Eighteen

1.3K 122 1
                                    

Tiga bulan sudah Jeno meninggalkan Korea. Pergi ke Jepang dan belajar dengan keras mengenai bisnis. Niatnya untuk membantu Jaemin sangat besar. Dia bahkan tidak pernah berjalan-jalan selama di Jepang. Hanya belajar saja.

Hari ini, dia kembali. Menemui sang pujaan hati. Awal dia sampai di Jepang, Jeno dikagetkan dengan berita mengenai perusahaan mereka. Mulai dari tuntutan perusahaan terhadap perusahaan lain. Beberapa petinggi perusahaan lawan bahkan banyak yang mendapat hukuman penjara atau denda yang sangat besar. Juga Jeno mendapat kabar tentang pengurangan cabang perusahaan dan pemecatan beberapa karyawan. yang Jeno dengar dari sekertaris Jaemin adalah rencana Jaemin yang akan memulai bisnis kembali dengan lebih bersih. Orang-orang baru banyak di rekrut. Tentu dengan seleksi yang sangat ketat.

"Jeno-ssi?"

Jeno menoleh ke arah suara. Seorang namja paruh baya yang tidak Jeno kenali. Belum sempat bertanya dia siapa, Jeno mendapat panggilan.

"Kau sudah sampai?"

"Ne. Aku baru keluar. Kau dimana?"

"Mian aku tidak bisa menjemputmu. Aku baru selesai rapat. Aku sudah meminta supir baru untuk menjemputmu. Belum ketemu?"

"Ah, Anda supir baru Jaemin?" tanya Jeno pada orang tadi dan di jawab anggukan.

"Sudah ketemu"

"Baguslah. Haruskah aku ke sana? Rapatku sudah selesai"

"Tidak perlu. Kita bertemu di rumah"

"Arraseo. Bye-bye.Bogoshipoyo~"

"Nado bogoshipoyo"

Jeno menutup panggilannya. Lalu berbalik menatap namja paruh baya itu.

"Maaf tidak mengenali anda" ucap Jeno sopan

"Tak apa tuan. Ini baru pertemuan pertama kita, jadi wajar. Mari tuan. Saya bawakan kopernya"

"Ne. Kamsahamnida"

Jeno masuk ke mobil. Dia mengamati kotak yang dia bawa dari China. Senyum kecil tercipta di wajahnya.

"Anda mau menggunakan cincin itu untuk melamar nona Jaemin tuan?" Tanya si sopir

"Kami sudah bertunangan ngomong-ngomong" jawab Jeno

"Bukan itu. Maksud saya untuk menikah"

"Kami memang mau menikah. Kami sudah merencanakan itu. Ahjussi, jangan bicara ke Jaemin soal ini. Aku akan memberinya saat pernikahan kami" ucap Jeno

"Ne tuan"

Jeno bermain ponsel selagi menunggu sampai. Mengamati beberapa foto yang sering Jaemin kirimkan padanya selama dia pergi.

"Sudah sampai tuan"

Jeno terkejut. Sontak menengok keluar. Benar, dia sudah sampai di rumah. Terlalu asyik dengan ponselnya sampai lupa.

"Jaemin-ah! Aku pulang" ucap Jeno lantang. Tak ada sahutan. Jeno masuk setelah melepas sepatu. Berhenti ketika melihat Jaemin tertidur di sofa. Ada bibi pelayan yang sedang menyelimutinya.

"Jaemin tidur?" Tanya Jeno

"Ne tuan. Nona baru saja pulang. Sepertinya terlalu lelah sampai langsung tidur begini" ucap pelayan

"Ah, begitu. Ya sudah biarkan dia tidur. Bibi, apa ada makanan? Aku lapar hehe" ucap Jeno cengingisan

"Ada tuan. Nona sudah memesan untuk memasakkan makanan kesukaan anda" jawab bibi pelayan

***
Sampai malam, sampai waktunya makan malam, Jaemin belum juga bangun. Jeno terpaksa membangunkannya.

"Jaemin... Ireona..." Panggil Jeno

Menggeliat pelan, lalu membuka matanya. Terkejut sampai langsung duduk kala melihat Jeno.

"Kapan kau tiba? Mian aku ketiduran" ucap Jaemin menyesal.

