"Izinkan aku menutup matamu agar air mata berharga itu tidak turun saat ada hal yang membuatmu sakit hati."
-Arkan Reinner
🦋 Tears Of Sincerity 🦋
Radella tertawa bersama Reycal saat turun dari motor laki-laki itu, mereka baru saja dari toko buku. Saat masuk ke dalam rumah tawa Radella langsung berhenti, ia terkejut melihat neneknya berada di rumahnya."Nenek."
Radella menyalami tangan wanita yang kulitnya sudah berkeriput, tatapan wanita tua itu mengarah pada Reycal yang di belakang Radella. Reycal ikut menyalami tangan nenek Radella.
"I-ini Reycal, Nek. Teman Della–"
"Masuk kamar!" perintah nenek Radella.
"Nek, udah deh nggak usah mulai. Bunda sama Ayah aja nggak pernah ngelarang aku main sama Reycal! Dia anak dari sahabat Bunda," jelas Radella membantah.
"Berani membantah kamu?" tegas wanita itu.
"Emm, Nek-"
"Cal, mending lo pulang sekarang," suruh Radella menyela ucapan Reycal. Ia tidak mau neneknya bertindak lebih.
"Hm, oke. Saya pamit pulang, Nek," kata Reycal. Selama berteman dengan Radella, Reycal tidak pernah bertemu dengan neneknya, ia juga bingung kenapa mereka seperti tidak akur.
"Nenek sudah bilang 'kan jangan bermain dengan laki-laki! Kamu ini perempuan, mainnya ya sama perempuan!"
"Iya, perempuan yang kaya raya kan?" tanya Radella.
Nenek dan kakeknya memang lebih parah dari orang tua Radella sendiri, jika orang tua Radella hanya memperbolehkan Radella bermain dengan orang-orang yang dikenalnya, berbeda dengan nenek dan kakeknya yang hanya memperbolehkan Radella bermain dengan teman perempuan dari anak orang kaya.
Padahal jika di luar rumah Radella berteman dengan siapapun. "Nenek kenapa sih selalu larang Della temanan sama cowok?"
"Karena Nenek nggak mau kamu salah pergaulan! Nenek nggak mau masa depan kamu hancur dan mempermalukan nama keluarga!"
"Tapi aku tau Nek mana yang bener dan mana yang salah, kalau Nenek sayang sama aku harusnya nggak gini," ucap Radella sebelum pergi meninggalkan neneknya.
***
Angin malam berhembus menerpa kulit gadis yang sedang tiduran di kursi ayunan yang terletak di balkon kamarnya, meskipun dingin dia masih saja tidak berpindah dari tempatnya. Yang Radella lakukan hanya bermain ponsel, ia melihat story Reycal yang baru beberapa menit. Foto laki-laki itu yang sedang dinner bersama seorang gadis lagi.
Sepertinya pacar Reycal yang baru, semoga saja Radella tidak kena imbasnya lagi.
"Kak, dipanggil Bunda, disuruh belanja ke minimarket."
Radella menoleh sekilas mendapati adiknya berada di ambang pintu balkon, Radella hanya menjawabnya dengan gumaman.
Gadis itu berjalan masuk ke ruang favorite-nya, ruangan itu memiliki dua pintu, satu pintu di kamar Radella dan satunya lagi berada di luar. Di depan pintu kayu bercat coklat terdapat ukiran kayu bertuliskan, 'Memory Room'.
Matanya menatap piano yang sudah dilapisi debu tipis, sudah lama Radella tidak menyentuh benda itu. Pandangannya beralih pada lemari kaca yang berisi kamera, aksesoris kamera, piagam, dan piala, lantas tersenyum simpul. Ia membuka lemarinya, meraih satu kamera digital yang dibeli menggunakan uangnya sendiri. Radella membeli kamera itu dengan uang hasil juara dua lomba piano yang ke empat kalinya ia ikuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Of Sincerity [END] ✓
Teen Fiction|| FOLLOW SEBELUM MEMBACA || ⚠️ MOODY-AN ganti judul jadi TEARS OF SINCERITY ⚠️ "Setelah baca Tears Of Sincerity lanjut baca Happier or Sadder untuk sekuelnya" SIAPKAN TISU SEBANYAK MUNGKIN SEBELUM MEMBACA! *** Kaya raya? Menjadi gadis cantik? Famou...