Kamu, Leya.

603 75 0
                                    

San tersenyum melihat perempuan di sampingnya yang lebih menempel dan mengurangi kadar mengomel dari sebelumnya. Seperti sekarang Leya sedang menepatkan kepalanya di dada bidang milik San sambil memeluk perut lelaki itu.

Omongan yang lalu-lalu seakan lenyap karena kandungan Leya, si bayi yang selalu ingin menempel pada sang Ayah. Bahkan untuk jauh dari San saja Leya tak sanggup sekarang.

"San, aku mau deh anak aku kembar." Katanya dengan nada ingin. Tapi Leya masih tetap mengatakan bahwa itu anaknya bukan anak mereka. San ga masalah lagi sekarang, yang penting Leya mau menerima kehadirannya dulu, sudah cukup bagi lelaki itu.

San menepuk-nepuk kepala Leya. "Nanti kita USG dia kembar atau engga, apapun pemberiannya kamu harus terima ga boleh marah-marah."

Leya mengangguk, memejamkan matanya. Beberapa hari ini perempuan yang sedang menyenderkan kepalanya di dada itu selalu mengantuk sehabis makan. Tangannya mulai memainkan jari-jari tangan kiri San.

"Leya kamu waktu di rumah sakit bakal ngabulin pemintaan aku saat diizinkan pulang kan? boleh aku pakai tawaran itu sekarang?"

San rasa sekarang waktu yang tepat buat Leya-nya mengetahui hubungan mereka di masa lampau, apapun yang nanti di katakan Leya urusan belakangan. Dia hanya ingin perempuan yang di dekapannya mengingat siapa dirinya.

Leya mendongak menatap mata San. "Tentu."

"Saya mau cerita tentang masa sulit saya." Leya langsung meneggakkan badannya menatap San dengan gugup, kalau lelaki itu sudah memakai kata saya saat berbicara bawaannya Leya sudah lemas dari ujung ke ujung.

"Pokoknya dengerin saya dulu, jangan menyela pembicaraan saya." Kata San tegas membuat Leya mengangguk patuh. "Dulu saya bertemu dengan perempuan yang sangat cantik saat saya berada di titik terendah, dia nyemangatin saya kalo kita harus tetap semangat demi hal sekecil apapun. Dia mengomeli saya saat ingin menyerah untuk hidup di dunia ini, dia juga bilang kalo dia bakal jadi teman saya sampai kapanpun. Kita berteman tapi saya kehilangannya tepat setahun saya kenal dia, saya ga tau dia dimana saat itu." san menarik nafasnya sebentar.

"Saya bertekad untuk sukses dan mencari dia, sekarang keduanya sudah terkabul Ya. Saya sudah bertemu dia, tinggal membuat dia jatuh ke dalam pelukkan saya." Lanjutnya di akhiri senyum tipis.

"Siapa perempuan itu?" Leya bertanya seraya tersenyum menahan hati yang terasa sakit, begitu mendengar cerita lelaki di depannya dengan mata yang berseri menunjukkan bahwa lelaki itu senang bertemu pujaan hatinya lagi.

Entah, Leya hanya merasa bahwa sosok perempuan itu sangat berharga buat Choi San. Leya iri.

"Kamu, Leya." Sontak Leya menatap San kaget, dirinya perempuan itu?

Club; Choi SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang