E M P A T B E L A S

10 4 0
                                    

Dulu saat hari pertama masuk di Sekolah Menengah Atas, Leo sangat kewalahan bangun lebih pagi karena jarak sekolah barunya dengan rumahnya lumayan jauh. Tapi berkat kakaknya, Lybra. Dia sering selamat dari amukan guru BK akibat telat masuk gerbang, dari dulu Lybra memang selalu memakai motor kemana-mana termasuk ke sekolah. Leo sering nebeng pada kakaknya itu hingga akhirnya saat kenaikan kelas 2 Leo diberikan hadiah motor mathic oleh ayahnya karena berhasil menjadi juara kelas serta berhasil menjadi wakil ketua OSIS.

Meski kadang sampe sekarang pun Leo sering nebeng pada kakaknya itu dengan dalih sedang malas mengendarai motor atau malas ganti oli. Membuat kakaknya itu sering mengomel walau tetap ngasih tebengan.

Yah walaupun seperti itu sifatnya, Lybra sayang adek kok.

Tapi ada satu hari dimana ia kembali telat bangun dan kebetulan Lybra sedang dalam mode iblis, akhirnya kakaknya itu meninggalkan sang adik yang saat itu masih mandi. Lybra tidak punya pilihan lain selain meninggalkannya daripada ia harus dihukum hormat pada bendera di siang bolong.

Alhasil Leo kesiangan, tidak boleh masuk dan meratapi sekolah yang baru saja ia injak 3 hari yang lalu itu dari gerbang luar.

"Lybra sialan, anak pungut kelakuan setan." Sumpah serapah keluar dari mulutnya, tidak menghiraukan seorang gadis yang sedari tadi sudah memperhatikannya bingung di sampingnya.

"Lo sehat?"

Tak ayal Leo hampir terjengkang saat seseorang berkata padanya, raut wajahnya kaget untung saja satu tangannya masih memegang terali besi gerbang sekolahnya, kalau tidak mungkin dia sudah berhasil terjengkang.

"Kaget gue!"

"Wajar, lo anteng daritadi sibuk ghibahin sodara tiri lo?"

"Gue gak punya sodara tiri." 

"Tadi lo bilang anak pungut?"

Leo sedikit tercengang, memang sampai sebesar itukah suaranya barusan? Ia kembali melirik pada gadis di sampingnya. Dia memakai seragam SMP, rambut diikat 2 pakai pita merah, memakai tas karung goni, dan memakai kalung yang terbuat dari kardus bertuliskan 'Beruang madu'

Leo mengangguk paham, sama seperti keadaan dirinya saat ini. Seragam SMP, rambut pakai topi kerucut, tas karung goni serta kalung kardus yang bertuliskan 'Bekantan Tampan'

"Anak baru juga lo, kesiangan?" Tanyanya.

"Lo pikir ngapain gue disini?" Jawab anak itu jutek.

Leo mengangkat bahunya lalu dia teringat akan kelakuan kakaknya yang badung itu, kalau ia telat masuk sekolah ia akan masuk melalui jalan tikus di sebelah gedung sekolahnya. Leo belum pernah lihat tapi sepertinya patut dicoba, motto hidup dia saat itu adalah 'Menjadi siswa teladan' yang mana gak bakal nyambung sama kelakuannya yang nyari jalan pintas saat ia terlambat.

"Aha! Lo mau ikut gue gak?"

"Kemana?"

"Nyari jalan tikus."

"Ngapain?"

"Ya masuk sekolah lah!"

"Lo bego ya, kita ini masih MOS kalau kita ketauan telat alamat dihukum seharian sama kakak kelas."

"Yakan seenggaknya kita masuk."

"Gak ah gue mah mau balik lagi aja." Cewek itu dengan cueknya berbalik arah berniat untuk kembali pulang ke rumah. Leo tercengang, sedikit kesal juga karena anak itu benar-benar acuh pada pendidikannya.

Jiwa patriotismenya berkoar.

"Heh! Lo itu harusnya jangan menyia-nyiakan keringat orang tua yang udah tulus menyekolahkan kita, lo gak tau banyak anak diluar sana yang pengen sekolah tapi gak bisa? Eh elo malah seenaknya malas-malasan!"

Sweet Criminal (#EG Series 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang