Nine

1.3K 138 2
                                    

Jeno sudah bekerja di cafe Jaemin. Meski dia mengambil alih, tapi Jeno memilih tetap bekerja sebagai karyawan biasa. Jeno memilih sebagai penjaga kasir sesuai saran Jaemin. Mengenai pembicaraannya dengan Renjun yang tak sengaja dia dengar itu sudah selesai. Jeno sudah mengerti setelah Jaemin menjelaskan.

"Aku tidak marah padamu. Aku hanya kesal saja, karena aku belum ingin kau tau. Aku janji akan menceritakan padamu semuanya. Tapi tidak sekarang. Kuharap kau mengerti"

Itu ucapan Jaemin pagi itu sebelum berangkat ke kantornya. Jeno juga paham. Meski mereka sudah bertunangan tapi Jeno masihlah orang baru yang masuk ke kehidupannya. Jeno cukup sadar diri untuk itu.

Siang ini cafe Jeno cukup ramai sama seperti sebelumnya. Semua meja penuh kecuali satu yang ada di ujung dekat jendela. Biasanya tempat itu tidak pernah sepi karena jadi favorit. Tempatnya yang berada di ujung membuat perhatian tidak terlalu memusat padanya, juga lokasi yang dekat jendela membuat yang duduk disana dapat melihat lalu lalang kendaraan di jalan.

Alasan siang ini kosong karena Jeno memasang tulisan 'meja sudah dipesan' disana. Padahal tidak ada yang memesannya. Jeno menyiapkan untuk Jaemin yang tadi pagi sempat bilang padanya kalau akan makan disana.

Sayangnya Jaemin tidak mengatakan ia akan makan jam berapa. Ini sudah hampir selesai jam makan siang, tapi Jaemin belum datang. Padahal Jeno sudah menolak beberapa pengunjung karena tempatnya penuh dan tidak mengizinkan orang lain menggunakan meja itu hari ini.

"Yoboseyo?"

Jeno menatap kembali layar ponselnya yang awalnya dia dekatkan ke telinga. Setelah memastikan benar dan tidak salah sambung, Jeno kembali menempelkan ponselnya.

"Nugu? Bukankah ini nomor Jaemin?" Tanya Jeno bingung

"Ah ne. Nona Jaemin sedang rapat tuan. Tadi nona menitipkan ini ke bagian resepsionis"

"Huh? Tumben sekali. Biasanya ke Sohyun noona" ucap Jeno

"Sohyun-ssi juga ikut rapat tuan. Setahu saya rapat ini sangat penting karena melibatkan seluruh investor. Rapatnya juga belum selesai padahal sudah dimulai sejak tadi pagi. Bahkan semua benda elektronik kecuali laptop untuk presentasi dititipkan ke kami"

"Ah begitu. Baiklah. Nanti kalau Jaemin sudah selesai tolong minta dia menghubungiku balik"

"Ne tuan. Nanti saya sampaikan"

"Ne. Kamsahamnida"

Tut~

Jeno menghela nafas berat. Kalau Jaemin masih rapat artinya dia belum makan. Padahal tadi lagi dia sudah melewatkan sarapannya. Jeno akui beberapa hari terakhir Jaemin terlihat sangat sibuk. Sering begadang dan melewatkan jam makan.

"Bagaimana Jeno-ssi? Mejanya mau dibuka atau tetap seperti itu?" Tanya salah satu pegawai

"Buka saja. Sepertinya Jaemin tidak jadi kemari" ucap Jeno

Meski dia sedih karena akhir-akhir ini Jaemin jarang punya waktu dengannya. Juga karena Jaemin sudah berjanji akan ke cafe hari ini, tapi sampai sekarang belum juga datang.

"Tolong gantikan aku sebentar. Aku mau ke toilet" ucap Jeno

Ia basuh wajahnya beberapa kali. Mencoba menghilangkan kekecewaannya. Jeno tidak boleh egois meski dia ingin. Mereka memang belum menentukan kapan mereka menikah, tapi status mereka sudah bertunangan. Dan keduanya sama-sama berkomitmen akan melanjutkan sampai ke jenjang pernikahan.

"Kau tidak boleh egois Jeno. Jaemin bekerja keras juga untuk masa depan" ucap Jeno sambil menatap pantulan wajahnya

"Harusnya kau malu karena Jaemin bekerja lebih keras darimu. Dia mau menerimamu yang serba kekurangan ini" ucap Jeno pelan

Setelah membenarkan penampilannya, Jeno kembali ke kasir. Dia tak nafsu makan siang. Sepertinya hari ini dia akan melewatkan makan siangnya.

***

Hari sudah gelap. Tiga puluh menit sebelum cafe yang Jeno kelola tutup. Pengunjungnya juga hanya tinggal beberapa saja. Beberapa menu juga sudah tidak tersedia karena habis. Jeno duduk sambil menatap ponselnya yang masih sepi.

"Apa Jaemin belum selesai?" Batinnya

Jeno menghela nafas pelan. Berusaha tetap berpikir positif agar bisa kembali menaikkan moodnya

"Haruskah aku pecat pegawai yang malah sibuk melamun ini?"

Suara itu berhasil menyadarkan Jeno kembali dari lamunannya. Senyum Jeno langsung melebar bahkan sampai matanya ikut menghilang. Kembali membuat orang di depannya tertegun.

Jeno keluar dari bilik dengan tidak sabar dan berdiri di depan orang tadi. Tanpa mengucapkan apapun dia peluk erat orang itu. Seakan lama tak jumpa padahal belum sampai 24 jam berpisah. Ia taruh dagunya di pundak orang itu

"Akhirnya kau datang Jaemin-ah" ucap Jeno

Jaemin terkekeh pelan lalu melepas pelukan itu dengan lembut.

"Mian. Aku benar-benar tidak bisa tadi. Setidaknya aku sudah menepati janjiku untuk datang" ucap Jaemin sambil tersenyum tipis. Jeno kembali memeluknya erat. Menggoyang kecil tubuhnya

"Kau ini kenapa? Tidak malu dilihat pengunjung? Seperti anak kecil saja" Ejek Jaemin

"Kau pasti belum makan kan?" Tanya Jeno mengabaikan ejekan Jaemin. Jaemin mengangguk mengiyakan.

"Sudah kuduga. Haein-ssi! Tolong buatkan pesanan sesuai pesanku tadi pagi ne" ucap Jeno memerintah. Lalu menarik Jaemin menuju meja yang tadi dia tutup kembali. Kursi disana berupa sofa jadi lebih nyaman. Jeno duduk di samping Jaemin yang berada di dekat jendela

"Kau jadi seperti kelinci bermata panda" ucap Jeno

Jaemin hanya tersenyum kecil. Jeno menarik kepala Jaemin agar bersandar di pundaknya. Dia mengkode rekannya. Begitu hasil kodenya dia terima Jeno kembali berucap.

"Sebentar"

Jaemin kembali menegakkan kepalanya. Jeno berjongkok untuk melepas sepatu Jaemin dan merendamnya di air hangat. Jeno juga menyelimuti Jaemin dari pinggang ke bawah. Ia melepas apronnya dan kembali duduk di samping Jaemin. Kembali menarik agar Jaemin bersandar padanya

"Aku merasa jadi seperti tamu spesial jika diperlukan seperti ini" ucap Jaemin

"Rilekskan tubuhmu, tapi jangan tidur. Kau harus makan" ucap Jeno. Dia raih tangan kiri Jaemin dan menautkannya dengan tangan kanannya.

"Capek sekali ya? Pasti lapar. Kau melewatkan sarapan dan makan siang" ucap Jeno

"Kau semakin cerewet akhir-akhir ini" ucap Jaemin

"Ne. Karena kau semakin sibuk dan mengabaikan kesehatanmu sendiri. Jadi aku harus lebih cerewet untuk menjagamu" ucap Jeno

"Maaf mengganggu kemesraan kalian. Makanan sudah tiba" sela salah satu pegawai yang sudah lama bekerja disana

"Gumawo ne...." Ucap Jaemin sambil tersenyum

"Ngomong-ngomong mau jam berapa tutupnya? Sekarang sudah waktu tutup" tanya pegawai tadi

"Setelah pelanggan itu pulang juga tak apa tapi tulisan di depan tolong ganti tutup ne. Setelah itu, kalau sudah bersih semua kalian bisa pulang duluan. Piring ini nanti biar aku yang bereskan" ucap Jeno

"Ne"

Jeno menyendokkan nasi untuk Jaemin. Suapan demi suapan Jaemin terima masih dengan posisinya yang duduk bersandar di kursi. Tak lagi menyender pada Jeno karena menyulitkannya untuk menyuapi.

"Gumawo" ucap Jaemin saat mereka sudah selesai makan

Jeno mengangguk lalu membereskan piring-piring itu. Juga baskom yang tadi dia gunakan untuk merendam kaki Jaemin.

"Harusnya aku yang memperlakukanmu begini. Bukan malah sebaliknya" gumam Jaemin sambil menatap punggung Jeno yang semakin menjauh

















Tbc
Mian typo bertebaran
Votement juseyo....

Sweet and sour ~ nomin [[END]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang