7

1.6K 302 40
                                    


"Besok kita cari baju pengantin. Siap-siap jam sepuluh pagi gue jemput."

Kalimat yang diucapkan Beomgyu kembali terngiang di kepala Jinha. Cewek itu berdecak malas. Biasanya, di hari minggu begini Jinha akan jogging untuk melatih ketahanan otot tungkainya. Tapi sekarang bahkan dia sudah berada di sebuah butik langganan keluarga Beomgyu demi mencari gaun pernikahan untuknya dan jas pernikahan untuk Beomgyu.

"Bagus mana? Biru atau putih?" tanya Beomgyu sambil menunjukkan dua macam baju pengantin warna biru langit dan putih susu. Entah kenapa malah cowok itu yang terlihat sangat antusias.

Jinha merotasikan mata malas, "Bagus dua-duanya." jawab Jinha bodo amatan.

"Yaudah beli keduanya yaa, mbak." kata Beomgyu pada salah satu pelayan disana.

Jinha menatap Beomgyu tajam, "Gilak! Ngapain beli dua segala?!" decak Jinha.

Beomgyu malah senyum, "Nah makanya liat dulu. Pilih salah satu. Kan yang mau nikah itu kita, masa yang milih cuma gue. Lo juga harus milih," katanya sok banget. Mana mukanya tengil gitu minta tabok.

"Yaudah yang putih aja." jawab Jinha akhirnya membuat Beomgyu tersenyum puas.

"Bungkus yang putih aja ya, mbak." putus Beomgyu ramah pada mbak-mbak pelayan.

Pas sampai kasir, Jinha dan Beomgyu sedikit nunggu pesanan mereka di bungkus. Sedangkan Jinha auto melotot ketika netranya nggak sengaja melihat Naeun sedang berjalan menuju butik yang sama—iya, yang sekarang ia datangi dengan Beomgyu.

"Mampus mampus mampus! Gimana ini gimana??" panik Jinha yang sekarang kepalanya nengok kanan-kiri was-was.

Bisa mati dia kalo Naeun sampai tau dia sama Beomgyu lagi beli baju pengantin. Bukan apa-apa, Identitas Naeun sebagai lambe turah sekolah tuh jangan diragukan lagi. Meski Jinha menyandang status sahabatnya sekalipun, tetap saja Naeun yang bermulut ember itu pasti gatel untuk membeberkan.

Beomgyu menaikkan sebelah alisnya heran melihat kepanikan Jinha. Pasalnya Jinha jarang panik seperti sekarang—cewek itu biasanya tetap datar. Tapi kali ini beda. Rasa panik tercetak jelas pada rautnya.

"Kenapa lo? Kebelet pipis??" tanya Beomgyu.

Jinha natap Beomgyu dengan tampang cemas, "Ngumpet! Kita harus ngumpet!!" katanya yang sekarang udah ngacir ngumpet di belakang salah satu manekin disana.

Beomgyu masih diam sambil liatin Jinha yang ngumpet di balik manekin kayak orang lagi berlindung dari gempa.

Sadar bahwa Beomgyu masih diam di tempat tanpa pergerakan, Jinha balik lagi dan dengan sekuat tenaga narik tangan Beomgyu agar ikut ngumpet bersamanya.

"Lo kok cuma diem aja sih tadi! Lo mau masa depan kita hancur?" omel Jinha pada Beomgyu yang kini keduanya sama-sama jongkok di belakang manekin di sudut butik.

Beomgyu kan jadi bingung. Masa depan hancur? Haduh Beomgyu nggak paham deh alur pikir Jinha.

"Gue——"

"Sttttss.. Diem dulu jangan ngomong," bisik Jinha yang sekarang membekap mulut Beomgyu.

Beomgyu malah jadi deg-degan karena jarak dirinya dan Jinha saat ini hanya berjarak satu jengkal.

Mata Jinha mengawasi Naeun yang kini sedang membeli beberapa baju di butik ini. Jinha cuma takut. Takut ketauan lagi beli baju pengantin. Dia nggak mau ada teman sekolahnya yang tau kalo dia mau nikah sama Beomgyu.

Bukan apa-apa, dia belum siap. Apalagi sahabatnya itu modelan Naeun. Jinha percaya Naeun tidak akan sejahat itu menyebar gosip, tapi dia sangat tau karakter Naeun yang seringkali keceplosan. Mungkin Naeun nggak akan sengaja membeberkan, tapi nggak menutup kemungkinan jika cewek itu tanpa sadar keceplosan mengungkapkannya. Dan Jinha belum siap akan konsekuensi dari hal itu.

ʙᴀʙʏ ʙᴏꜱꜱ? • ᶜʰᵒⁱ ᴮᵉᵒᵐᵍʸᵘTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang