23

1.7K 294 88
                                    

"Oh udah selesai Surprise-nya??" Tanya Dokter Minhee yang tiba-tiba masuk ke ruangan dan menyalakan lampu yang semula memang sengaja dimatikan.

"I-iya, Om.." balas Beomgyu.

Iya, Choi Minhee ini pamannya Beomgyu. Mereka sudah sekongkol dari awal. Bahkan bisa dikatakan semua rencana Beomgyu bisa berjalan lancar pun berkat adanya campur tangan Minhee. Mulai dari tabrakan mobil dan darah palsu, itu semua akal-akalan Minhee. Kalo bagian Beomgyu sih mulai dari pura-pura sakit, nyogok suster UKS supaya beneran dikira sakit sama Jinha dan ya pura-pura tertabrak.

Minhee menggaruk pelipisnya kikuk karena ia bisa merasakan aura diantara Beomgyu dan Jinha sedang tidak baik. Sekarang keduanya sama-sama terduduk dalam jarak yang sangat jauh. Beomgyu di bangsal dan Jinha di kursi sudut ruangan.

"Duh kalian berantem ya?"

"B-bukan gitu, Om.." jawab Beomgyu. Laki-laki itu juga bingung mau jelasin gimana. Sebenarnya setelah kejadian itu atmosfer diantara dia dan Jinha jadi terasa canggung. Bukan marahan, hanya saja sedang mencoba menguasai diri masing-masing.

Karena itu adalah pertama kalinya mereka melakukan——ya kalian tau lah. Jadi, masih sangat asing untuk keduanya.

"Ohh gitu. Maaf ya Jinha kalo ini bikin kamu kaget. Oh iya! Selamat ulang tahun," kata Minhee.

"E-eh iya makasih, Om," jawab Jinha seraya tersenyum canggung.

"Yaudah kalo gitu Om duluan. Masih ada satu operasi lagi," pamit Minhee.

"I-iya, Om.." balas Jinha dan Beomgyu bersamaan.

Setelah kepergian Minhee, keduanya hanya saling diam. Dalam hati, Jinha sedang meruntuki diri sendiri sedangkan Beomgyu bingung harus apa.

"Pulang?" Tanya Beomgyu mencoba memberanikan diri.

Jinha mengangguk lalu memakai kembali tas sekolahnya yang semula ia lepas.

Beomgyu berdiri dari bangsal dan berjalan menghampiri Jinha, "Ayo,"

***

Jinha dan Beomgyu akhirnya pulang dengan berjalan kaki. Keduanya masih saling menjaga jarak seperti sedang bermusuhan meski dalam hati masih sama-sama merasa terbakar. Tidak ada yang berniat memecah keheningan. Sepertinya diam memang menjadi pilihan yang tepat menurut keduanya——ya, setidaknya untuk sekarang.

Sampai akhirnya Beomgyu yang memperhatikan langkah Jinha pun melebarkan mata panik.

"Awas!" Pekik Beomgyu ketika Jinha hampir saja tersandung batu besar. Laki-laki itu menahan tangan kanan Jinha agar gadis itu tidak hilang keseimbangan. Namun apa yang dia dapat???

Jinha malah refleks memukul wajah Beomgyu dengan siku gadis itu. Beomgyu maklumin sih mungkin itu naluri atletnya Jinha. Bisa dibilang, refleks bela diri.

"Aghhrh.." ringis Beomgyu memegangi hidungnya yang terasa nyeri.

"Eh! S-sorry sumpah refleks," panik Jinha merasa bersalah.

Jinha memegang wajah Beomgyu sambil berjinjit, "Coba gue liat.."

Beomgyu menelan salivanya susah payah karena wajah Jinha sekarang hanya berjarak beberapa centi darinya. Dan sialnya otak Beomgyu langsung memutar memori ketika bibirnya menyentuh lembut bibir gadis itu———

Dan gilanya sekarang pandangan Beomgyu juga menyarah kesana.

Sial candu banget lagian!!——Beomgyu.

ʙᴀʙʏ ʙᴏꜱꜱ? • ᶜʰᵒⁱ ᴮᵉᵒᵐᵍʸᵘTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang