San. lo kemana si?

638 71 1
                                    

"Gimana keadaan Leya?" Tanya San melalui telepon selesai dirinya menyesap kopi favoritnya.

Pagi ini lelaki itu sengaja menyuruh Yunho menjaga Leya sementara, diakibatkan dirinya yang harus menghadiri meeting. Dan kebetulan sahabat perempuan itu tak ada kesibukan, jadi San bisa mengandalkannya.

"Badannya panas, tapi tenang aja dia udah makan sama minum obat juga. Cuma sebelum gue nutup pintu kamarnya, Leya ngigau nama lo mulu." Jawab Yunho dari sebrang sana yang sedang merebahkan tubuh tinggi nya di sofa.

Rasa khawatir langsung merambat di tubuh San saat Yunho berbicara kalau perempuan yang singgah di hatinya itu, sakit. Kalo saja meeting kali ini bisa di tinggal, lelaki itu lebih baik menemani Leya dari pada pergi ke kantor. Dan untungnya meeting yang membuat San menahan kesal itu sudah selesai.

"Setengah jam lagi gue sampe sana, mau gue bawain sesuatu gitu?"  Tanya San yang di jawab tolakan oleh Yunho. Sebisa mungkin, dalam waktu setengah jam San harus sampai sana, walaupun seharusnya bisa menghabiskan satu jam untuk sampai.











...












Setengah jam lewat sejak San mengatakan kalau dirinya akan sampai, tapi tak ada tanda kalau lelaki itu datang. Yunho yang duduk di ruang tamu dilanda kebingungan serta khawatir takut hal yang tak di inginkan terjadi.

Jari panjangnya mengetuk-ngetuk layar ponselnya yang mati, dalam hati Yunho tidak akan bisa memaafkan jika terjadi sesuatu dengan lelaki itu. Dirinya mulai mempercayai San untuk menjaga sahabatnya jika dia mulai sibuk dengan hal yang lain.

Sejujurnya Yunho sedikit menaruh hati pada sahabatnya itu----maksudnya Leya bukan Wooyoung. Sudah lama, sebelum perempuan itu kenal Jeno. Tapi dia ga bakal mengungkapkan kepada siapapun tanpa terkecuali. Hanya tidak ingin persahabatan mereka yang di bangun sejak dulu hancur dalam sekejap karena perasaannya.

"San. lo kemana si?" Gumamnya.

"Memangnya San kenapa?"

Yunho menengok, mendapatkan Leya berdiri tak jauh dari lelaki itu. Memakai jaket dirinya yang sangat kebesaran di tubuh mungil perempuan itu, gemas.

"Ga pa-pa, kamu ada butuh sesuatu?"

Leya menggeleng, berjalan untuk duduk di samping lelaki menjulang itu. Menyenderkan kepalanya yang terasa berat di pundak Yunho. "Pusing Yun."

Refleks tangannya memijat kepala Leya pelan. "Kenapa ga diem aja di kamar?"

"Ga betah. Dari malem di kamar terus, cape nangis juga. Aku kangen Mama sama Papa."

Perempuan itu bermimpi bertemu orang tua kandungnya, mengatakan kalau mereka merindukan putrinya dan menunggu kehadiran cucu mereka di mimpi itu.

"Mau ngunjungi mereka?"

Kepalanya mendongak menatap mata lawannya dengan bersinar, sahabatnya selalu tau apa yang dia inginkan. "Mau, sekarang ayo."

"Besok ya, tunggu panas kamu turun dulu."

Kembali merunduk mengiyakan perkataan Yunho. "Pagi ini San sudah kemari?"

"Belum."

"Biasanya dia selalu dateng buat nengok aku, ko hari ini engga." Ada nada sedih di setiap kalimat yang keluar dari mulut Leya.

"Sudah ada perasaan dengan San?"

"Sepertinya, tapi belum sebesar aku cinta Jeno."

Dua kali, dua kali dia mendengar perempuan di sampingnya menyukai seseorang dan bukan dirinya. Jika sudah seperti ini, Yunho tidak akan mengharapkan Leya untuk memiliki perasaan yang sama.

Club; Choi SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang