Two

2.2K 209 2
                                    

Jalanan cukup lenggang. Sekarang memang bukan di jam-jam orang yang sibuk berlalu lalang. Sekarang pukul 2 siang. Kebanyakan orang masih pada sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

"Mian aku merepotkan" ucap Jaemin pada Jeno.

Itu adalah kalimat pertama yang  Jaemin ucapkan setelah dia masuk mobil. Saat Jeno bertanya jalan ke kantornya, Jaemin hanya menyetel gps si mobilnya dan menunjukkan arah jalan yang mereka tuju. Tanpa sepatah katapun. Setelah itu dia sibuk dengan laptop yang berada di pangkuannya.

"Kwencana. Hitung-hitung sebagai perkenalan" jawab Jeno

"Mian. Aku juga mengabaikanmu. Ada tugas yang belum selesai. Aku hanya takut nanti malam tidak sempat mengerjakan setelah dari kantor" ucap Jaemin

"Kwencana. Kau terlalu banyak meminta maaf ngomong-ngomong" ucap Jeno

Jaemin tak menjawab. Sepertinya dia terlalu fokus dengan laptopnya sampai dahinya berkerut.

"Kau... Semester berapa?" Tanya Jeno

"Delapan. Aku sudah di semester tua dan sedang mengerjakan skripsi sekarang. Sudah sidang, tinggal membenarkan revisi saja" jelas Jaemin

"Ah begitu" jawab Jeno. Selepasnya keheningan kembali melanda.

***

Jeno sedang berada di ruangan Jaemin sekarang. Sendiri karena Jaemin beserta sekretarisnya sedang ada rapat. Awalnya Jaemin meminta Jeno pulang lebih dulu dan menjemputnya malam nanti. Pekerjaan Jaemin cukup banyak, jadi dia tak mau membuat Jeno mati kebosanan. Tapi Jeno menolak karena dia juga tak tau mau melakukan apa di rumah keluarga Na. Setidaknya disini dia tidak akan diwawancarai oleh calon mertuanya.

Jeno mengelilingi ruangan itu. Mengamati setiap sudut dan ornamen di dalamnya. Langkahnya terhenti di salah satu meja yang ada di sudut ruangan. Di atas meja itu ada sebuah figura yang berisi gambar 2 orang dewasa dan 1 anak kecil

"Kiyowo~" ucap Jeno.

Lalu ada beberapa buku album foto disana. Jeno mengambil semua buku album itu dan duduk di kursi dekat jendela. Katakanlah Jeno lancang karena mengambil tanpa izin, tapi mengingat statusnya adalah calon tunangan Jaemin jadi tak masalah menurutnya. Jeno tenggelam pada foto-foto keluarga Na.

Ceklek~

Jaemin masuk bersama dengan sekretaris nya. Pandangannya mengedar mencari keberadaan Jeno, setelah melihat Jeno di pojokan, langkahnya kembali ia lanjutkan menuju mejanya. Membuka satu persatu berkas yang tertumpuk di atas mejanya.

"Sebanyak ini?" Tanya Jaemin terkejut

"Ne. Siapa suruh kemarin libur" ucap sekertarisnya

"Hah... Arraseo" ucap Jaemin pasrah

"Aku ada diluar kalau ada yang kau butuhkan. Ngomong-ngomong bagaimana dengan dia?"

Jaemin mengikut arah pandang sekretarisnya. Mengerti objek yang dimaksud Jaemin kembali memfokuskan pada berkas di depannya.

"Biar saja. Aku sudah menyuruhnya pulang tapi dia tak mau. Selagi tak mengganggu tak masalah" ucap Jaemin

Sekertarisnya lalu undur diri. Kembali ke mejanya sendiri yang berada di luar ruangan Jaemin. Jaemin tenggelam dengan berkas begitu juga dengan Jeno yang tenggelam dalam album foto ketiganya. Sampai akhirnya selesai, Jeno meregangkan ototnya. Pandangannya melihat Jaemin yang fokus di mejanya lalu mengarah ke jam dinding. Sudah waktunya makan malam. Jeno sepertinya terlalu tenggelam dalam album foto itu. Bahkan dia tak menyadari kehadiran Jaemin. Merasa Jaemin masih punya banyak pekerjaan, Jeno berinisiatif mencarikan minuman untuk Jaemin. Di luar Jeno bertemu dengan sekretaris Jaemin

"Ehm, maaf mengganggu. Aku mau bertanya, jam berapa biasanya Jaemin pulang?"

"Tergantung pekerjaan. Untuk sekarang sepertinya akan larut. Cukup banyak pekerjaannya terlebih dia mengambil libur kemarin. Kalau kau mau pulang duluan saja. Nanti kalau sudah selesai biar Jaemin menghubungimu"

"Aniya. Aku akan menunggunya. Ehmm... Itu.. ehmm" Jeno bingung bagaimana bertanyanya. Dia juga sedikit sungkan dengan sekertaris Jaemin

"Santai saja. Kau tunangan Jaemin berarti kau juga bosku. Kalau butuh sesuatu katakan saja. Tak perlu sungkan"

"Ne. Itu, apa makanan kesukaan Jaemin. Dia belum makan sejak tadi dan ini sudah jam makan malam"

"Kau mau membelikan untuknya? Sepertinya kau masih belum tau banyak tentangnya"

"Ne. Kalau noona mau aku juga bisa belikan sekalian" ucap Jeno sambil menggaruk tengkuknya karena malu.

"Jaemin bukan tipe yang pemilih. Asalkan bukan yang berbau susu dan strawberry dia masih bisa memakannya"

"Ah begitu. Kamsahamnida. Bagaimana denganmu. Kau mau menitip apa?" Tanya Jeno lagi

"Terserah saja. Aku juga bukan tipe pemilih. Ah tolong satu ice americano untuk Jaemin. Beri yang shoot-nya terendah ne"

"Ne. Aku pergi dulu kalau begitu. Jika Jaemin mencari ku bilang saja aku pergi men-"

"Arraseo. Ah ini. Pakai kartu Jaemin saja. Biasanya jika aku memesankan makanan untuknya juga pakai ini"

"Ah ne. Kamsahamnida. Aku pergi dulu"

***

Jeno membelikan beberapa jenis makanan. Tak lupa dengan pesan sekretarisnya tadi. Segelas ice americano dengan shoot terendah. Jeno sudah memberikan bagian untuk sekertaris Jaemin di depan dan kini Jeno menyusun makanan untuknya dan Jaemin di meja tamu. Mencium bau yang menggiurkan membuat fokus Jaemin teralihkan. Lantas menutup seluruh berkas.

"Kau membeli makanan?" Tanya Jaemin mendekat ke arah Jeno

"Ne. Aku tidak tau bagaimana seleramu. Noona di depan bilang kau tidak pemilih asalkan bukan susu dan strawberry. Jadi aku belikan beberapa jenis untukmu. Juga segelas americano sesuai pesan noona di depan" jelas Jeno. Jaemin yang mendengarnya tertawa kecil.

"Namanya So Hyun eonni. Berhenti memanggilnya 'noona di depan'. Kalau dia mendengarmu kau bisa di ceramahi seharian penuh. Gumawo sudah mau repot" ucap Jaemin

Jaemin duduk berhadapan dengan Jeno. Ice americano menjadi hal pertama yang dia nikmati. Melihat Jaemin yang mengernyitkan dahinya membuat Jeno penasaran

"Apa rasanya tidak enak? Aku tidak tau dimana kau biasanya membeli. Tadi tak sengaja lewat situ jadi itu yang kubeli" ucap Jeno

"Berapa shoot?" Tanya Jaemin

"1 shoot. Itu yang terendah disana. Noona di depan, ah maksudku So Hyun noona bilang untuk memesankanmu shoot yang terendah" jawab Jeno polos

"EONNI!" Jaemin sontak berteriak. Yang di depan tertawa kecil seakan paham apa yang terjadi

"Sudah bagus ada kopinya kan?" Ucap So hyun yang sekarang sudah berdiri di tengah pintu masuk

"Sekalian saja coffee latte!" sahut Jaemin kesal

"Kau kan tidak suka susu. Aku sudah berkali-kali memperingatimu untuk berhenti meminum kopi, tapi kau selalu tak mempedulikanku. Sekarang aku punya orang yang pasti mendukungku. Jadi ku manfaatkan saja momennya" jawab So hyun panjang lebar

Jaemin masih merengut kesal. Jeno yang tak begitu paham apa masalahanya menggaruk kepalanya bingung. So Hyun yang paham akhirnya menjelaskan.

"Calon istrimu itu pecinta kopi. Bukan pecinta lagi. Lebih tepatnya penggila kopi. Dia bisa mengonsumsi 8 shoot sekali minum. Bayangkan saja. Itu kan tidak baik" jelas Sohyun

"Sebanyak itu? Dia benar. Tak baik untukmu kalau sebanyak itu" ucap Jeno mendukung. Sohyun tersenyum senang dan kembali ke mejanya. Sedangkan Jaemin semakin merengut kesal.

Jaemin menyantap makanannya dengan enggan. Padahal seharian ini dia sibuk membuatnya tak sempat membeli americano. Niatnya akan membeli setelah kerja. Tapi sekarang giliran ada, malah shoot terendah. Ditambah Jeno yang mendukung Sohyun sudah pasti jika dia meminta nanti tak akan di turuti. Jaemin semakin kesal saja memikirkannya.















TBC
Mian typo bertebaran
Votement juseyo....

Sweet and sour ~ nomin [[END]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang