12. Penculikan

249 30 1
                                    

➶ Bau alkohol menyeruak mendobrak indra penciuman Sanji, didepan nya ada satu orang, dan duanya dibelakang Sanji, seolah menjaganya agar tak kabur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➶ Bau alkohol menyeruak mendobrak indra penciuman Sanji, didepan nya ada satu orang, dan duanya dibelakang Sanji, seolah menjaganya agar tak kabur.

Lalu Sanji dipersilahkan duduk, dua orang diantara mereka ikut duduk dikursi sebelah Sanji, dan yang satunya pergi.

"Bos akan memberikan bonus karena berhasil menangkat orang yang ia minta." Keduanya berbisik bisik lalu tertawa, dengan membaca situasi Sanji pun langsung paham, ia sedang di culik untuk dipekerjakan di bar ini.

Sanji bertanya-tanya mengapa tempat seperti ini lolos dari polisi.

Di depan sana ada seoarang perempuan cantik dan beberapa lain di antaranya, bibirnya terlihat merah menyala dengan sapuan lipstik yang berwarna merah, mungkin pegawai karena melihat menuangkan minuman ke pelanggan tanpa risih dengan sifat kurang ajar dari lelaki di sana.

"Ini tempat apa?"

"Club." jawab laki laki di samping nya yang memakai jaket hitam.

"Ini masih sore jadi belum terlalu ramai, nanti kalau sudah jam tujuh tampat ini pasti akan ramai sampai sampai kau tak akan bisa mengamankan pantatmu."

Gedoran meja membuat Sanji kaget, mereka tertawa keras seperti baru saja menemukan lawakan, padahal jelas jelas itu sebuah pelecehan.

"Jadi siapa namamu kakak cantik?"

Sanji tak menjawab, "intinya saja, apa yang membuat bos kalian meminta membawaku kesini?"

"Biasanya menawarkan pekerjaan, kami hanya di suruh untuk membawa orang orang seperti kau yang mempunyai wajah lumayan ke hadapan bos."

Tepat dugaan Sanji.

"Bos kami, dia jarang suka sama orang tapi hanya dengan lirikan lima detik bos langsung menyuruh kami membawa mu kesini." Ucap salah seoarang di antara mereka, kepalanya mendongak seraya mengikuti tegukan dari gelas nya.

"Kami tak pernah melihatmu di kawasan ini, kau pasti anak pindahan bukan."

"Ini minum!" suruh nya.

"Aku tak minum."

"Hanya satu gelas."

"Ayo minum ini enak." bujuk nya seperti mengajak bicara anak kecil yang mudah dibohongi

Cih Sanji ingin segera menemui bosnya, lalu menolaknya dengan lantang lalu pulang, ia harus memhuat brousnis dan menyambut Zoro di depan pulang.

Lalu taklama seoarang pria tua datang, membawa tongkat dan tersenyum ke arah Sanji.

"Ohh jadi kau bosnya."

"Maaf jika anak buahku membawamu kurang sopan, namun aku mempunyai tawaran yang bagus untukmu."

"Tawaran untuk bekerja denganmu menjadi pelayan club disini bukan, lebih gilanya lagi harus malayani kamar juga, aku tak mau."

Pria tua itu tertawa.

"Aku sudah punya suami."

Pria itu memberikan kode untuk membawa Sanji kebelakang, dan perintah itu langsung dijalankan, Sanji didorong dengan paksa kebelakang club, dimana suasananya lebih tenang.

.

"Hiks..." Sanji cegukan.

Satu gelas wine ia teguk setelah di paksa membuka belah bibirnya, cairan berwarna merah pekat itu turun ke tenggorokan nya, rasa pahit itu meluncur bebas ke dalam tubuhnya

Bibirnya bergetar, matanya yang sudah memerah menahan tangis kini tumpah, Sanji mencengkram pelipisnya kuat dan rasa ingin muntah bernyeruak dari dalam perutnya.

