D U A

116 11 2
                                    


Secangkir mocha latte panas terhidang di meja Sekar. Ditemani secangkir black coffee dan secangkir coklat panas lainnya di meja itu. Kedua mata Sekar sama sekali tak tertarik dengan hal lainnya selain menatap mocha latte panasnya yang terlihat mengepul.

"2 pilihan buat lo Kar."

Sekar mendongak perlahan, raut wajahnya kebingungan untuk memilih 2 opsi yang baru saja di katakan oleh Caesar.

"Biar gue ulangi. Laporin gue ke polisi, rumah panti segera digusur, selesai, ditarik sama pemerintah. Atau rahasiain ini, panti tetep aman, akan tetap Ayah gue lindungi."

Pandu melirik Sekar, lalu melirik Caesar. Dia mencoba mencerna jenis penyogokan macam apa yang tengah Caesar lakukan pada Sekar.

"Esa.."

"Gue gak akan maksa, kalau lo udah nentuin pilihannya. Kabarin gue aja."

Tuntas mengatakan itu, Caesar mengalihkan pandangannya dari Sekar. Berpindah menatap Pandu yang duduk persis di depannya.

"Olive sepupu lo, dia pacar gue..Dia gak pernah cerita sama lo? Tentang gue?"

"Gak sekalipun."

"Hem..Gak masalah. Lo bisa tanya aja sekarang sama Olivenya." Caesar merenggangkan punggungnya yang sedari tadi posisi duduknya menempel pada meja. Kini cowo itu bersandar ke kursi jati yang ia duduki, matanya tetap mengarah pada Pandu. Namun ekor matanya masih bisa menangkap raut wajah Sekar yang murung.

Pandu terlihat menimang ucapan Caesar, tapi dilihat dari caranya menyampaikan informasi tersebut. Caesar tampak biasa saja dan santai. Mungkin benar Caesar itu pacar sepupunya. Maka Pandu langsung saja mencari permasalahannya ini pada Caesar kenapa harus bawa-bawa nama sepupunya itu.

"Lo mau apain Olive?" Tanya Pandu, suaranya terdengar samar namun matanya menajam. Mengira Olive akan dijadikan taruhan kalau Pandu bertindak gegabah.

"Lo pikir?" Sahut Caesar tak kalah samar.

"Gue bisa aja lapor lo sekarang..."

"Silahkan, tapi aib sepupu lo gak bakal dijamin lagi kemanannya."

Kening Pandu berkerut, lalu seketika raut wajahnya menegang, rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal. Namun ia pandai menahan emosinya, baginya bertindak bodoh di khalayak ramai bukanlah penyelesaian masalah yang sedang ia hadapi sekarang.

"Kenapa lo bisa tau?" Ucap Pandu kelewat seperti sebuah bisikan tajam di telinga Sekar.

Mau tak mau ia yang duduk di samping Pandu jadi ikut mendengarkan apa yang mereka bicarakan juga. Sekaligus ingin tau, walaupun dia bingung, tapi Sekar tetap menyimak percakapan mereka berdua.

"Tau,. Bahkan dimana letak tanda itu pun gue hapal." Ucap Caesar menyeringai.

Pandu kehilangan kata-kata, sepulang dari sini ia akan segera menemui sepupunya tersebut. Memarahinya bila perlu.

"Lo bisa ngerti arah pembicaraan gue kan? Lo laporin gue...Olive gak bakal aman lagi."

Telak. Pandu termakan oleh ancaman Caesar, begitu pun juga Sekar.

"Oke" Caesar kembali memajukan duduknya menempel pada meja, tangannya saling menggenggam satu sama lain di atas meja. Kedua matanya melirik Sekar.

"Gue akan menyerahkan diri kalau gue udah dapet tujuan gue...Take the risk. Kalau kalian mau laporin gue. Itu pilihan, kita bicara disini baik-baik tanpa paksaan. Sekar mungkin gak bisa tinggal disana lagi sama keluarga di pantinya, dan mungkin Pandu akan menjadi satu-satunya alasan. Kenapa rahasia Olive bisa terkuak nantinya.." Kini bola matanya mengulir ke kanan dan ke kiri pada Sekar dan Pandu.

Sweet Criminal (#EG Series 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang