Four

1.6K 186 1
                                    

Malam pertunangan Jeno dan Jaemin berlangsung khidmat. Hanya keluarga terdekat saja yang diundang. Juga dua sahabat Jaemin serta oppa pungutnya, Mark. Yoona, ibu Jaemin pintar memilih ukuran cincin. Cincin pertunangan mereka sangat cocok di tangan Jaemin.

Jaemin berkeliling dengan Jeno. Menyapa dan memperkenalkan tunangannya pada keluarganya. Jeno tidak mengundang siapapun karena memang dia tak punya keluarga. Appanya anak tunggal. Kedua orangtua dan kakek neneknya sudah meninggal.

"Kenapa mendadak sekali. Padahal kami tidak mendengar kau punya pacar. Tiba-tiba ada undangan pertunangan. Mengejutkan sekali" ucap bibi Taeyeon, adik dari eomma Jaemin

"Kami memang belum lama mengenal imo" jawab Jaemin

"Lalu kenapa bisa memutuskan bertunangan begitu cepat?" Tanya Taeyeon lagi

"Eii... Kalau Jeno yang melamar siapa yang bisa menolak. Dia tampan dan punya tubuh yang bagus. Seandainya anakku yang dilamar aku juga langsung menerimanya" sahut bibi Tiffany

"Tidak hanya tampan. Dia baik dan memiliki sifat bertanggungjawab tinggi" sahut Yoona yabg baru bergabung

Jaemin hanya mendengrkannya dalam diam. Sesekali tersenyum jika bibinya menatap padanya. Jeno pun sama. Dia sebenarnya malu karena merasa terlalu banyak pujian untuknya.

"Jaemin, Haechan mencarimu, katanya kau belum menemuinya" ucap Yoona

"Ne eomma. Aku berniat menemuinya paling akhir karena pasti lama. Baiklah eomma dan imo semuanya. Kami permisi dulu" ucap Jaemin

Jeno membungkuk hormat dan pamit pergi dengan Jaemin. Lengannya dia sediakan sebagai pegangan Jaemin karena Jaemin memakai gaun yang cukup panjang. Yoona yang memilih, Jaemin menurut saja meski kurang suka dengan itu.

"Sudah semua kan? Tinggal sahabatmu itu?" Tanya Jeno

"Hmm. Sudah semua dan mereka yang terkahir" jawab Jaemin

"JAEMIN?!" Haechan memekik heboh melihat penampilan Jaemin.

"Kau cantik sekali. Kau juga terlihat anggun" ucap Renjun memuji

"Gumawo"

Jaemin duduk bergabung dengan Renjun, Haechan, dan Mark.

"Selamat ne. Meski berawal dari yang kurang baik kuharap kalian akan senantiasa baik sampai akhir nanti" ucap Mark. Dia menepuk pundak Jeno yang duduk di sebelahnya.

"Gumawo. Jaem, aku pergi sebentar ne?" Ucap Jeno.

Jaemin mengangguk dan kembali berbincang dengan kedua sahabatnya. Tak lama Jeno kembali dengan sepasang sandal di tangannya membuat mereka yang ada disana mengernyitkan dahi heran. Lebih heran lagi karena Jeno berlutut di depan Jaemin.

"Ku rasa teman-temanmu tak masalah jika kau tak menggunakan ini lagi. Sepertinya kau juga kurang nyaman" ucap Jeno sambil melepas high heels Jaemin.

"Eh? Ah, ne. Gumawo. Kau tidak harus melakukan ini sebenarnya" ucap Jaemin malu. Berbeda dengan Renjun yang sudah gigit jari melihat perlakuan manis Jeno. Mark hanya menatap mengamati.

"Kwencana. Aku tau kau kurang nyaman dengan itu" ucap Jeno lalu duduk di sebelah Jaemin

"Wah, aku juga ingin diperlakukan seperti itu" ucap Renjun

"Nado. Mark oppa, kakiku juga tak nyaman karena high heels ini" ucap Haechan dengan dramanya

"Aku sudah memintamu untuk memakai yang flat saja tadi. Salah siapa menolak. Rasakan sendiri. Kau juga tak bawa sepatu atau sandal ganti" jawaban Mark membuat Renjun, Jeno, dan Jaemin tertawa. Mark dan Haechan memang pacaran. Sudah sangat lama malah. Tapi mereka lebih sering terlibat perdebatan daripada adegan romantis. Meski begitu hubungan mereka masih awet dari Haechan SHS sampai sudah mau lulus kuliah.

