(13) Digoda

55 10 0
                                    


Mungkin ini memang jalan takdirku
Mengagumi tanpa dicintai
Tak mengapa bagiku
Asalkan kaupun bahagia
Dalam hidupmu
Dalam hidupmu...

_Cinta Dalam Hati_


<Happy Reading>

﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Kini langit dan adik-adiknya sudah kembali ke rumah tepat jam 23.00 WIB yang lalu, saat pulang mereka berempat terkena marah oleh sang bunda sebab tidak ada satupun dari keempatnya yang meminta izin langsung darinya. Ternyata keempat bersaudara itu lupa menghubungi sang bunda, setelah dimarahi keempatnya kompak meminta maaf karena mereka merasa bersalah, mau semarah apapun bundanya pada akhirnya ia memaafkan anak-anaknya dengan peringatan jangan diulangi lagi.

Waktu hampir menunjukan pukul pergantian hari namun semesta belum juga tidur dikamarnya, sebab bumi yang menghampirinya dan mengajaknya nongkrong di balkon kamar semesta lagi.

Tidak ada yang mereka lakukan, bumi hanya menyender di sofa yang disediakan dan semesta yang tiduran di sofa yang posisinya dipinggir bumi duduk, semesta membungkus badannya dengan selimut yang ia bawa dari dalam kamar sedangkan bumi hanya memakai baju tidur disertai hoodie yang membalut atasnya.

"Kayanya gue bakal sering nyanyi deh di cafe nya abang, enak juga nyanyi disitu" Bumi bersuara.

"Kalo gitu, gue yang bakal nemenin elu disitu ntah gue jadi penonton atau gue yang bakal mainin gitar kalo gaada yang ngisi." Ucap semesta.

Bumi mengangguk "Tapi kalo gue lagi pengen aja, kayanya malam sabtu atau minggu enak disitu"

Semesta menoleh ke arah bumi. "Sebenarnya tadi lu kenapa? Tiba-tiba pengen nyanyi di cafe, lu lagi galau? Lu lagi nenangin diri?" Tanya semesta setelah sekian lama pertanyaan itu bersarang di otaknya, ia agak curiga dengan bumi yang seperti itu.

"Ngga, gue cuma pengen"

"Kalo pun lu pengen biasanya lu minta ditemeninnya sama bang saka, terus nyanyi bareng"

Bumi menatap semesta lalu ia mengangguk, lebih baik ia jujur mengatakan yang sebenarnya. "Bang, gimana bisa gue lepasin genggaman tangan yang bahkan belum sempat gue gapai?"

"Vega?" Tanya semesta, bumi mengangguk.
"Karena gue?" Tanya semesta lagi.

Bumi menggeleng "Ya bukanlah, gue kan pernah bilang vega gue anggap adik. Gue cuma latihan aja nanti gimana kalo suatu hari lu yang bakal genggam tangannya sebagai seorang pacar dan gue yang bakal melepaskan genggamannya sebagai seorang sahabat" Lagi lagi bumi berbohong kepada semesta.

"Lu bakal tetap jadi sahabatnya, pelindungnya. Bedanya pelindung vega nanti bertambah, ada bang naka, lu dan gue."

"Dih pd banget lu, nembak aja belum udah halu aja" Sindir bumi, semesta terdiam membenarkan ia jadi teringat kejadian beberapa hari yang lalu.

"Jadi gue harus nembak gitu?"

"Pendekatan dululah" Kata bumi.

"Iya juga ya, gue coba deh"

Bumi mengangguk lalu ia memberi tepukan semangat di punggung kakaknya.

"Oh iya btw, vega sama papa nya udah baikan bang"

Semesta mengangguk "Iya, tadi gue dikasih pesan sama vega"

"Kalo gitu bagus, gue ke kamar dulu deh mau tidur. Sebelum ketauan sama ibunda ratu gue kabur dulu, selamat malam bang" Bumi berdiri melangkahkan kakinya keluar dari kamar semesta.

ROTASI [Mark Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang