung maupun tikus di genteng. Tapi karena Solar melarangnya menangkap tikus. Dia lebih sering berburu burung.

Solar adalah kucing yang cerdas. Dia bisa membaca buku bahasa manusia. Selain itu, Solar cepat dalam berlari. Meskipun Solar adalah kucing yang paling muda, namun dialah yang selama ini membimbing saudara-saudaranya.

Saat ini semua kucing tengah kebingungan. Ketiga kembar yang ditunggu mereka belum juga turun. Padahal perut mereka sejak tadi berteriak minta diisi. Terutama Ice. Dia tidak bisa tidur karena bagian dalam perutnya terdapat konser.

"Nyaice! (Ice! Konser dalam perutmu kedengaran tau!)" gerutu Solar sambil menutup telinga kucingnya. Namun, Ice mengabaikannya.

"Nyuhuhu! (Huhu! Senangnya!)" ujar Ice dengan linangan air mata kebahagiaan. Mengabaikan bunyi konser dalam perutnya. Mendengar itu, semua saudaranya menoleh heran.

"Nyah? (Senang kenapa?)" tanya Thorn.

Ice menjawab," Miau (Akhirnya aku punya nama keren, nggak seperti nama yang kemarin)."

"Nyawut? (Ndut?)" tanya Blaze.

Ice seketika melotot, "Nyeh! (Heh! Jangan sebut nama pamali itu lagi!)"

"Meong (Tapi itu kan namamu sejak lahir)," balas Blaze heran.

"Nyak! (Pokoknya aku gak suka! Hmph!)" ketus Ice. Dia benar-benar tidak suka nama lampaunya yang seolah mencerminkan bentuk fisiknya.

"Miii, meow? (Jangan bertengkar, ngomong-ngomong kenapa mereka belum turun, ya?)" tanya Solar.

"Mauw (Entahlah)," jawab Blaze.

"Nyew (Aku lapar)," rengek Thorn.

"Meo (Aku juga)," sahut Ice.

Tiba-tiba muncul lampu imajiner di atas kepala Solar, tanda dia mendapat ide. "Meong? (Bagaimana kalau kita ke lantai dua?)" usulnya.

"Mweah! (Ide bagus!)" seru Blaze dan Thorn senang.

"Nyong (Gendong)," pinta Ice. Dia sangat kelaparan sehingga rasanya tidak punya cukup tenaga untuk berjalan.

Blaze melotot horror. "Nyah! (Nggak! Jalan sendiri sana!)" tolaknya. Blaze memang kucing yang kuat, namun ia tetap tidak mau mengambil risiko terkena encok sejak dini. Sedangkan Solar hanya menatap datar pada Ice. Saudaranya itu sudahlah paling besar, paling manja pula.

Meow Attack!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang