"Banyak orang yang ingin menjadi Arkan yang selalu dicintai Radella, karena mereka tidak tahu betapa sulitnya berjuang. Namun, berakhir merelakan."
🦋 Tears Of Sincerity 🦋
Flashback On.
Seorang laki-laki yang sedang tiduran dengan tangan menutupi matanya itu terlihat kelelahan karena begadang akhir-akhir ini.
Pintu kamar diketuk dibarengi dengan suara sang Ibu. "Arkan, Ibu mau masuk, boleh?"
Arkan merubah posisinya menjadi duduk dengan kepala yang disandarkan pada kepala ranjang.
"Masuk aja, Bu."
Setelah mendapat persetujuan dari sang putra, wanita yang sudah memiliki dua anak dewasa itu masuk dengan senyuman tulus. Ia duduk di sisi ranjang di dekat Arkan.
"Kenapa Bu?" tanya Arkan.
"Ibu yang seharusnya nanya. Kamu kenapa?" tanya Ibu Arkan balik, putranya tampak lebih kurusan, pendiam, dan seperti tidak ada semangat untuk hidup lagi.
Arkan diam sejenak, menatap bingkai foto di atas meja, fotonya dengan gadis cantik itu saat malam hari di kedai.
"Arkan baik-baik aja," jawabnya kemudian.
Ibu Arkan mengikis jarak, mengusap surai hitam milik putranya penuh sayang.
"Della satu minggu lagi ulang tahun, 'kan?" tanyanya saat melihat lingkaran merah di kalender meja bertuliskan Princess Ra's Birthday.
Arkan mengangguk lemah dengan tatapan kosong.
"Kamu nggak ngasih kado?"
"Dia udah jadi milik orang lain, Bu," jawab Arkan.
Ibu Arkan tersenyum memahami posisi Arkan yang tidak mau mengganggu hubungan Radella dengan laki-laki lain. Putranya bertumbuh menjadi laki-laki yang baik, dia tidak ingin merebut sesuatu yang bukan haknya.
Arkan tidak mau jika muncul di hidup Radella lagi, itu akan membuat Radella kembali bersedih karena mengingat mereka tidak bisa bersama.
"Tidak ada salahnya, 'kan memberi kado? Hanya memberi kado, bukan memberi harapan. Anggap saja itu hadiah pertemanan kalian," katanya.
Arkan diam memikirkan saran ibunya. Akankah Radella baik-baik saja jika ia memberinya kado? Atau Radella justru kembali menangis?
"Perpisahan memang menyedihkan, tapi jika kamu seperti ini justru membuat perpisahan yang awalnya menyedihkan menjadi menyakitkan, bahkan terasa memilukan. Jika bertemu dengan baik, kamu harus mengakhirinya dengan baik. Itu akan membuat kalian lebih mudah mengikhlaskan akhir dari kisah ini."
Ibunya benar, Arkan justru membuat kisah ini terasa memilukan. Seharusnya Arkan mengatakan salam perpisahan dengan baik, sesakit apapun, setidaknya itu lebih baik daripada langsung pergi seperti yang ia lakukan.
Flashback Off.
***
Mobil Porsche merah milik Sem berhenti tepat di depan gerbang rumah Radella. Mereka baru saja pulang jalan-jalan.
"Nanti malam gue jemput," ujar Sem.
Radella mengangguk pelan, kemudian turun dari mobil laki-laki itu. Sejujurnya Radella sangat tidak ikhlas dengan perjodohan ini, tapi ... harus bagaimana lagi? Radella tidak bisa berbuat apa-apa. Perasaannya masih sama, tetap untuk Arkan. Tidak ada yang bisa merubah itu, nama Arkan sudah terukir indah di lubuk hatinya yang paling dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Of Sincerity [END] ✓
Fiksi Remaja|| FOLLOW SEBELUM MEMBACA || ⚠️ MOODY-AN ganti judul jadi TEARS OF SINCERITY ⚠️ "Setelah baca Tears Of Sincerity lanjut baca Happier or Sadder untuk sekuelnya" SIAPKAN TISU SEBANYAK MUNGKIN SEBELUM MEMBACA! *** Kaya raya? Menjadi gadis cantik? Famou...