Tangannya di ikat di belakang kursi, dengan rambutnya yang di tarik untuk terus mendongak.

Kepalanya terasa berat sekarang, Sanji tak percaya hanya dengan satu gelas kecil namun berefek seperti ini.

"Aku banyak sekali menangani orang orang seperti dirimu, mereka dengan angkuh menolak tawaranku."

"Namun setelah dipaksa dan kubayar dengan harga tinggi akhirnya mereka meminta padaku untuk menawarkan pekerjaan lagi."

"Kau juga pasti akan begitu, tak peduli dengan suamimu, kau pasti mau uang kan."

"Aku akan membayarmu dengan tinggi sayang."

"Yang ku minta sekarang kau harus menurut dalam semalam kau pasti akan berubah pikiran."

"Sudah kusiapkan pelanggan untukmu malam ini, dan nanti pagi gajianmu akan kusiapkan dengan nilai yang besar."

Rahang Sanji kembali di cengkram kuat untuk kedua kalinya, jari jari kasar itu menekan kuat kedua pipinya.

"Buka mulutmu!" Dan sekali lagi ia merasakan cairan pahit itu di lidahnya, kedua matanya sudah tak kuat menahan kantuk.

Ia sangat berharap seperti di film film, sang penyelamatnya datang mendobrak pintu dengan keras, menyelamatkan Sanji yang kini bahkan tak bisa melawan.

Sanji sudah hampir kehilangan kesadarannya, ia merasakan ikatan tangannya di lepas dan tubuhnya langsung terhempas diranjang yang empuk.

"Kau akan suka sayang, pelanggan kali ini adalah anak orang kaya, dia juga tampan, mungkin ini akan membuatmu dimanja."

"Lalu setelah semuanya selesai mari lakukan tanda tangan kontrak." Pria tua itu tersenyum lalu pergi.

Sanji memegang kepalanya yang pening, ia mencoba bangkit dengan sisa sisa kesadarannya, namun setelahnya ia melihat sosok pria datang kembali ke kamar.

"Zoro?!"

"Zoro, tolong."

Sanji menyipitkan kedua matanya, ia tak melihat sosok Zoro disana, tubuh nya berbeda, cara berjalannya juga berbeda.

"Siapa Zoro?" Sahutnya sembari melepas kemejanya.

"Temanmu?"

"Kau siapa?" Tanya Sanji.

"Pelanggan mu tentu saja, mari langsung saja ke permainan, kuharap kau seenak yang dibicaran pak Bandi."

"Kau lumayan cantik juga, tubuhnya ramping, hmm... walaupun aku meminta laki laki berbadan kecil."

"Tapi kau juga tak buruk."

Pria itu langsung menarik Sanji untuk ke tengah ranjang lalu menindihnya, membuat Sanji panik, "tidak tidak, biarkan aku pergi, aku sudah punya suami."

"Ah! Zoro tadi nama suamimu ya?"

"Berarti Zoro harus membagi istrinya padaku untuk malam ini." Pria itu langsung menarik kemaja Sanji dengan kasar, kancing nya bahkan lepas beberapa.

"Wahh, tubuhmu bagus."

Sanji bisa saja menendang kelapa pria ini, namun kepalanya terus saja berputar ia bahkan tak bisa merasakan jari jari tangannya.

Pria itu lagi lagi memujinya, namun Sanji bahkan tak mendengar apa yang ia katakan, rasa ngantuk yang luar biasa tak bisa Sanji tahan lagi.

Pria itu mulai menciumi leher Sanji, menggigitnya dan menaruh beberapa tanda kemerahan di dada nya.

Brakkk!

"Sanji!!!!"

Sanji tak menjawab, ia sudah terlelap tatkala Zoro yang tiba tiba datang mendobrak pintu, seperti film action di TV, sang penyelamat pasti akan selalu datang.

One Month °zosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang