Anak baru masuk markas!
Sebaris kalimat dari salah satu teman ngobatnya tersebut membuat langkah terburu-buru Caesar sempat tersandung. Langkah yang berubah menjadi berlari.
Pandu.
Hanya satu nama itu yang terlintas di benaknya. Bukankah anak baru di sekolahnya akhir-akhir ini hanyalah dia?
"Sialan." Umpatnya saat dirinya kini sudah berada di depan pintu reyot yang kapan saja bisa rubuh.
Sebelum memasuki bangunan tua itu, Caesar membulatkan tekadnya agar tidak terbawa emosi atas apa yang akan dilakukan oleh Pandu.
Dia musuh yang dengan berani memasuki wilayahnya. Dan ini masih dalam jarak dekat dengan sekolahnya. Akan tidak baik jika membiarkan keributan. Bisa-bisa dia beserta temannya ketauan ngobat. Tamat sudah.
Pandu menyapanya dengan lambaian tangan serta senyum merekah. Dia bersandar santai di dekat kursi tempat biasa Caesar duduk. Tidak memperdulikan antek-antek Caesar yang sejak tadi siap siaga akan mengeroyoknya.
Tinggal menunggu aba-aba saja dari Caesar, maka Pandu akan dikeroyok.
Tapi diluar dugaan, lelaki dengan sorot tajam itu hanya diam. Memandang balik Pandu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Dimas, salah satu kawan yang paling sering berada disana mulai memberikan kode dengan alis mengangkat. Seolah bertanya, 'mau dihajar kapan nih bos?'
Caesar mendiamkannya.
Sampai pada akhirnya Pandu sendiri yang bergerak maju, perlahan namun pasti tujuan dia datang ke tempat ini hanyalah satu.
"Pagi, tukang jual obat." Ucap Pandu dengan nada meremehkan.
Caesar masih sabar.
"Kejutan! Gue disini! Beli sabu di elo berapaan?" Langkah Pandu semakin dekat.
Membuat semua mata yang ada disana was-was. Pandu dengan gaya menantangnya, sedangkan Caesar dengan aura gelapnya.
"Gue jamin mahal, secara buat berada di posisi ini lo ngorbanin segala hal?"
"Oi bangsat keluar lo!" Teriak Apep yang sudah hilang kesabaran.
"Sabar, beri gue waktu sebentar." Jawab Pandu yang sama sekali tidak mengalihkan pandangannya pada Caesar.
"Lu bisu? Gak ngerti maksud gue? Lo menyedihkan. Bodoh. Sampah masyarakat."
Pandu menyeringai, rasa-rasanya tangannya mulai panas. Untuk melepaskan energi panas tersebut, maka ia tak segan-segan untuk meninju pipi Caesar sampai lelaki itu tersungkur ke belakang. Sebelum Pandu diserang, Caesar segera berteriak.
"Jangan disini tolol, kalian semua pergi! Tinggalin gua sama ni bangsat!
Semuanya menurut, sempat ragu namun tetap pergi juga meninggalkan Caesar dan Pandu berdua disana. Ada beberapa menit mereka diam. Caesar sibuk membersihkan darah yang ada di ujung bibirnya sedangkan Pandu yang kini berubah total.
Tidak ada lagi gaya sok jago, ala-ala tukang bully. Raut wajahnya kini mengeras, Pandu emosi.
"Itu buat Olive." Katanya singkat yang mampu membuat Caesar terkekeh geli.
"Oh ok, not bad."
"Jangan anggap sepupu gue candaan lo setan!" Pandu berteriak lalu mendekati Caesar yang masih duduk di lantai kotor gedung, untuk memukuli Caesar lagi dan lagi.
Caesar tidak membalasnya, malah seperti orang gila. Dia tertawa puas, seakan berterima kasih pada apa yang telah ia perbuat untuk mantan kekasihnya itu. Rasa sakit? Rasanya mungkin sakit tapi rasa sakit batin itu tidak bisa dibandingkan dengan tinju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Criminal (#EG Series 3)
Teen FictionPandu terjebak dalam sebuah kasus yang tak pernah ia kira sebelumnya, hanya karena suatu hari saat ia akan pulang dari sekolah, ia dan kawan-kawannya menyelamatkan Sekar dari kerumunan tawuran antar pelajar. Awalnya hanya karena menolong Sekar namun...