"Kwencana. Aku tau kau lelah. Pasti sulit menghadapi nya sendirian. Kau sudah bekerja keras. Setelah ini, aku akan membantumu. Aku harap aku bisa membantumu banyak" ucap Jeno yakin

Jaemin tersenyum mendengarnya.

"Gumawo Jeno-ya. Aku benar-benar bersyukur bertemu denganmu" ucap Jaemin

"Aku juga bersyukur diperkenalkan dengan yeoja tangguh sepertimu. Takdir tuhan memang indah" ucap Jeno

"I miss you Jeno-ya"

"I miss you too Jaemin-ah"

Jeno memeluk Jaemin erat. Dia ikut duduk di sofa, bersebelahan dengan Jaemin. Tangannya mengelus kepala Jaemin sayang dan di balas dengan kepalanya yang semakin mendusel ke dalam. Tak sadar jika di perhatikan beberapa pelayan.

"Nona dan tuan manis sekali"

"Senang rasanya nona Jaemin bisa menemukan lelaki sebaik tuan Jeno"

"Aku juga ingin di perlakukan manis begitu. Tuhan, tolong beri aku satu saja yang seperti dengan tuan Jeno"

Merasa mendengar bisik-bisik, Jaemin melepas pelukannya dan menatap sekeliling. Pelayan tadi sontak membubarkan diri.

"Waeyo?"

"Ani. Aku tadi seperti mendengar bisik-bisik. Mungkin aku yang salah dengar"

"Itu pasti karena kau belum mandi. Mandi sana! Setelah itu kita makan" ucap Jeno

"Shireo. Aku sedang malas sekarang" jawab Jaemin cemberut

"Mandi sendiri atau aku yang memandikanmu. Tapi kalau denganku, mungkin tak hanya sekedar mandi saja" ucap Jeno sambil menaik turunkan alisnya

"Yak?! Mesum!" Teriak Jaemin

Jeno tertawa lepas melihat Jaemin yang berteriak sambil menyilangkan tangan di dadanya. Matanya melotot yang justru terkesan lucu.

"Apa di Jepang kau diajari mesum?" Tanya Jaemin menyelidik

"Ani. Hyung hanya bilang padaku. Katanya aku pasti kurang puas denganmu. Katanya buahmu kecil. Pantatmu datar. Dia juga bilang kau seperti tusuk gigi. Kecil dan tidak menggoda sama sekali" ucap Jeno semakin menggoda

Jaemin memukuli Jeno beberapa kali sampai Jeno memekik kesakitan. Akhirnya Jaemin baru berhenti setelah Jeno meminta ampun. Pergi ke kamar mandi dengan segala gerutuan dan sumpah serapah dari mulut manisnya.

***

Paginya, Jaemin dan Jeno berangkat ke perusahaan bersama. Sedikit yang Jeno tau adalah perusahaan tak lagi sebesar sebelumnya. Hanya ada sedikit cabang. Satu cabang paling besar yang masih di pertahankan adalah cabang di China. Pengurangan cabang di Korea di lakukan besar-besaran sampai banyak artikel dan berita yang membicarakannya.

Jeno membantu Jaemin. Kepemimpinan masih di pegang Jaemin. Jeno juga sadar diri kalau dia masih belajar. Jaemin cukup senang dengan pekerjaan Jeno yang meningkat pesat. Perusahaan mulai merambat ke bidang lain. Bergerak untuk mengembalikan sebelumnya juga meningkatkannya.

"Kau yakin?" Tanya Sohyun, sekertaris Jaemin

"Sangat yakin" jawab Jeno mantap

"Kenapa tidak secepat nya saja?"

"Tidak bisa. Lagipula bulan ini perusahaan juga masih sibuk. Bulan depan. Saat ulangtahunnya. Aku ingin melamarnya saat itu. Mohon bantuannya untuk persiapannya"

"Ini sungguhan? Kalian akan menikah seminggu setelah lamaran? Kau yakin? Bagaimana kalau dia menolak?"

"Aku yakin. Dia tak akan menolakku karena kami sudah berkomitmen bersama"

"Ah, baiklah. Semoga sukses. Aku akan mendukungmu"

"Ne. Kamsahamnida"
















TBC
Mian typo bertebaran
Votement juseyo...

Sweet and sour ~ nomin [[END]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang