13. A Necklace

1.9K 216 50
                                    

Jena terpekur di dalam kamarnya. Ia duduk di tepi tempat tidur seraya menatap keluar jendela dengan kaki yang bersila. Di tangannya ada obat kontrasepsi yang di belinya tadi siang. Menurut aturannya Jena hanya perlu meminum satu butir pil pahit itu dan itu sudah cukup untuk mencegah sesuatu yang tidak ia inginkan terjadi. Dan setelah mencari tahu, pil kontrasepsi terbukti 99% dapat mencegah kehamilan.

Semoga saja.

Jena merapal dalam hati. Melalukannya sekali tidak akan langsung membuat dirinya hamil kan? Ia terus meyakinkan dirinya agar tidak terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang belum tentu terjadi.

Jena menaruh pil itu lalu merebahkan tubuhnya, menarik selimut hingga sebatas dada. Berkali-kali ia mencoba untuk tidur, namun setiap kali dirinya memejamkan kedua matanya bayangan akan malam panasnya bersama Baekhyun terus melintas di kepalanya membuat Jena mengerang frustasi.

"Sialan." Ia mengumpat di balik selimut seraya mengubah posisi tidurnya menghadap ke kiri dan kembali memejamkan kedua matanya rapat-rapat, berharap bayangan itu sirna dari kepalanya.

"Kau sempurna, Kim Jena." Baekhyun menatap tubuh polos seorang gadis yang terbaring di bawahnya.

Jena menggigit bibirnya, semua ini terasa salah namun entah kenapa ia tak bisa melepaskan diri dari kukungan lelaki itu. Hingga tubuh keduanya menyatu dan Jena tak bisa lagi untuk tidak menikmati apa yang Baekhyun lalukan padanya.

Lagi, Jena kembali membuka kedua matanya saat bayangan itu kembali menyerangnya bagai putaran film erotis. Jika terus menerus seperti ini dirinya tidak akan bisa tidur sementara esoknya ia harus bangun pagi untuk membantu bu Lee di dapur.

Jena menggeleng, berusaha mengusir bayangan-bayangan itu. "Sadarkan dirimu, Kim Jena."

Matanya melirik jam kecil yang ada di atas nakas, sudah lewat jam 12 malam, semua orang sudah tidur terkecuali dirinya.

Gadis itu menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, ia lakulan beberapa kali hingga merasa lebih tenang. Namun ketika ingin kembali tertidur Jena merasakan tenggorokannya begitu kering. Ia mendudukan tubuhnya, hendak mengambil gelas minum yang selalu ia sediakan di samping tempat tidur, akan tetapi gelas itu kosong.

Dengan sedikit terpaksa Jena beranjak dari tempat tidur, ia melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil air minum.

Jena menuangkan air ke dalam gelas miliknya, tepat di saat ia akan meminum air itu lampu dapur yang menyala terang tiba-tiba mati membuat Jena terkesiap. Hal seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya, atau memang lampunya akan mati dan menyala otomatis?

Samar-samar Jena melihat siluet seseorang memasuki dapur, ia mengeratkan genggamannya pada gelas di atas meja.

"Sooyeon?" Jena menelan salivanya saat sosok itu tak menyahut panggilannya. Seketika rasa takut mulai menggerayanginya. Ia memejamkan kedua matanya berharap jika yang di lihatnya bukanlah hantu. Karena dirinya paling takut dengan hal-hal seperti itu.

Disaat rasa takutnya sedang berkumpul menjadi satu dan tubuhnya seakan tak bisa bergerak, tiba-tiba ada sebuah tangan yang membekap mulutnya. Jena merasakan jantungnya seakan berhenti berdetak dalam sekejap, dan rohnya keluar dari tubuhnya. Lututnya lemas.

"Ini aku."

Bisikan halus itu membuat Jena seketika membuka kedua matanya.

Baekhyun.

Ia mencoba melepaskan diri dari dekapan Baekhyun. Namun, tentu saja tenaganya tidak lebih kuat dari lelaki itu.

"Aku mengirimi mu pesan, tapi ku rasa kau mematikan ponselmu."

The Housemaid  -BBHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang