T I G A

43 9 2
                                    

Di bawah temaram lampu, ditemani boneka Pooh yang sudah lusuh, Sekar merenungi kejadian yang telah menimpanya. Semuanya menjadi rumit.

Tentang dirinya yang terseret kasus gelap di sekolahnya, tentang dirinya yang harus membela Caesar karena tak ingin rumahnya di gusur, lalu tentang sebab mengapa Ibu Caesar meninggal itu karena dirinya.

Seperti Caesar, Sekar juga menyalahkan dirinya. Penyebab kematian Ibunda sahabatnya itu adalah dirinya.

Sekar semakin merunduk dan tak sadar meremas boneka Poohnya erat-erat.

Boneka lama pemberian Caesar karena lelaki itu tau Sekar sangat menyukai karakter Disney tersebut, banyak kenangan disana. Banyak cerita tentang mereka yang masih polos terutama Caesar yang masih menjadi anak baik-baik.

Apa ini? Bahkan Caesar menjadi seperti sekarang pun akibat dirinya? Setelah kematian ibunya siapa yang tak mengenal Caesar si pembuat onar. Itu sudah menjadi cerita lama.

Sekar memeluk kedua lututnya, menumpahkan air matanya dari persembunyian. Juga menahan isaknya agar tak terdengar. Sekar diliputi rasa bersalah yang amat dalam.

Dia mencintai keluarganya di panti. Kalau di gusur? Dia dan keluarganya sudah tidak punya lagi tempat untuk bernaung.

Ini sulit. Membiarkan Caesar semakin masuk ke dalam lubang hitam pun salah.

Salah.

Seketika kepalanya mendongak, matanya melirik kesana dan kemari seraya berpikir. Ada ide melintas di dalam kepalanya.

Dia menggigit bibir bawahnya sambil memandangi Pooh di tangan.

"Lo juga pasti kangen kan sama Caesar yang dulu?" Ucapnya pada si Pooh.

^^^^^

"Sorry, tapi gue udah gak bisa sama lo lagi."

Mata itu menatap kedua mata Olive dengan tenang, seakan ucapannya yang baru saja ia lontarkan bukan berarti apa-apa. Membuat hati Olive semakin sesak.

Sekuat mungkin Olive menahan isaknya namun tetap saja, air mata jatuh perlahan menyusuri pipinya.

"Kenapa?"

"Lo gak bakal aman sama gue, apalagi semenjak sepupu lo tau gue siapa. Gue hanya ingin menyingkirkan semua orang yang deket sama gue dari masalah gue. Lo harusnya ngerti."

"Kalau gitu sedari dulu lo harusnya putusin gue, semenjak gue tau semua rahasia lo.."

"Gak semuanya Liv, terlebih sekarang posisi gue gak aman. Bisa aja besok atau lusa dia laporin gue ke polisi."

"Gak, dia gak bakal laporin karena taruhannya adalah aib gue."

Caesar menghembuskan nafas melihat cara Olive yang gigih mempertahankan hubungannya. Cewek itu sampai rela masuk ke dalam kubangannya hanya demi bertahan dengan Caesar. Caesar hanya ingin kesendirian saat ini. Hanya ingin fokus mencapai tujuan semunya, membiarkan rasa amarah ini musnah setelah bertemu dengan bajingan itu.

Tapi kalau Olive tidak menurut, Caesar bisa juga mengeluarkan tanduk merahnya.

"Kalau gue bilang, gue sebenernya gak sayang sama lo gimana?" Katanya masih tenang, ditambah sesekali ia teguk cola dinginnya. Bersandar pada dinding kelas kosong yang sudah tidak terpakai.

Ditatapnya wajah kecil terkesan imut milik Olive, rautnya mengeras bahkan kedua mata sipitnya menajam.

"Lo bohong." Desisnya, ada nada getar pada suaranya.

"Darimana lo tau gue bohong?" Satu alis Caesar menukik.

"Gak bisa gini Sa..."

"Kita putus ya." Potong Caesar dengan nada selembut sutera, senyumnya menghiasi wajah dinginnya. Ia melangkah menuju Olive, membelai surai panjangnya dengan sayang lalu sebelum melangkah pergi meninggalkannya.

Sweet Criminal (#EG Series 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang