19. Memoir

1K 144 15
                                    

Tubuh mungil Anna menyelinap di antara pintu pagar yang sedikit terbuka. Ia menempelkan punggungnya pada dinding lalu berjongkok, memeluk lututnya. Gadis itu terdiam seperti anak hilang padahal rumahnya tepat ada di samping bangunan tempatnya bersembunyi saat ini.

Anna memilih untuk pergi saat mendengar ayah dan ibunya bertengkar. Ia menutup kedua telinganya seraya berlari ke luar dan satu-satunya tempat yang bisa ia tuju adalah rumah tetangganya yang di huni oleh seorang janda dan satu anak laki-lakinya.

Suara pintu yang terbuka membuat Anna mengangkat wajahnya. Ia melihat bibi Amy keluar seraya membawa sekantung plastik hitam, yang pasti isinya adalah sampah. Karena setiap hari di jam yang sama wanita itu akan pergi keluar untuk membuang sampah.

"Astaga, aku lupa belum menyalakan lampu." Amy hendak kembali ke dalam namun segera mengurungkan niatnya saat melihat sosok gadis kecil yang berjongkok di dekat pagar.

Amy menyipitkan kedua matanya supaya dapat melihat dengan jelas. Lampu taman yang temaran membuatnya sedikit kesulitan untuk melihat. Namun, begitu mengenali sosok gadis kecil itu, ia segera berjalan menghampirinya.

"Anna?"

Gadis berusia 6 tahun itu mendongak.

"Astaga. Apa yang kau lakukan di luar?" Amy menarik tubuh mungil itu agar berdiri, "ayo bibi akan mengantarmu pulang." Ia menggenggam tangan Anna, namun gadis itu menghentaknya.

"Bibi, aku tidak mau pulang." Ujarnya seraya menggeleng dengan keras.

Amy berjongkok, memegang kedua bahu mungil itu dan menatap iris coklat milik Anna, "kenapa?"

"Bibi, apa bibi tahu apa itu 'cerai'? Ayah dan ibu akan bercerai, dan Ayah bilang dia akan membawaku ke Korea. Aku tidak mau."

Pernyataan yang sangat lugu itu membuat dada Amy mencelos, ia menjatuhkan kantung sampah itu dan segera membawa tubuh mungil Anna ke dalam pelukannya, "Ya Tuhan."

"Kau baik-baik saja?" Amy mengedurkan pelukannya, ia menatap gadis kecil itu dengan cemas.

Anna mengangguk membuat Amy menghela nafasnya dengan perasaan lega. "Ayo masuk, kau kedinginan." Dengan begitu, Amy membawa Anna ke dalam rumahnya.

"Louis! Turunlah!" Seru Amy ketika mereka sampai di ruang tamu.

Seorang anak laki-laki bertubuh kurus berjalan menuruni tangga, "ada apa, mom?"

"Temani Anna sebentar." Amy meninggalkan Anna di ruang tamu, sementara ia bergegas menuju dapur untuk mengambil makanan. Tak lama ia kembali dengan segelas jus jeruk dan juga sepiring cookies yang baru saja matang.

"Kau akan menginap?" Louis bertanya pada Anna, gadis itu mengangguk dengan polos.

"Untuk sementara Anna--" Amy menghentikkan kalimatnya saat telinganya mendengar ketukan keras pada pintu rumahnya. Ia beranjak dari sofa lantas bergegas menuju pintu.

Begitu pintu terbuka, tubuh tegap seorang laki-laki menjulang di hadapannya, kedua alisnya menukik dengan tatajam tajam.

"Dimana Anna?"

Amy berusaha untuk tetap tenang seraya menutup pintu yang ada di belakangnya, "Anna tidak disini."

"Jangan berbohong, Amy. Aku melihatnya berlari ke rumahmu." Ujar laki-laki itu dengan tenang dan penuh penekanan.

"Jiyoung, apa benar kalian akan bercerai?"

"Iya."

"Kau tidak bisa membawa Anna pergi. Biarkan dia di sini bersama ibunya."

The Housemaid  -BBHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang