Louis merasa sikap Anna hari ini sedikit berbeda dari biasanya, wanita itu terlihat lebih banyak diam dan tidak periang seperti biasanya. Atau mungkin memang ada sesuatu yang sedang mengusik pikirannya.
Usai memberi intruksi pada pewagai yang bertugas di dapur, Louis keluar dari sana lantas menghampiri Anna yang tengah duduk dibalik meja kasir. Wanita itu terlihat sedang mencatat sesuatu.
Louis berdiri di samping Anna, bahkan kehadirannya pun tak wanita itu sadari. Ia mengintip pada catatan yang sedang di tulis wanita itu dan ternyata sejak tadi Anna hanya membuat coretan abstrak.
Perlahan Louis menyentuh pundak Anna, wanita itu tersentak lantas menoleh pada Louis. Laki-laki itu tersenyum, "kau sedang apa?"
"Louis? Sejak kapan kau disini?" Anna menatap Louis dengan gugup, ia meletakkan bolpoin itu di atas meja dengan perlahan tanpa mengganggu perhatian Louis padanya.
"Baru saja."
Anna mengangguk, ia tersenyum kikuk saat laki-laki itu masih memandangnya, "k-kenapa?"
Louis tak menjawabnya, laki-laki itu mengambil buku catatan yang penuh dengan coretan itu dan mengamatinya lamat-lamat.
"Ah, itu bukan apa-apa. Aku melakukannya karena bosan." Ujarnya dengan tenang.
"Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Louis seraya meletakkan buku catatan itu pada tempatnya semula.
Anna terdiam, ia menekan kedua bibirnya lantas berpaling ke arah lain untuk menghindari tatapan Louis. Ia menatap jalanan, kendaraan yang lewat dan bahkan sebuah moment saat seorang anak kecil menangis karena es krim coklatnya terjatuh. Namun semua kejadian itu tak berhasil mendistraksi pikirannya.
"Anna."
"Aku baik-baik saja, Lou." Ia kembali menatap Louis seraya tersenyum.
Louis memiringkan kepalanya, menatap wanita itu dengan lekat, "no, you're not."
"Louis--"
"Let's talk in my room."
Anna menatap Louis yang sudah pergi lebih dulu. Ia menghembuskan nafas perlahan, sebelum akhirnya beranjak dari kursi dan menyusul laki-laki itu.
"Aku sungguh baik-baik saja, Lou. Tidak ada yang perlu dibicarakan" Anna berucap santai seraya mendaratkan tubuhnya di sofa.
Louis menatap Anna, wanita yang sudah di kenalnya sejak masih balita itu memang sukar sekali menyampaikan isi hatinya. Setidaknya itu lah yang ia rasakan sejak hidup bersama Anna. Wanita itu sulit ditebak, jarang sekali mengungkapkan keinginannya atau pun soal perasaannya.
Anna bahkan jarang mengeluh, wanita itu pandai menyembunyikan perasaannya.
"Apa kau tahu jika matamu itu tak pandai berbohong, Anna?" Dengan tenang, Louis mendudukan diri di samping wanita itu.
Anna menunduk, berusaha menghindari kontak mata dengan Louis. Tidak ada yang dapat mengalihkan perhatiannya di ruangan ini selain serat-serat benang pada pakaiannya sendiri. Seperti orang bodoh, ia menghitung serat-serat itu satu persatu. Namun hal itu tak berselang lama, kini perhatiannya jatuh pada tangan kirinya yang digenggam lembut oleh laki-laki di sampingnya.
"Ann, apa kau menganggapku seperti keluargamu?"
Wanita itu menatap Louis, "apa yang kau bicarakan? Tentu saja kau adalah keluargaku."
Laki-laki itu mengangguk pelan, "kalau begitu, apa kau mau menceritakannya padaku?"
"Kau sudah tahu semuanya." Anna mengalihkan pandangannya, menatap sebuah lukisan abstrak tanpa benar-benar memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Housemaid -BBH
Fanfiction[Mature] Klise. Sebuah takdir membawa Jena bertemu dengan Baekhyun. Laki-laki itu berhasil membuat Jena jatuh ke dalam pesonanya. Hingga keduanya terikat oleh sebuah ikatan yang tak seharusnya. Jena menyesal. Namun, ia sudah terlambat. (Pu...