S E B E L A S

12 6 0
                                    

"Kak?" 

Ketukan pintu serta panggilan adik kecilnya membuat kedua mata Olive terbuka, gadis itu sudah seperti mayat hidup karena terbaring diam dengan mata terpejam di alas karpet kamarnya sampai berjam-jam. Sudah menjadi kebiasaannya semenjak dirinya menjadi korban bully anak-anak populer di sekolahnya.

Pernah hingga sampai pagi menjelang dia tertidur lelap disana, seperti kebal akan kedinginan dan kerasnya lantai yang hanya dilapisi karpet.

"Kak? Dipanggil sama Mama, Makan dulu." Ucap Raymon lagi, kali ini intonasinya agak sedikit tinggi agar kakak perempuannya itu mendengarnya.

"Iyaa, nanti kakak nyusul. Duluan aja." Jawab Olive dengan suaranya yang parau, khas orang bangun tidur.

"Okee." 

Setelah mendengar langkah kaki adik kecilnya mulai menjauh, Olive menggeliat bangun dan merenggangkan otot-ototnya. Ia terduduk dengan mata suntuk, bibirnya menguap tanda bahwa ia masih mengantuk lalu dengan terpaksa ia berdiri dan melihat pantulan dirinya di cermin.

"Berantakan banget lo, sama kek idup lo." Katanya mengumpat pada bayangan dirinya sendiri di cermin.

Lihat dirinya, ia masih memakai seragam sekolah lengkap. Sepulang sekolah sepertinya ia langsung tertidur sampai malam sehingga melupakan makan malamnya.

Dia melepaskan seragamnya, hendak memakai pakaian rumahnya saat matanya tertuju pada tanda laknat yang membuat hidupnya jadi berantakan.

Sebenarnya sebagian orang menganggap tanda yang Olive punya itu adalah sebuah seni, tapi beda lagi bagi orang biasa yang terlahir dari keluarga terhormat seperti dirinya. Sebuah tato. Yang menghiasi seluruh paha kirinya dengan berbagai bentuk. Paha mulus itu tertutupi dengan penuh. Membuatnya frustasi.

Sekali lagi, seperti rutinitas baru ia akan menggosok-gosoknya sampai kulitnya memerah dan lecet. Berharap tato itu akan hilang, tapi percuma saja alih-alih lebih baik pergi untuk menghapusnya di tangan orang yang bisa tapi Olive terlanjur trauma untuk datang ke tempat itu lagi. Ia sudah tak mau lagi kesana. Rasanya menyakitkan.

Daripada lelah dan kulitnya semakin memerah, Olive akhirnya turun dengan baju rumah yang sudah melekat di tubuhnya. Menutupi lukanya, menyembunyikannya rapat-rapat.

"Lama banget kamu, ayo makan." Ujar Mamanya yang langsung berdiri membawa piring untuk dirinya.

"Eiits aku sendiri aja, Mama duduk lagiii." Sergahnya buru-buru mendudukan Mamanya kembali.

"Hahaha Mama sama Kakak tuh kayak adik kakak." Ucap Raymon memperhatikan kelakuan kakak dan mamanya yang tidak beda jauh. Kadang pecicilan dan sama-sama heboh.

"Jelas dong, Mama kan awet muda. Ya kan Pa?" Ucap Citra, sang Mama dengan pedenya bertanya pada suaminya. Tapi Darin, suaminya yang dingin itu hanya menatapnya datar sambil mengunyah makanannya.

"Selesaikan makananmu Ray, dan Olive duduk yang bener." Ujar Darin saat melihat putra bungsunya tersebut bercanda dengan kakaknya yang sudah duduk dengan kedua kaki bersila di atas kursi.

"Siap Bos!" Ucap Raymon dan Olive berbarengan.

Olive memang gitu, dari luar dia ceria tapi dari dalam dia sebenarnya hancur berantakan.

^^^^^

The Squash. Itu nama geng kelewat populer di SMA Bintang. Isinya anak-anak konglomerat yang haus akan popularitas. Bermodalkan uang dan wajah rupawan, siapa yang tidak bisa menolak pesona mereka?

Wilona adalah ketua geng-nya. Cewek cantik blasteran Amerika ini sampai sekarang dinobatkan sebagai most wanted-nya cecan di Bintang. Terdiri dari 4 gadis-gadis cantik kelebihan uang, siapa yang tak mau berkawan dengan mereka? 

Sweet Criminal (#EG Series 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang