L I M A B E L A S

15 6 2
                                    

"Sekar! Lo mau gak jadi pacar gue? Kalau mau lo balik sini, kalau enggak gue gak nerima kata engga sih. Biar gue aja deh yang kesana, yang ngadepin mantan sahabat lo itu!"

Semua mata memandang takjub pada keberanian Pandu, bahkan Gery dan Malik pun membeku. Mereka sudah kenal cukup baik dengan Pandu, dan selama mengenal anak tajir bin tampan itu baru kali ini mereka melihat Pandu bertingkah sekonyol ini. Di hadapan publik.

Warga Bintang mulai berbisik-bisik dan bergunjing, dalam hitungan menit saja seluruh siswa-siswi pasti akan gonjang-ganjing dengan peristiwa yang baru saja mereka lihat itu. Sekar tidak melihatnya tapi ia bisa merasakan tatapan penuh kebencian semakin menghujam punggungnya, langkahnya terhenti. Menunduk seolah tali sepatu yang mulai menguning itu lebih menarik ketimbang melihat wajah sahabat lamanya yang kini sudah berdiri di hadapannya. Menatap puncak kepala cewek itu dengan ekspresi sedikit khawatir.

"Gue hitung sampai 10 ya, 1...2...." Pandu tersenyum kecil saat melihat Sekar berhenti berjalan, rupanya cewek itu mungkin saja mempertimbangkan tawarannya.

"Lo mau balik lagi?" Tanya Caesar.

"Kalau iya gimana?" Jawabnya terdengar tenang dan tanpa beban, dahi Caesar mengkerut bingung, tunggu kenapa ia jadi gelisah?

"Gue anter pulang, lo sama gue." Caesar kembali menarik tangan Sekar tapi cewek itu bergeming di tempat, perlahan ia mendongak dengan wajah yang sudah memerah menahan tangis, Kedua mata Caesar membola bersamaan dengan itu Pandu telah selesai berhitung dan kini sudah berada di belakangnya.

"Oke pilihan lo gue harus berhadapan sama dia gitu?" Pandu berucap di belakang telinga Sekar, perlahan Pandu meraih tangan Sekar yang digamit Caesar lalu melepaskan pangutannya. Belum sadar dengan kondisi Sekar yang menahan tangis setengah mati.

Pandu berjalan maju dan sukses menghalangi tatapan Caesar yang terkunci pada Sekar.

"Kar, lo mau kita berdua ngapain supaya bisa dapetin lo?" Ucap Pandu sambil meneliti Caesar dari atas sampai bawah, niatnya meremehkan tapi Caesar tidak peduli.

"Lo pilih dia?" Tanya Caesar tanpa terduga pada Sekar, tak mengerti kenapa cewek itu hampir menangis. Apa karena merasa bersalah pada dirinya bahwa dia akan memilih Pandu ketimbang dirinya?

"Gue tadi tanya, kalau iya kenapa?" Jawab Sekar dengan nada suara yang mulai bergetar, Pandu refleks menoleh. Bukan kaget karena skenarionya berhasil Sekar baca melainkan nada gadis itu yang bergetar. Pandu memutar badan sepenuhnya pada Sekar, tatapannya seolah bertanya kenapa gadis itu menangis.

"Jangan sembarang pilih, lo itu baru kenal dia!" Seru Caesar yang sudah tidak peduli dengan kerumunan orang yang mulai bertambah, udah macem sinetron aja mereka.

"Oh jadi yang baru kenal sama yang udah lama kenal itu ada bedanya?" Pandu kembali melirik galak pada Caesar, cowok itu menanggapinya dengan tatapan tak kalah tajam.

"Jujur aja lo cuma mau ganggu gue kan? Dengan mempermainkan perasaan Sekar?!"

"Sempit banget pikiran lo, gak ngaca siapa yang udah menyia-nyiakan sahabat sendiri lalu bertingkah seperti pengecut!"

"Lo gak tau apa-apa brengsek."

"Lalu sewaktu gue datang diantara kalian, lo mulai gak tenang gak siap kehilangan orang yang susah mati lo buang?"

Emosi Caesar sudah di ubun-ubun, ia lantas menarik kerah baju Pandu dan hendak melayangkan tinju namun Sekar keburu menarik tangannya. Mendorong mundur cowok itu menjauhi Pandu yang kini tersenyum miring, senyum yang berisi kemenangan.

"Udah, stop." Ucap Sekar lelah.

"Gue gak berniat memilih siapapun diantara kalian berdua." Kedua kuping cowok itu menukik tajam, memandang Sekar yang sudah seperti kain basah. Nampak lemas dan basah oleh air mata.

Sweet Criminal (#EG Series 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang