"Sejauh apapun aku pergi, jika kamu rumahku, aku akan kembali."
-Arkan Reinner
Sore ini Radella ditemani oleh Rayen di taman belakang, sedangkan Reycal belum pulang dari kampus. Semakin hari Radella sudah mulai mau berbicara, meskipun tidak sebanyak dulu.
Radella duduk di ayunan yang diayun pelan oleh Rayen. "Del, lo tau nggak? Kadang di dunia ini kita pasti ketemu sama berbagai macam orang, ada yang baik, ada yang jahat. Meskipun kadang mereka udah jahat sama kita, kalau kita balas mereka dengan kejahatan itu artinya kita juga jadi orang jahat."
"Pasti sulit buat maafin mereka, tapi kalau lo mau hidup bahagia lo harus bisa ikhlasin apa yang udah terjadi. Sedih, kecewa itu boleh tapi jangan berlarut-larut, dengan lo kaya gitu justru bikin plan lo kedepannya tertunda."
"People will come and go after their time, kalau yang pergi anggap aja dia bukan yang terbaik buat lo, kalau dia emang takdir lo, orang itu bakalan comeback, Del."
"Masa depan lo masih panjang Della, the world is spinning, mungkin lo udah lewatin masa-masa sulit dibawah, siapa tahu dengan berubahnya kedua orang tua lo, hidup lo bakalan lebih bahagia."
Radella mencerna perkataan Rayen dengan baik, benar. Tidak ada gunanya Radella berlarut-larut seperti ini, tidak ada yang berubah, hal itu justru menghambat masa depannya.
Ini yang Radella suka dari Rayen, pemikiran laki-laki itu yang dewasa.
***
"Dulu lo pernah bilangkan kalau ngado jangan pake duit orang tua, sekarang gue ngado lo pake uang sendiri," ujar Reycal mengingat ucapan Radella saat gadis itu menyindirnya di mall karena membelikan kado untuk Celline masih menggunakan uang dari orang tua.
Malam harinya Reycal datang, laki-laki itu menaruh kandang yang berisi dua kelinci di lantai. Kelinci betina yang berwarna putih, sedangkan kelinci jantannya berwarna cokelat.
Reycal ikut duduk di samping Radella, mereka sedang berada di teras rumah.
"Lo kerja?" tanya Radella.
Reycal mengangguk. "Iya, setelah lo sadar gue kerja part time di cafe."
"Jadi, lo kerja cum—?"
"Iya, gue kerja cuman buat beliin lo kado," sela Reycal memotong ucapan Radella.
Radella menghela napas pelan. "Lo nggak seharusnya lakuin ini," ujarnya tak abis pikir dengan alasan Reycal bekerja.
Cowok itu menggedikan bahunya acuh.
"Makasih," ucap Radella.
Reycal mengangguk. "Lo mau kasih nama apa? Gue ada ide nama nih," ucap Reycal.
"Apa?"
"Yang cokelat namanya Somchai, yang putih dikasih nama Somying, nanti kalau punya anak namanya Somlay," jelas Reycal bangga dengan ide cemerlangnya.
Radella mendelik tajam mendengar itu. "SEKALIAN AJA SOMAY!"
Reycal langsung tergelak melihat wajah kesal Radella, perlahan tapi pasti gadis itu mulai berubah menjadi Radella yang ceria, galak, dan emosian.
"Santai-santai, 'kan gue udah ngasih saran. Emangnya lo ada saran nama?"
Radella kembali berpikir sebelum bola matanya sedikit membesar dan berbinar. "Yang cokelat kasih nama Rocky, yang putih Milky, gimana menurut lo?" tanya Radella meminta pendapat.
Reycal mengangguk setuju. "Namanya bagus."
"Rayen mana? Nggak ke sini lagi?" tanya Radella.
Reycal terdiam, senyum yang tadinya ia kembangkan karena Radella suka dengan kadonya langsung luntur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Of Sincerity [END] ✓
Teen Fiction|| FOLLOW SEBELUM MEMBACA || ⚠️ MOODY-AN ganti judul jadi TEARS OF SINCERITY ⚠️ "Setelah baca Tears Of Sincerity lanjut baca Happier or Sadder untuk sekuelnya" SIAPKAN TISU SEBANYAK MUNGKIN SEBELUM MEMBACA! *** Kaya raya? Menjadi gadis cantik? Famou...