***

Acara sudah selesai sebelum tengah malam. Seluruh tamu menginap di kediaman keluarga Na jadi mau tak mau Jeno tidur bersama Mark. Kenapa tidak dengan Jaemin, alasannya karena mereka belum resmi menikah. Meski sudah bertunangan tapi kan masih belum sah. Tuan dan nona Na juga menolak, meski Jeno mereka percaya Jeno tak akan melakukannya tapi untuk berjaga-jaga saja. Keduanya sama-sama sudah dewasa. Sangat memungkinkan itu terjadi karena sama-sama punya nafsu.

Jaemin duduk di ranjangnya. Di pangkuannya ada laptop yang menyala. Jaemin sedang mengerjakan pekerjaannya. Meski appanya yang menghandle untuk hari ini, tetap saja Jaemin masih harus mengurus hal lain.

Tok~ tok~
Ceklek~

Jeno masuk setelah mengetuk pintu. Jaemin pun mendongak menatap siapa yang masuk.

"Kau belum tidur?" Tanya Jeno

"Belum. Kenapa?" Tanya Jaemin balik

"Aniya. Hanya memastikan. Pekerjaan ksntor? Atau masih revisian skripsi?" Tanya Jeno. Dia ikut duduk di kasur Jaemin. Duduk tepat di sebelah kaki Jaemin yang dia luruskan

"Pekerjaan kantor. Revisianku sudah selesai. Tinggal menunggu periode wisuda saja dan mengurus beberapa berkas kelulusan" jawab Jaemin

"Banyak?"

"Lumayan. Aku tak bisa menyerahkan ini pada appa" ucap Jaemin

"Ada yang bisa ku bantu? Yah, meski aku tidak sampai lulus SHS. Mungkin ada hal yang bisa ku bantu. Aku bosan, Mark sudah tidur" ucap Jeno menawarkan diri

"Tidak perlu. Mian, bukan bermaksud tak percaya padamu tapi aku masih bisa mengurusnya" ucap Jaemin tak enak. Jeno mengangguk paham. Dia menatap sekeliling, mengamati kamar tunangannya. Jeno melihat kamera Jaemin di atas meja. Jeno mengambilnya setelah mendapat izin. Dia mengamati foto di kamera itu sambil duduk disebelah Jaemin.

"Kau suka memotret?" Tanya Jeno

"Hmm. Sebagai healing saat mengerjakan skripsi" jawab Jaemin

Jeno mengambil buku di meja Jaemin. Itu sebuah novel bertema petualangan. Jeno meletakkan kamera dan beralih ke buku itu. Entah sadar atau tidak, lama kelamaan posisi Jeno semakin turun hingga kini setengah berbaring. Jeno terlalu larut dalam novel itu dan Jaemin dengan pekerjaannya membuat kamar kembali sepi. Jaemin selesai lebih dulu lalu menoleh pada Jeno di sebelahnya.

"Fokus sekali" ucap Jaemin sambil tertawa kecil melihat wajah Jeno yang sangat serius padahal hanya sebuah novel

"Ceritanya bagus" jawab Jeno

"Sudah selesai?" Tanya Jeno setelah Jaemin berdiri berniat menaruh laptop di meja belajarnya.

"Sudah. Kau belum mengantuk? Sudah jam 2 pagi" ucap Jaemin

"Ah ne. Kau tidurlah. Besok harus ke kantor bukan? Aku kembali ke kamar dulu" ucap Jeno

Melihat wajah Jeno yang terlihat sedikit kecewa membuat Jaemin menahan geli.

"Bawa saja novelnya kalau kau suka" ucap Jaemin

"Jinjja? Bolehkah?" Ucap Jeno semangat

Jaemin tertegun sebentar. Ini pertama kalinya melihat Jeno yang begitu semangat.

"Tentu. Lagipula aku sudah selesai membacanya" ucap Jaemin

"Gumawo" Jeno tersenyum manis sampai membuat matanya ikut tersenyum. Jaemin kembali tertegun. Jeno terlihat manis saat seperti ini. Jeno lalu pergi dengan berlarian kecil.

Jaemin tersenyum melihatnya. Tunangannya terlihat seperti anak kecil kalau bersemangat seperti itu. Senyumannya sangat manis.
















TBC
Mian typo bertebaran
Votement juseyo...

Sweet and sour ~ nomin [[END]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang