Menghilang. Lagi

1K 94 1
                                    

Sore nya Jeno benar-benar datang. Dan sekarang Leya lagi cuddle sama jeno di kamar perempuan itu, tenang Jeno bukan lelaki yang gampang terbawa nafsu. Mereka selalu seperti ini sejak dulu dan Jeno selalu menghormati wanita yang di dekapannya. Perasaannya seneng sejak siang tadi. Akhirnya Jeno maafin dia dan mau nerima bayi yang di kandungnya.

Tapi ada juga perasaan cemas, apa nanti orang tua Jeno sendiri bisa terima? dia takut keluarga dari kekasihnya memandang dirinya sebagai perempuan ga benar.

"Gimana soal kita, kamu udah kasih tau orang tua kamu?" Leya mendongakkan kepalanya, ia tahu baru tadi siang Jeno kembali menerimanya dan belum tentu Jeno langsung meminta izin kepada keluarga lelaki itu.

Jeno bergeming memandang lurus, masih mengelus rambut halus milik kekasihnya. Sudah, keluarganya sudah Jeno beritahu kalo dirinya ingin menikahkan Leya, mulanya sang Mama setuju saja tapi kala mendengar hal yang sedang menimpa kekasih putranya langsung menentang hubungan mereka. Jeno tau akan menjadi seperti ini, orangtua mana yang akan menyetujui anaknya menikah dengan orang yang sudah hamil dengan orang lain.

"Jeno?"

"Nanti ya?" Jeno senyum, mengecup kening yang sedikit tertutup poni.













...







Beberapa hari ini Jeno kembali menghilang, tidak bisa di hubungi bahkan masuk kampus pun tidak. Semua media sosial nya tidak aktif sejak sebulan lalu, memang lelaki itu jarang sekali bermain media sosial. Leya semakin di buat khawatir, dia tidak akan bisa datang kerumah Jeno karena dia sendiri pun tau dirinya pasti akan di usir kecuali saat Mama Jeno yang menemuinya.

Dan hari ini jadwal Leya masuk, ia terpaksa kuliah walau badannya yang lemas, perempuan itu pergi seorang diri. Ledua sahabatnya itu tidak ada jadwal, dan hanya mau pergi keluar kalo ada jadwal kampus, bisa saja dirinya meminta tolong untuk di antarkan tapi Leya itu tidak mau banyak merepotkan sahabatnya terus.

Sampai kelas Leya menidurkan kepalanya di atas meja, rasa pusing serta mual mulai terasa di tubuhnya. Mengangkat tangan untuk meminta izin pun tak bisa, tubuhnya seakan sangat berat.

Kelas lima menit lalu berakhir, tapi perempuan itu masih berada dikelas. Bahkan dia sudah berusaha menegakkan badannya tapi selalu jatuh ke kursi lagi. Dia sama sekali tak punya teman yang yang dapat membawanya pulang kecuali dua sahabatnya.

"Kamu harus kerumah sakit Leya." Suara yang tidak asing masuk ke pendengarannya.

Leya membuka kedua matanya masih menepatkan kepalanya di atas meja. "Ya? Siapa?" Tanya Leya pelan, memastikan orang di sampingnya.

"San, ayo kita kerumah sakit." Sungguh San tidak tega melihat Leya benar-benar tidak berdaya seperti sekarang. Feeling nya benar, bahwa Leya sedang tidak baik-baik saja.

"Engga, kamu tolong telponin Jeno aja ya, San?" Pinta Leya pelan.

"Jeno gabakal datang, leya."

"Tau dari mana kamu ha? gausah sok tau kamu." Dengan susah payah Leya mengeluarkan suaranya yang meskipun tenggorokannya begitu sakit.

"Aku tau tentang kalian, sekarang ikut aku ya? kita kerumah sakit. Aku ga mau anak aku kenapa-napa gara-gara kamu."

Club; Choi SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang