Fifteen

1.2K 125 3
                                    

Tiga hari Jaemin dirawat. Dibolehkan pulang tapi masih harus selalu dalam pengawasan. Sore harinya setelah Jaemin sadar, polisi datang. Menanyakan beberapa pertanyaan tentang perlakuan orangtuanya. Jeno juga ikut disana karena Jaemin tak mau di tinggal. Hati Jeno teriris mendengar pengakuan Jaemin. Sungguh, selama ini Jeno benar-benar tertipu dengan wajah dan sikap manis mereka. Nyatanya mereka lebih keji dari seekor binatang buas, bahkan yang menjadi korban adalah putri kandungnya sendiri. Besok, Jaemin diminta datang sebagai korban di pengadilan orangtuanya.

"Makan dulu! Kerjanya lanjut nanti" ucap Jeno memperingati

Saham perusahaan keluarga Na merosot. Wajar saja setelah adanya berita tentang keluarga mereka yang kurang enak. Meski begitu masih banyak kolega yang mempertahankan kerjasama mereka. Alasan utama bukan karena berita itu, lebih pada proses dan hasil kerja perusahaan keluarga Na yang bagus.

Menurunnya saham perusahaan yang cukup banyak membuat Jaemin harus merelakan beberapa cabangnya dan berusaha mati-matian untuk meningkatkan kembali atau paling tidak mempertahankan apa yang masih ada. Jaemin juga melepaskan cafe itu. Meski begitu, Jaemin mencarikan pekerjaan lain untuk pegawainya melalui relasi yabg dimilikinya.

"Na Jaemin"

Jaemin hafal. Semenjak Jaemin sadar di rumah sakit kala itu, Jeno selalu memanggil nama lengkapnya untuk menandakan dia tak mau di bantah. Jeno juga lebih sering mengomel dan terkadang memaksa. Jaemin kadang kesal dibuatnya tapi mau bagaimana lagi, dia tau yang dilakukan Jeno itu baik untuknya.

"Arraseo. Kau juga makan. Aku bisa makan sendiri dan kita makan bersama di meja makan. Kau peduli padaku tapi tidak memperdulikan dirimu sendiri" ucap Jaemin tak kalah tegas

"Arraseo. Kajja"

Sebagai info, kamar Jaemin berpindah sementara jadi di lantai bawah. Naik turun tangga membuat kulit punggung ikut tertarik dan akan memperlama proses penyembuhan.

"Terimakasih bibi" ucap Jaemin pada kepala pelayan disana. Bibi itu sudah menemaninya sejak kecil. Beliau juga bersedia menjadi saksi untuk pengadilan besok.

"Senang melihat senyum nona lagi. Semoga nona cepat sembuh Kalau ada apa-apa panggil saja. Selamat menikmati nona dan tuan" ucap bibi pelayan undur diri.

"Kau yang meminta bibi untuk memasakkan ini pasti" ucap Jaemin begitu bibi tadi pergi. Jeno hanya mengangguk saja. Di depan mereka ada berbagai macam makanan. Beberapa piring olahan daging.

"Kau tidak bosan makan daging terus? Aku yang melihatnya saja rasanya sudah muak" ucap Jaemin. Ya, selama di rumahsakit pun Jeno juga mengonsumsi banyak protein

"Aku kan sudah bilang. Aku mau membentuk tubuhku" ucap Jeno

"Tubuh sudah besar dan bagus begitu apalagi yang mau dibentuk. Tanduk?" Ucap Jaemin kesal. Jeno akui Jaemin jadi mudah kesal sekarang.

"Seperti bodyguard yang berbadan besar dan kekar agar aku bisa melindungimu dan tidak akan ada lagi yang bisa menyakitimu. Kau tidak mengizinkanku belajar bisnis dan menggantikanmu atau paling tidak menemanimu mengurus bisnis. Jadi aku putuskan untuk jadi bodyguard pribadimu yang akan selalu ada di sampingmu" ucap Jeno mantap

Jaemin bungkam. Tak tau harus membalas dengan apa. Itu senjata Jeno untuk membungkamnya.

***

Pengadilan dihadiri banyak awak media. Tak heran sih sebenarnya, karena perusahaan yang bersangkutan merupakan perusahaan besar. Juga rasa simpati warga yang besar karena perlakuan tidak baik yang dilakukan ayah pada putrinya itu.

Jaemin datang bersama Jeno. Pagi tadi, seorang perawat kenalan Renjun datang kerumahnya memenuhi panggilan Jeno dan membantu memasangkan perban. Sehingga Jaemin bisa memakai pakaian normal saat datang ke pengadilan.

"Terlalu ramai. Jika semuanya berdesakan bisa saja mereka tak sengaja memukul punggung Jaemin" ucap Jeno

"Pihak keamanan akan membantu. Lebih bagus kalau nona Jaemin mau memakai kursi roda. Bukan bermaksud membuat anda terlihat lemah, hanya saja jika memakai kursi roda setidaknya bisa mengurangi resiko ketidaksengajaan memukul punggung anda nona" ucap salah satu polisi yang menghampiri mereka. Posisi mobil mereka masih cukup jauh dari awak media

"Tak apa kan?" Tanya Jeno lembut. Jaemin hanya mengangguk dan setia menggenggam tangan Jeno erat. Renjun, Haechan, dan Mark mengikuti di mobil belakangnya.

"Ne. Kami gunakan kursi roda. Terimakasih sebelumnya" ucap Jeno

Mobil berhenti sekitar 15 meter dari awak media. Ada pembatas sendiri sehingga awak media tak dapat mendekati mobil mereka. Begitu Jaemin siap di kursi roda, Jeno mendorongnya masuk. Dengan bantuan keamanan untuk membuka jalan. Renjun, Haechan dan Mark mengikuti juga.

"Tenang. Semuanya akan baik-baik saja. Ini yang terbaik, dengan begini mereka tak akan melukaimu. Aku ada di kursi tamu disana. Kalau kau ragu, cukup lihat aku. Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitiku lagi"

Jeno mengatakan itu sambil duduk bersimpuh di depan Jaemin yang sudah berada di tempatnya. Jeno menyapa sebentar pengacara yang direkomendasikan oleh Mark. Lalu mengelus.

Sidang berjalan. Jaemin menjawab dengan tenang meski Jeno tau, dia sedang cemas dan takut. Keputusan sidang menghasilkan hukuman 7 tahun penjara untuk appa Jaemin dan 4 tahun penjara untuk eommanya serta denda. Eomma Jaemin mendapat hukuman lebih ringan karena memang dia tidak melakukannya secara langsung, dia hanya menurut pada suaminya karena takut diancam dibunuh.

"Mau mampir dulu?" Tanya Jeno

"Pulang" jawab Jaemin pelan. Dirinya duduk menyamping dan menghadap Jeno. Tangannya masih senantiasa bertautan dengan Jeno. Matanya tertutup rapat. Terlampau lelah karena menahan emosi.

Jeno menggenggam erat. Mengelus dengan ibu jarinya. Sesekali menengok Jaemin yang sudah pulas.










TBC
Mian typo bertebaran
Votement juseyo....

Sweet and sour ~ nomin [[END]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang