04. Care

3.8K 636 69
                                    

Sampai bel masuk berbunyi Radella baru beranjak dari kursi taman, ia membuang ice coffee latte-nya ke tempat sampah. Radella mengikuti pelajaran seperti biasanya sampai bel pulang berbunyi gadis itu langsung mengemasi barang-barangnya, ingin cepat sampai rumah. Mood-nya sedang tidak baik, Radella ingin cepat istirahat.

"Kenapa lo nggak balik ke ruang fotografi?"

Radella terkejut melihat Arkan tiba-tiba di depan kelasnya sedang bersedekap dada sembari menyandarkan tubuhnya ke pilar penyangga.

"Sorry, perut gue tadi sakit," bohong Radella dengan raut datar.

"Perut lo sakit tapi lo minum es?" tanya Arkan membuat Radella heran, kenapa bisa laki-laki itu tahu. Lagipula apa urusannya dengan Arkan, memangnya kenapa jika dirinya sakit perut dan meminum es?

Radella menghela napas. "Gue harus cepat pulang, nggak enak badan." Setelah itu Radella langsung meninggalkan Arkan begitu saja.

***

Sekarang kelas Arkan sedang jam kosong, laki-laki itu memilih untuk pergi ke ruang fotografi, ia melihat fotonya bersama Radella saat di lapangan. Ucapannya beberapa hari yang lalu mungkin menjadi penyebab gadis itu tidak masuk klub, entah apa alasannya. Sudah empat hari ini Arkan tidak melihat Radella, apa gadis itu marah dan menghindarinya?

Sepertinya ucapannya kala itu memang sudah keterlaluan, saat itu pikirannya memang sedang runyam, ditambah Arkan mendengar orang-orang mengatakan bahwa Radella tidak pandai fotografi, gadis itu masuk klub hanya untuk Arkan.

Itu sebabnya Arkan kemarin memarahi Radella, ia tidak mau orang-orang membuat omongan yang tidak baik tentang Radella, sebenarnya Arkan akui Radella memang pandai memotret dan mengedit. Meskipun sebenarnya niat Arkan kemarin tidak memarahi, ia hanya ingin sedikit tegas dan bersikap profesional.

Atau jangan-jangan gadis itu benar-benar sakit? Terakhir percakapannya Radella mengatakan tidak enak badan, lagipula jika memang perutnya sakit, kenapa gadis itu harus meminum es sih?!

Arkan menggeleng saat tersadar. Astaga! Kenapa ia terus memikirkan gadis itu?

***

Kemarin pukul 15.30 Radella sudah sampai di rumah setelah berada di Jepang empat hari, malamnya ia langsung berisitirahat karena keesokan harinya berangkat sekolah, orang tuanya tidak mengizinkan dirinya tidak berangkat dengan alasan lelah.

Radella kali ini berangkat sekolah diantar oleh Vero. "Della masuk dulu ya, Bang," ucap Radella sembari menyalami tangan kakaknya.

Vero mengangguk. "Kalau ada apa-apa harus kabarin Abang, nanti pulangnya Abang jemput."

Radella mengangguk, kemudian memeluk laki-laki itu. "Makasih ya Abang selalu bisa ngertiin Della. Della sayang Abang." Radella meneteskan air matanya.

Vero mengangguk, ibu jarinya menghapus pipi Radella yang basah. "Abang juga sayang sama kamu, gih, masuk."

Radella keluar dari mobil sport Vero membuatnya menjadi pusat perhatian, atau memang setiap harinya Radella selalu menjadi pusat perhatian? Entahlah Radella tidak peduli. Gadis itu terus melangkah menuju ke lantai dua tanpa terganggu dengan tatapan orang-orang.

"Udah sembuh?"

Radella terkejut melihat Arkan yang tiba-tiba ada di tangga dekat dengan kelasnya.

"Sembuh? Emangnya gue sakit?" tanya Radella sembari mengerutkan keningnya tak ingat alasannya beberapa hari yang lalu.

Arkan membulatkan bola matanya tak percaya dibohongi gadis itu, ia menyentil dahi Radella. Tidak tahu apa dirinya sudah khawatir.

"Aw! Arkan! Sakit tau," keluh Radella mengusap dahinya, setelah itu ia baru sadar apa yang dimaksud Arkan.

Tears Of Sincerity [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang