E N A M

35 10 0
                                    

Kata-kata intimidasi yang ia dengar dari Caesar semakin membuat gairah Pandu mendidih. Lelaki, kalau diajak perang dingin seperti itu pasti egonya gak akan mungkin ada yang ngalah. Apalagi ini, dia ditantang oleh mantan brengsek sepupu kesayangannya sendiri.

"Welcome, loser."

"Dia pikir gue takut kali." Sungutnya saat kata-kata itu terus terngiang di kepalanya.

Sekar yang kini berhasil ia gawang ke gudang sekolah itu hanya bisa menahan sabar melihat Pandu yang berjalan mondar-mandir di depannya. Sekar sudah tidak punya minat buat kabur lagi, barusan Leo mengirim pesan di Line mengatakan bahwa sahabatnya itu ngambek karena Sekar tiba-tiba punya teman baru dan menyebalkan seperti Pandu.

Di sisi lain, bulu kuduknya juga meremang saat mendengar bisikan tajam penuh ancaman yang Caesar layangkan pada Pandu. Sekar jadi merasa tak enak saja, karena ulahnya nebeng dan sembarang masuk mobil orang lain ujung-ujungnya jadi membawa masalah juga pada si empunya mobil.

"Sekarang gue tanya sama lo, ngapain gue mesti bela-belain pindah sekolah demi ngadepin dia dan melindungi Olive? Nah, gue gak takut sama sekali!" Serunya tak terima, kali ini sambil menunjuk-nunjuk emosi pada Sekar.

Kedua alis Sekar menukik tidak terima, dia menyilangkan dadanya lalu bersandar pada meja tua yang berdebu disana.

"Lo bisa tenang dulu gak? Gue puyeng soalnya kalau lo emosi terus, mana bolak-balik kayak setrikaan."

"Gak bisa tenang gue!"

"Ck."

Sekar merogoh sakunya dan menemukan permen karet rasa mint disana, dia melemparkan satu buah pada Pandu yang dengan refleks menerimanya. Pandu menelitinya lalu menatap nyolot pada Sekar.

"Gue bukan bocah yang kalau dikasih permen langsung nurut."

"Yaudah sih kalau gak mau sini balikin aja."

Dengan gaya pongah, cowok itu malah merobek bungkus permen karet tersebut lalu memasukannya pada mulut lantas mengunyahnya tanpa dosa.

Sekar berdecih, pada sikap kekanakan cowok bule di hadapannya tersebut.

"Selera lo buruk, yang enak itu rasa buah-buahan."

"Selera orang kan beda-beda, kalau gak suka ya muntahin aja."

Tapi, Pandu malah membuat balon di mulutnya alih-alih harusnya membuang permen karet rasa buruk itu baginya.

Lagi-lagi Sekar harus menahan sabar untuk tidak melempar kursi reyot di sampingnya pada wajah belagu milik Pandu.

"Jadi, lo mau ngomongin apaan sama gue?"

"Udah jelas lah, lo harus bantuin gue untuk mencari tahu siapa pelaku pembuhun ibunya Caesar tanpa sepengetahuannya dia. Kalau dia tau ya jelas gak mau dibantu, gue bukannya sok baik atau gimana ya tapi Olive jadi ancaman. Gue gak bisa laporin dia ke polisi untuk saat ini karena aib Olive bisa terbongkar sama dia. Jadi gue cari jalan aman, tu cowok bilang bakal menyerahkan diri ke polisi kalau udah nemu siapa pelakunya kan? Yaudah akan gue lakuin, gimana pun caranya yang penting adil dan gak ada korban. Dia dihukum, Olive aman."

"Lo mikir gak sih, perbuatan kita yang seandainya mencoba untuk ikutan nyari pelaku pembunuh Ibu justru menyeret kita juga ke hukum?"

"Ibu?" Pandu berhenti mengunyah lalu meneliti wajah Sekar yang kaget akan ucapannya, dia kelepasan memanggil Ibu pada ibunya Caesar. Dimana saat dulu, Sekar memang sudah kebiasaan dan disuruh memanggil 'Ibu' pada mendiang Ibu Caesar tersebut.

"Ibunya Pandu kan?" Koreksi Sekar buru-buru.

Pandu menyipit, ia berjalan sedikit ke arah rak buku untuk bersandar santai disana sambil matanya yang menyelidik pada Sekar.

Sweet Criminal (#EG Series 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang