Eight

1.3K 146 1
                                    

Pagi hari nampak sepi di kediaman keluarga Na. Renjun dan Jaemin yang bangun pertama. Keduanya bertemu di dapur.

"Pagi nona Jaemin" sapa bibi pelayan yang ada di dapur

"Pagi Jaeminie" sapa Renjun yang sudah ada di dapur lebih dulu

"Pagi Renjun, pagi bibi" sapa Jaemin balik

"Apa nona juga mau jus apel sama seperti nona Renjun?" Tanya bibi

"Aniya bibi. Ada air putih hangat?" ucap Jaemin menolak.

"Ne. Saya ambilkan dulu nona"

Jaemin duduk berhadapan dengan Renjun di meja makan. Renjun sedang menikmati jus apelnya sedangkan Jaemin masih menunggu air dari bibinya.

"Ini nona"

Jaemin menerima segelas air itu dan mengucapkan terimakasih. Lalu meminumnya sambil bertatapan dengan Renjun

"Berhubung yang lain belum bangun bisa kita bicara?" Tanya Renjun

Mengerti maksud Renjun, Jaemin meminta pelayan disana untuk pergi dan menyisakan mereka berdua. Jaemin terlalu malas untuk pindah ke tempat lain.

"Bagaimana perkembanganmu dengan Jeno?" Tanya Jaemin

"Begitulah" jawab Jaemin singkat

"Bagaimana sifatnya?" Tanya Renjun lagi

"Baik. Dia pribadi yang bertanggungjawab. Dia juga cukup perhatian" jawab Jaemin lagi

Renjun terdiam sejenak. Mencoba membaca pikiran Jaemin. Jaemin yang di tatap bukannya risih malah balik menatap.

"Ada apa? Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan?" Tanya Jaemin kesal karena Renjun malah diam. Padahal dia sudah menyuruh seluruh pelayan disana untuk pergi.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Renjun ambigu. Mereka sering bertemu hampir setiap hari dan selalu bertukar pesan sepanjang hari. Lalu mengapa Renjun menanyakan kabarnya seakan mereka sudah tidak bertemu cukup lama.

"Baik. Cukup baik"

"Untuk saat ini" lanjut Jaemin pelan

***

Jeno baru bangun. Dia melirik Mark yang masih tidur pulas lalu beralih ke jam di mejanya. Sudah cukup siang, sepertinya dia harus bangun sekarang.

Setelah mencuci muka, Jeno keluar kamar dan menuju dapur. Berniat mau minum atau mungkin sekalian sarapan. Tapi langkahnya terhenti kala mendengar suara orang yang berbicara. Didengar dari nadanya sepertinya pembicaraan itu cukup serius

"Kau bilang dia orang yang bertanggungjawab. Apa artinya kau sudah bisa mempercayainya? Kulihat Jeno cukup baik"

Jeno mengenali suara ini. Kalau tidak salah itu suara Renjun, sahabat tunangannya. Jeno tidak mendengar jawaban dari lawan bicara Renjun membuatnya tak tau siapa yang tengah berbincang dengannya.

"Cobalah untuk sedikit lebih terbuka Jaeminie"

Ah, sekarang Jeno tau. Renjun sedang bicara dengan Jaemin.

"Belum saatnya kurasa"

"Memangnya apa yabg kurang darinya? Kau sendiri yang bilang. Dia orang yang bertanggungjawab, dia peduli padamu. Lalu mengapa kau masih belum percaya padanya?"

Suara Renjun sedikit berubah sekarang. Seperti ada kekesalan tapi juga penuh kekhawatiran disana.

"Jangan memendam semuanya sendiri Jaemin. Kau sudah sangat tertekan sejak kecil. Kau selalu menuruti apa kemauan orangtuamu. Jarang sekali menolak perintah mereka meski kau tidak menyukainya. Jaemin... Kau juga harus bahagia dan Jeno ada untuk membantumu bahagia"

Sweet and sour ~ nomin [[END]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang