Three

1.8K 195 1
                                    

Kantin kampus nampak senggang. Memang bukan jam makan siang jadi tak banyak yang datang. Meski ada beberapa orang yang memang baru sempat makan. Seperti Jaemin. Kini dia sedang makan bersama dua sahabatnya, Haechan dan Renjun.

"Aku jadi penasaran seperti apa wajahnya. Eommamu saja bisa menerima begitu saja dan mengatakan dia tampan. Selera eommamu kan tidak main-main. Appamu, paman Siwon juga sangat tampan" ucap Renjun. Renjun memang tipe orang yang blak-blakan

"Nado" sahut Haechan

"Kau tidak ada fotonya? Siapa tadi namanya. Jen.. jen.. ah Jeno!" Tanya Haechan. Sepertinya dia benar-benar penasaran

"Opsoyo" ucap Jaemin santai

"WHAT?!" Haechan dan Renjun memekik bersama.

"Yak?! Kau ini sebenarnya tunangannya bukan?" Ucap Renjun kesal

"Kami belum resmi bertunangan kalau kau lupa. Acaranya baru malam ini. Eomma bilang mereka baru mencari cincin sekarang" ucap Jaemin

"Tapi kan-" ucap Haechan terpotong suara lain

"Jaemin-ssi!"

Jaemin, Renjun dan Haechan menoleh ke arah sumber suara. Renjun dan Haechan langsung meleleh karena ketampanan Jeno. Padahal Jeno hanya mengenakan celana jeans dan baju putih lengan pendek. Tapi paras tampannya berhasil memikat orang-orang disana. Penghuni kantin juga menatap takjub. Hanya satu orang yang biasa, Jaemin.

"Jeno-ssi waeyo? Bukankah kau baru pergi dengan eomma?" Ucap Jaemin heran

"Jadi ini yang namanya Jeno. Wah, tampan sekali" ucap Renjun terpesona

"Kalau aku jadi kau langsung ku ajak menikah saat itu juga" celetuk Haechan

"Ei! Kau kan sudah punya Mark oppa. Ini untukku saja" Sahut Renjun

"Aku dan eomma sudah selesai. Aku juga sudah mengantar eomma ke kantor menemui appa. Apa kelasmu sudah selesai? Eomma bilang seharusnya kau sudah selesai" ucap Jeno menjelaskan

"Ne. Jaemin sudah selesai kelasnya. Tapi jangan buru-buru. Sini-sini duduk sini" ucap Haechan. Dia langsung menarik Jeno dan mendudukkannya diantara Haechan dan Renjun. Sedangkan dihadapan mereka bertiga ada Jaemin yang menatap datar. Bukannya cemburu, tapi lebih ke malu karena kelakuan kedua sahabatnya

"Jeno-ssi, berapa umurmu?" Tanya Haechan

"25 tahun" jawab Jeno polos

"Wah, hanya selisih dua tahun dari kami bertiga" ucap Haechan senang

"Kalau begitu jadi pacarku saja" lanjut Haechan

"Aniya. Denganku saja. Haechan sudah punya pacar" sahut Renjun

Keduanya lalu merecoki Jeno dengan berbagai pertanyaan. Jeno dengan polosnya menjawab satu persatu pertanyaan mereka.

"Oppa, sepertinya kau harus memutuskan Haechan sekarang"

Ucapan Jaemin sontak membuat ketiganya terdiam. Haechan mengikuti arah pandangan Jaemin yang tertuju ke belakangnya. Begitu melihat pacarnya Haechan melepaskan tangannya yang tadi bergelanyutan di lengan Jeno.

"Hehehe. Annyeong Mark oppa" sapa Haechan dengan cengiran. Mark menggelengkan kepalanya jengah lalu duduk disebelah Jaemin.

"Kurasa kau benar Jaemin. Aku sudah jengah dengan sikapnya yang menempel sana-sini" ucap Mark. Haechan merenguk dan merengek manja pada Mark. Sedangkan Jaemin tertawa senang. Renjun dan Jeno hanya menatap mereka dalam diam.

"Ini yang namanya Jeno?" Tanya Mark mengabaikan rengekan Haechan. Darimana Mark tau? Tentu saja Jaemin yang cerita. Mark itu layaknya sesosok oppa bagi Jaemin. Kalau ada masalah orang yang pertama kali dituju selain keluarganya adalah Mark baru kedua sahabatnya.

"Ne" jawab Jaemin singkat

"Mark Lee, oppanya Jaemin dan pacarnya si gembul ini" Mark mengulurkan tangannya pada Jeno. Jeno menerima uluran tangan tersebut.

