(7) Pengakuan

61 13 1
                                    

Disini, kembali
Kau hancurkan ingatan,
yang seharusnya ku lupakan
Dan ku hancurkan adanya...

_Ingin Hilang Ingatan_

<Happy Reading>
﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Naka memasuki rumahnya, langit yang mulai menggelap tetapi masih ada secercah cahaya senja. Ia baru sampai dirumahnya setelah tadi naka mengikuti kumpulan kelas.

"Papa?" Naka mematung di ambang pintu saat ia melihat pria yang sangat dikenalinya, terduduk gelisah di ruang tamu.

"Naka..." Pria itu tersenyum, ia menghampiri naka tetapi kalah telak dengan naka yang sudah berlari ke lantai atas.

BRAKKK
"Dek, vega..." Naka membuka kamar vega, ia mencarinya tetapi perempuan itu tidak ada didalam kamarnya.

"Naka..."

"Dimana vega?" Naka berucap dingin, matanya menajam, tangannya terkepal dan irama dadanya tidak teratur. Dapat dilihat naka sedang menahan amarah.

"Tadi vega keluar setelah liat papa,nak-"

"Ngapain kesini?!!!" Naka memotong pembicaraan papanya.

"Papa rindu kalian..." Suara pria itu melemah.

"Rindu? Setelah 1 tahun lamanya papa ninggalin kita dengan gampangnya bilang rindu?" Naka tersenyum sinis, matanya masih menatap tajam.

"Dengerin papa dulu ka" Papanya mecoba mendekat, tetapi naka menyuruhnya diam ditempat.

"Apa yang perlu didengerin!!! Setelah semuanya terjadi? Kemana papa pas kita terpuruk! Kemana papa pas kita butuh papa!? Setelah kematian mama, papa dengan tidak pedulinya ninggalin kita selama 1 tahun? Papa tau? Vega berubah pa, vega jadi anak pendiam, naka sadar diamnya vega karena dia ditinggalin sama kedua orang tersayangnya, mama disurga sedangkan papa gatau dimana!!!" Nafas naka memburu, matanya memanas ketika ia mengatakan itu.

"Naka satu-satunya orang yang vega punya selama itu! Naka satu-satunya orang yang ngasih segalanya buat vega, tapi vega gacukup, dia cuma mau rasanya kasih sayang orang tua! Harusnya papa yang masih ada menggantikan posisi mama, naka gabisa jadi mama sekaligus papa dalam satu waktu, naka harus ngurus kantor papa yang papa tinggal sampe naka gabisa jagain vega!" Naka semakin menguatkan kepalan ditangannya.

"Papa kemana pa? Naka juga nyari papa tapi papa nutup aksesnya, naka juga masih butuh papa..." Suara naka melemah, air matanya tanpa bisa dicegah mulai keluar.

"Papa minta maaf ka, papa salah harusnya papa sadar kalo papa punya kalian yang terpukul juga, papa cuma mikirin kesedihan papa atas meninggalnya mama, papa lari dari semuanya. Papa egois! Harusnya papa tau kalo kalian lebih terpukul daripada papa, maafin papa ka" Ia menghampiri naka lalu memeluknya erat, tidak jauh berbeda dengan naka papanya pun menangis. Naka yang dipeluk hanya diam tanpa membalasnya.

"Naka keluar cari vega dulu" Naka melepaskan pelukan sang papa.

"Papa ikut"

Naka menggeleng
"Bukan sekarang pa, mending papa jangan dirumah ini dulu naka gayakin kalo vega bisa langsung nerima, kita juga masih butuh waktu buat mencerna semuanya, terutama vega"
"Naka pamit."

Setelahnya naka pergi, meninggalkan papanya yang melihat kepergian naka dengan pukulan bertubi didadanya, benar ternyata selama ini anak-anaknyalah yang paling kehilangan, tidak seharusnya ia lari dari bayang-bayang sang istri dan meninggalkan kedua buah hatinya, ia menyesal.

Mama naka dan vega meninggal sejak 1 tahun yang lalu, ia meninggal karena sakit diabetes yang dideritanya. Saat itu vega belum menerima kematian sang mama, ditambah sang papa yang pergi tepat dua hari setelah kematian mamanya. Vega susah dikendalikan saat itu karena ia masih memiliki syok atas kematian dan kepergian kedua orang tuanya, untung ada naka yang merawat vega dengan sabar dan kasih sayang, terkadang juga bumi yang menjadi temannya mengobrol guna mengilangkan syok itu, seiring waktu berjalan vega mulai bisa menerimanya hanya saja ada sesuatu pada diri vega yang hilang, yaitu keceriannya yang terganti menjadi pendiam, kebawelannya yang menghilang, vega tidak banyak bicara.
Dan hari ini papanya kembali, naka khawatir syok yang dulu pernah vega rasakan akan muncul kembali juga.

ROTASI [Mark Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang