Seorang gadis duduk melamun di meja belajar, pikirannya berkelana. Itulah yang Radella lakukan setiap selesai menerima rapor. Berpikir apakah keluarganya bangga, mengapa tidak ada satupun yang memberi ucapan selamat atas prestasinya. Dari dulu sampai sekarang Radella tidak pernah mendengar kata 'Selamat' dari bibir mereka, hanya Vero yang mengucapkan.
Mereka seakan menganggap itu hal yang biasa dan mudah diraih siapa saja. Padahal Radella belajar mati-matian untuk mendapatkan peringkat itu. Ia bahkan mengorbankan jam bermainnya.
Ponselnya yang di atas meja bergetar mengacaukan lamunan Radella.
Ical is calling ....
Radella menggeser tombol hijau ke atas pada panggilan telepon dari Reycal.
"CONGRATULATIONS FOR RANK ONE!" seru Reycal lantang dari seberang sana membuat Radella terkekeh dan menjauhkan ponselnya dari telinga.
"Thanks," jawab Radella, setidaknya masih ada Reycal, Vero, dan sahabat-sahabatnya yang mengucapkan kalimat selamat atas pencapaiannya.
"Eh? Lo kok tau?" tanya Radella setelah tersadar.
"Nebak dong, tapi benerkan?"
Radella hanya menjawab dengan gumaman.
"Eh, semalem sama cewek mana lagi lo? Awas aja kalau gue yang dilabrak lagi," ujar Radella.
Reycal terkekeh. "Namanya Celline, satu angkatan sama gue. Ini gue lagi bareng sama dia. Mau kenalan?"
"Boleh," jawab Radella antusias.
"Oke, kita ke rumah lo sekarang."
***
Saat terdengar mobil berhenti di depan halaman rumah Radella langsung bergegas keluar. Dan benar saja dugaannya, itu mobil hitam milik Reycal. Laki-laki itu turun bersama kekasihnya yang langsung menghampiri Radella dengan langkah anggun.
"Hai! Gue Celline, pacar Reycal," ujarnya sambil mengulurkan tangan putihnya.
Radella terpaku, gadis di hadapannya ini benar-benar cantik, ditambah dengan gayanya yang feminim menambah kesan cantik tersendiri. Celline bak princess kerajaan. Rambut pirang, kulit putih, tubuh yang ideal, mata coklat terang, hidung yang mancung, body goals, benar-benar fisik yang perfect, darah setengah barat itu terlihat jelas di tubuhnya.
Jika melihat dari fisik saja Radella bisa menyimpulkan itu sempurna, tapi tidak tahu dengan sifatnya. Karena orang bilang jika fisiknya perfect maka sifatnya yang akan imperfect. Namun Radella tidak menyimpulkan bahwa sifat Celline tidak baik, karena ia belum mengenalnya.
"Della, salam kenal Kak," jawab Radella sambil menjabat tangan Celline.
Radella mengajak mereka untuk masuk rumah.
"Silahkan di minum, sorry cuman ada gini doang di rumah," ujar Radella saat pembantu di rumahnya mengantarkan minuman dan camilan.
"Emang biasanya di rumah lo ada apa, Del?" tanya Reycal membuat Radella menatapnya tajam.
"Macan!" sarkas Radella.
Celline tertawa mendengar itu. "Aduh repot-repot banget sih lo, makasih ya."
Reycal meminum minumannya, begitu juga Celline.
"Ini acaranya mau pergi apa main di rumah gue doang?" tanya Radella.
"Terserah, anggap aja gue sopir kalian," ujar Reycal.
"Iyalah, siapa juga yang mau nganggep lo majikan?" sahut Radella tak bersahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Of Sincerity [END] ✓
Fiksi Remaja|| FOLLOW SEBELUM MEMBACA || ⚠️ MOODY-AN ganti judul jadi TEARS OF SINCERITY ⚠️ "Setelah baca Tears Of Sincerity lanjut baca Happier or Sadder untuk sekuelnya" SIAPKAN TISU SEBANYAK MUNGKIN SEBELUM MEMBACA! *** Kaya raya? Menjadi gadis cantik? Famou...