diizinkan pulang, tapi

631 78 0
                                    

Akhirnya San membiarkan Leya membelakangi dirinya, lagi pun San tidak akan memperbolehkan perempuan itu pulang sekarang sebelum sehat. Dirinya masih khawatir kalau nanti ada apa-apa yang terjadi dengan Leya serta anaknya. Sebetulnya San masih mau mengomel lebih kepada Leya, tapi seketika San sadar dirinya bukan siapa-siapa.

Saat ini tidak ada siapa-siapa lagi kecuali mereka berdua, lelaki itu sangat ingin membuat Leya mengingat siapa dirinya. Tapi karena perempuan itu keliatan masih ngambek, San kembali mengurungkan niatnya. San berdoa agar Leya mengingatnya dan menerima dengan baik kehadirannya, lagi.

"Leya, aku pergi ke dokter untuk minta izin kamu boleh pulang atau tidak." Kata San setelah menimang-nimang permintaan perempuan itu. Leya langsung menurunkan selimutnya dari wajah menatap San dengan gembira sembari menahan senyumnya.

"Seriusan? kalo diizinin kamu boleh minta satu permintaan dari aku." Kata Leya membuat San tersenyum mendengarnya, sebisa mungkin dia akan membuat Leya pulang hari ini dan meminta permintaan kepada wanita itu, meminta untuk mendengarkan ceritanya.

Sepeninggalan San, Leya langsung melebarkan senyumnya dan berdoa agar diizinkan pulang oleh dokter. Sungguh walaupun baru beberapa jam di sini dirinya rindu kamar, rindu juga memegang ponsel untuk menanyai kabar Jeno. "Eh ponselku kemana?"

Leya menatap sekeliling, menelaah setiap sudut mencari ponselnya. Rasanya Leya ingin bangun dan berjalan tapi tubuhnya menolak untuk melakukan itu, dan lebih memutuskan untuk kembali menidurkan badannya menatap langit ruangan yang dia tempati.

Leya menoleh ke pintu yang memunculkan San dengan senyum mengembang di bibirnya. "Gimana? boleh pulang ga?"

San mengangguk. "Tapi kamu harus menjaga pola makan, tidur cukup, jangan lakukan pekerjaan yang berat, rajin berolahraga, hubungin aku kalo ada sesuatu yang di butuhkan." Dokter memang berbicara seperti itu, tapi kalimat terakhir bukanlah yang di perintahkan dokter melainkan kemauan San sendiri. Lelaki itu hanya ingin Leya lebih mengandalkan dia untuk kedepannya.

Leya hanya mengangguk-anggukan kepalanya mendengar kata-kata yang terlontar, tak memperdulikan apa kata dokter. Pasti semua dokter yang sudah ia temui selalu berkata sama sepeti yang barusan San bicara, sama persis. Jadi percuma saja dirinya mendengar, tapi kata terakhir membuat perempuan itu memberhentikan tangannya yang sedang memilin ujung selimut.

Club; Choi SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang