Seharusnya moment seperti ini disambut bahagia dan penuh sukacita. Setidaknya bagi orang yang mengharapkan dikaruniai seorang anak. Namun, tidak bagi Jena. Ia bahkan tak merasakan apapun. Hatinya benar-benar mati rasa.Jena tersenyum pahit, pil yang ia konsumsi benar-benar tidak berguna. Memikirkan kembali perkataan Baekhyun, haruskah ia melakukan apa yang lelaki itu katakan? Ia sudah berulang kali memikirkan hal itu dan Jena merasa ragu. Ia takut dibayangi oleh perasaan bersalah seumur hidupnya dan Jena tidak mau mengalami hal itu.
Tapi bagaimana dengan nasibnya nanti? Jena sadar dirinya tidak mungkin meneruskan pekerjaannya di sana. Semakin lama perutnya akan membesar dan orang-orang pasti akan menyadarinya juga. Ia tak bisa selamanya menyembunyikan kehamilannya, terutama pada Jongin dan Ahyeon. Sesuatu seperti menghantam dadanya setiap kali memikirkan mereka berdua.
Jena melemparkan pandangannya ke luar jendela. Saat ini dirinya tengah berada di dalam taksi. Atas izin dokter dirinya diperbolehkan untuk pulang. Syukurlah karena ia juga tidak ingin berlama-lama di rumah sakit.
Ia meneggakkan tubuhnya saat taksi yang ditumpanginya berhenti di depan gerbang. Dengan hati-hati ia turun dari taksi, tubuhnya sedikit lebih baik setelah diberikan anti nyeri.
"Jena?"
Gadis itu menoleh, lalu tersenyum, "selamat sore pak Ahn."
"Aku dengar kau masuk rumah sakit? Apa kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja pak Ahn."
"Syukurlah."
Jena mengangguk, lantas pamit untuk masuk kedalam.
Lewat pintu belakang yang langsung terhubung dengan dapur, Jena membawa tubuhnya masuk ke dalam. Ia mendapati Sooyeon yang tengah menyusun botol-botol anggur di atas rak. Lantas ia berjalan menghampiri wanita itu.
"Biar aku bantu."
Sooyeon berjengit saat mendengar suara di sampingnya. Ia menoleh, dan mendapati Jena, "kau sudah sembuh? Aku baru akan menjengukmu ke rumah sakit." Ujarnya kemudian.
"Aku sudah membaik." Imbuh Jena seraya meletakan satu persatu botol anggur itu ke dalam rak dengan hati-hati.
Sooyeon menaruh atensinya pada Jena, ia melipat kedua tangannya di depan dada, "kenapa kau bisa pingsan kemarin? Kau terlihat baik-baik saja sebelumnya."
Jena membasahi bibirnya yang terasa kering, ia menelan salivanya. Awalnya ia juga tidak tahu kenapa pagi itu dirinya tiba-tiba merasa mual dan juga pusing. Namun setelah mengetahui kalau ternyata dirinya hamil, ia sadar kalau penyebab sakitnya hari itu mungkin karena morning sickness. Hal alami yang biasa terjadi pada wanita yang tengah hamil muda.
"Aku memang sedikit kurang sehat kemarin." Jawab Jena seadanya. Ia tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya pada wanita itu.
"Apa kau punya kekasih?"
Gadis itu mengerjap, sedikit tak menyangka dengan pertanyaan Sooyeon yang tiba-tiba menyinggung ranah pribadinya. Ia menggeleng dengan senyuman paksa yang terpatri di bibirnya, "tidak ada."
"Benarkah? Lalu siapa pria yang mengantarmu tempo hari?"
Dahi Jena berkerut samar. Mencoba mengingat siapa pria yang Sooyeon maksud, lalu ia teringat dengan Jongin. Mungkin maksudnya adalah lelaki itu, "ah, maksudmu Jongin? Dia sahabatku. Kami sudah seperti keluarga."
Sooyeon mengangguk, ia hendak membuka mulutnya kembali namun mengurungkannya ketika suara bu Lee lebih dulu mengintrupsinya.
"Jena, kau sudah pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Housemaid -BBH
Fanfiction[Mature] Klise. Sebuah takdir membawa Jena bertemu dengan Baekhyun. Laki-laki itu berhasil membuat Jena jatuh ke dalam pesonanya. Hingga keduanya terikat oleh sebuah ikatan yang tak seharusnya. Jena menyesal. Namun, ia sudah terlambat. (Pu...