"Jeno Lee. Marga kita sama" ucap Jeno dan tersenyum tipis

"Dia satu tahun dibawahmu oppa" ucap Renjun

"Ah jinjja? Kuharap kita bisa berteman. Aku sedang mengenyam studi S2 disini. Jadi sering berkumpul dengan mereka. Kau boleh memanggilku hyung. Jaemin sudah cerita tentangmu semalam" ucap Mark. Jeno hanya mengangguk setuju.

"Kalian sudah makan? Maaf aku terlambat. Ada urusan dengan dosen tadi" ucap Mark

"Belum oppa. Kami menunggumu" ucap Jaemin menimpali

"Ah begitu. Kajja mau pesan apa? Biar aku pesankan. Seperti biasa?" Ucap Mark

"Ne?!" Sahut mereka kompak

Mark mengajak Jeno untuk membantunya membawakan pesanan. Sesekali mereka terlihat bercanda sambil menunggu pesanan. Mark memang tipikal orang yang mudah bergaul.

Jeno kembali lebih dulu baru disusul Mark. Jeno memilih duduk di sebelah Jaemin. Dia juga membawakan pesanan Jaemin.

"Gumawo" ucap Jaemin tulus

Mereka makan dengan sesekali berbicara. Random, apapun itu asalkan tidak senyap. Haechan tidak suka keheningan.

"Kenapa kalian menatapku begitu?" Tanya Jaemin pada Haechan dan Renjun yang kerap kali menatapnya sampai makannya selesai

"Aku berharap ada adegan romantis disini. Tapi kenapa tidak" ucap Haechan

Jeno menggaruk tengkuknya bingung harus merespon apa. Jaemin mengalihkan pandangan. Menyesal bertanya.

"Setelah ini mau kemana?" Tanya Renjun

"Kajja jalan-jalan" ucap Haechan semangat

"Setuju!" Sahut Renjun. Mark hanya mengangguk saja

"Mian. Tapi aku ada pekerjaan jadi tidak bisa ikut" ucap Jaemin menyesal

"Jeno?" Tanya Haechan

"Ei! Tentu saja dengan Jaemin. Kau ini, dia kan tunangannya" sahut Renjun

"Ne" ucap Jeno membenarkan

"Kalau begitu aku tidak ikut. Aku tidak mau jadi obat nyamuk. Biasanya kan ada Jaemin" ucap Renjun

"Makanya cari pacar sana" ucap Haechan mengejek

"Yak?! Aku punya pacar tau" sahut Renjun tak terima

"Ya. Tapi jauh di China. Nasib LDR. Makanya kalau cari pacar itu yang dekat saja" ucap Haechan semakin mengejek

"Kami pergi dulu"

Jaemin menyela. Dia tak mau melihat kedua temannya beradu mulut yang lebih lagi. Sebenarnya Jaemin tidak ingin Jeno melihatnya. Terlalu malu untuk mengakui mereka kalau sedang berdebat. Jeno berjalan di depan Jaemin. Keduanya tidak berjalan beriringan. Jeno yang tau letak mobilnya memilih berjalan lebih dulu. Jaemin yang minta sebenarnya. Sepanjang jalan banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Memperhatikan Jeno lebih tepatnya. Bahkan beberapa mahasiswi secara terang-terangan menggoda Jeno. Jeno hanya membalas dengan senyum tipis dan Jaemin berusaha tak peduli.

"Langsung ke kantor atau mau pulang dulu?" Tanya Jeno

"Pulang saja. Aku tidak ada pekerjaan karena appa yang mengurusnya hari ini" ucap Jaemin

"Huh? Lalu kenapa kau bilang mau ada pekerjaan tadi?" Tanya Jeno bingung

"Aku hanya tak mau mereka merecoki kita dengan berbagai pertanyaan. Aku juga belum banyak mengenalmu. Lebih baik kita beristirahat untuk mempersiapkan malam nanti. Ah, aku saja sih. Kalau kau terserah padamu" ucap Jaemin

"Bagaimana kalau kita ke taman belakang. Tidak perlu melakukan apa-apa. Hanya duduk dan saling bertukar cerita. Hitung-hitung sebagai pendekatan begitu" usul Jeno

"Dengan kopi dan camilan. Terdengar menarik. Aku bisa bersantai juga" ucap Jaemin semangat. Ide Jeno tidak buruk menurutnya

"Tidak ada kopi. Teh hangat lebih baik di sore hari" ucap Jeno tegas

"Arraseo" Jaemin berucap pasrah. Entah mengapa dia merasa sungkan untuk membantah Jeno
















TBC
Mian typo bertebaran
Votement juseyo...

Sweet and sour ~ nomin [[END]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang