35

583 56 4
                                    

SILAKAN VOTE, COMENT DAN SHARE YA CERITA INI

⛔TYPO BERTEBARAN⛔

ขอบคุณ สำหรับการป ระเมินเรื่องราว ของผู้เขียนอ่า นแล้วมีความสุข☺





"Pa, adek gimana?"

Aktivitas Gulf terhenti sebentar setelah mendengarkan ucapan Ohm, tatapannyapun teralih ke wajah anaknya itu.

"Pa?"tanya Ohm sekali lagi

"Adek sudah siuman kok bang, tenang saja" Ucap Mew dengan tenang,

"Kkapan?"

"Kemarin malam setelah abang pulang dari rumah sakit"

"Kenapa papa sama papi gak bilang ke abang?!" Marah Ohm,

"Hufft, abang sudah tidur jadi papi gak mau mengganggu tidur abang" Tutur Gulf

"Tapi kan... "

"Sudah bang" Lerai Mew,

"Baiklahhh" Jawab Ohm lesu, niat awalnya Ohm ingin dirinyalah yang pertama kali  dilihat adeknya saat tersadar nanti,

"Ayo abang gak mau ketemu adek?" Ajak Gulf yang menyadari raut wajah anak satunya ini, dan dengan cepat Ohm menganggukkan kepalanya

>> Rumah Sakit <<

Ohm dan Gulf sekarang berada didalam kamar inap adeknya, sebenarnya hari ini seharusnya Ohm dan Chimon sudah ada di kampusnya.

"Adek uda baikkan?"tanya Gulf dan dijawab anggukan Chimon

Tubuh Chimon terlihat seperti masa kritisnya dulu, bibir dan kulitnya terlihat pucat jangan lupakan berbagai alat-alat medis yang terasa menyakiti kulit halus adeknya sungguh Ohm tak bisa melihat adeknya tersakiti seperti ini. Andaikan Ohm bisa menukarkan dirinya dengan Chimon tentu saat ini ia akan lakukan sekarang. Ohm tak mampu melihat adeknya tersakiti lagi dan lagi. Untungnya beberapa menit lalu dokter dan perawat sudah melepaskannya hanya tersisa infus yang masih terpasang ditangan sang adek.

"Abang adek gakpapa kok" Ucap Chimon sambil tersenyum simpul

"Syukurlah, abang sangat khawatir dek" Jawab Ohm sambil membalas dengan senyum pula

"Adek uda sehat kok, abang gak ke kampus?" Tanya Chimon

"Abang gak akan ninggalin adek" Keputusan bulat Ohm,

"Tt-tapiii.... "

"Stttt, adek mau minum?" Tawar Ohm dan dijawab anggukan Chimon.

Ohm mengambil botol air dan membukanya lalu ia mengambil sedotan agar mempermudah adeknya saat nanti minum setelah itu Ohm membantu adeknya untuk terduduk sebentar menyodorkan air minum tersebut.

Selepas itu sudah dipastikan Ohm tak akan meninggalkan Chimon sendirian.

"Pi, ayah apa masih belum pulang?"tanya Ohm

"Ayah masih diperjalanan kok dek"balas Gulf

Tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan seseorang yang sudah beberapa hari meninggalkannya

"Ayah!!!!" Teriak Chimon sambil merentangkan tangannya

"Hustttttt diam adek ini dirumah sakit loh" Joss memberikan kode dengan jari telunjuk yang berada didepan bibirnya

"Hehehe"

>> Keberadaan Pluem <<

Pluem mengambil kotak kecil yang berada dibawah ujung lemarinya, Pluem mulai membukanya dengan perlahan-lahan dan mengeluarkan barang-barang yang ada didalamnya satu persatu, mantap dengan sayu foto-foto masa SMA nya dulu beberapa medali emas dan perak yang ada didalamnya, kenangan dulu tiba-tiba muncul dalam benaknya

"Mon.. Gimana kabar kamu? Semoga selalu baik yah. Oh iya mon, hari ini sama seperti kemarin Purimmu ini sangat bosan benar-benar sangat bosan tanpamu, tak ada lagi orang yang sama-sama merebutkan perwakilan sekolah lagi, tak ada orang ingin ku kejar selainmu Mon, tak ada orang lain yang sedingin dan seangkuhmu Mon. Mon....... Purimmu ini sangat merindukanmu sangat sanggatt merindukanmu apakah kamu disana juga merindukanku seperti aku merindukanmu? Mon..... Maafkan Purimmu ini Mon karena tak bisa menjagamu dengan baik hiks..... Seharusnya aku ada disampingmu sekarang hiks...hikss"

Pluem mengembalikan foto yang ia simpan dan mengembalikan pada tempat semula. Lalu ia mulai menatap langit-langit kamarnya sambil merebahkan badannya.

Sudah tak terhitung lagi berapa banyak ia mengeluarkan bulir kristal yang jatuh dan membasahi pipinya, ia tak habis pikir apakah ia harus merelakan cinta pertamanya sekarang? bahkan hanya memikirkan untuk melupakan semuanya itu adalah hal mustahil. Sudah berkali-kali Pluem mencobanya namun tetap saja hati dan pemikirannya hanya untuk Chimon seorang saja.

Diluar kamar, Nanon yang tadinya hendak memanggil abangnya tiba-tiba ia urungkan saat tak sengaja mendengarkan isakan tangis abangnya. Setahu Nanon, abangnya adalah orang yang kuat dan tegar walaupun sedikit cuek dan tak peduli. Nanon merasa bersalah sekarang andaikan saja ia tak melakukan hal egois itu. Semua ini takkan berakhir seperti ini.

Tes.... Tes....

Bulir kristal lolos dari mata indahnya Nanon mencoba menagis dalam diam semua ini gara-gara dia bukan? Ini semua salahnya ia bergegas menuju kamarnya sendiri dan mengunci rapat-rapat pintunya lalu menangis diatas bantalnya agar tak terdengar siapapun. Setidaknya ia berusaha untuk tak membuat seisi rumah panikkan? Niatnya yang ingin memberitahukan kejadian yang terjadi di mall seketika sirna setelah mendengarkan isakan abangnya.

Rapuh.... Sangat rapuh....












Hallo hehehe maaf ya temen-temen author baru update cerita😅 oh iya tetep dukung author ya untuk melanjutkan cerita ini

Jangan lupa follow, like dan komen ya cerita ini biar author semakin semangat buat update cerita-cerita selanjutnya 🤗

See you🙋

Chimon WachirawitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang